(34) 6. Tak Biasa = Aneh 5

373 99 42
                                    

Ujung-ujungnya bukan cuma martabak yang dinikmati malam itu. Pas Voni pulang dan orang rumah lihat kalau Ugo yang ngantar—plus bawa camilan, Giri manggil Ciko.

"Ambil duit di dompet. Beli bakso depan."

Memang sih agak nggak cocok gitu. Bakso dan martabak, entah apa konsep makan malam yang Giri pikirkan. Cuma kayaknya lagi nggak ada yang bisa siapin makan malam. Voni baru balik sementara yang lain baru saja melewati hari penuh lelah.

Ciko balik sekitar dua puluh menit kemudian dengan lima bungkus bakso komplit. Dia langsung menyiapkan semua di ruang menonton dan mencibir ketika Voni bergabung di waktu tepat.

"Bisa banget," cibir Ciko sambil duduk di lantai. "Pas udah beres semua, baru deh nongol."

Voni tergelak. Dia milih duduk di sebelah Ciko seraya memperbaiki letak handuk di kepala.

"Nggak boleh menggerutu. Ntar pahalanya hilang."

Cibiran Ciko seketika berubah jadi senyum lebar ala iklan pasta gigi. Semua yang ada di sana melihatnya dan terkekeh.

Giri duduk di kursi malas kesukaan. "Oh ya, Go. Makasih loh buat seafood kemaren. Rasanya mantap."

Dua ibu jari Giri mengacung kompak. Ugo yang duduk di seberang bersama Jordi mengangguk senang.

"Sama-sama, Om. Kemaren memang mau mampir. Eh, kebetulan lagi sama Voni," kata Ugo seraya teringat akan hal lain. Dia bangkit sebentar demi mengambil dompet dan mengeluarkan sesuatu. "Hampir saja lupa."

Jordi melirik. "Apa?"

"Voucher es krim. Tadi habis motret dan dikasih voucher. Lumayan kan buat kalian weekend. Voni juga bisa ajak Ellys."

Jordi mengambil alih lima kupon dari tangan Ugo. Bertuliskan nama D'Ingin, restoran es krim itu juga menawarkan beragam camilan dan menu penutup lain. Sebut saja kayak keik dan puding.

"Kamu?"

Ugo menancapkan garpu di bakso. "Sabtu Minggu besok aku penuh. Ada acara ulang tahun dan lamaran."

"Kak Ugo mau kerja keras buat beli batu tawas, Kak."

Celetukan Voni yang tiba-tiba nyaris buat Ugo tersedak bakso. Sementara Jordi refleks berpaling pada sang adik.

"Batu tawas?"

"Iya," angguk Voni geli. "Katanya banyak manfaat buat kesehatan."

Ugo buru-buru minum sebelum tawa meledak. Bisa gawat kalau dia tergelak dengan bakso di mulut. Salah-salah, kesedak parah bisa buat pindah dunia.

"Serius?"

Pertanyaan dan ekspresi Jordi membuat geli Voni semakin menjadi-jadi. Ugo yang jadi objek hanya bisa menggeleng dengan kekehan yang masih tersisa.

"Nggak ada. Untuk apa aku beli batu tawas? Dasar aja Voni."

Jordi mengerutkan dahi seraya melihat Ugo dan Voni bergantian. Kayaknya cuma dia yang nggak tau soal batu tawas.

Entahlah. Jordi cuma angkat bahu sekilas dan lanjut makan lagi. Urat kedua sudah melambai-lambai minta dimakan dari tadi.

Bakso habis dilanjutkan martabak. Voni menghangatkan makanan manis itu sejenak sebelum disajikan. Rasanya yang legit pas banget jadi teman buat bersantai.

Semula Voni berencana langsung ke kamar—bersantai ala cewek dengan tiga potong martabak yang sudah disisihkan. Cuma ada sesuatu yang membuat langkahnya berhenti.

"Kak Ugo."

Ugo yang baru saja mengambil sepotong martabak mengangkat wajah. Dia lihat Voni bertanya padanya sambil memeluk nampan.

Hunky Dory 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang