(18) 4. Pelan-Pelan Saja. Biar Kerasa dan Berbekas 2

405 93 22
                                    

Pemandangan aneh di rumah bernomor 91 itu kayaknya nggak cukup ampuh buat menarik kedatangan Pak RT setempat. Padahal nih ya. Keadaan di sana benar-benar riuh.

Ada sepasang gadis saling berpelukan sambil histeris. Oh, nggak cuma itu aja. Mereka bahkan pake acara sesegukan habis nangis gitu. Mana yang satu pake pakaian kebun dan yang satu lagi kayak enteng banget duduk di atas rumput. Kayaknya sih tinggal tunggu waktu aja buat mereka bergulingan di halaman.

"Aduh! Pantat aku ketusuk duri mawar."

"Mana?"

"Apanya yang mana? Pantat aku? Ini. Masih di sini."

"Bukan pantat kamu, tapi duri mawarnya. Itu pasti ranting buat setek."

"Bisa-bisanya kamu lebih peduli sama ranting mawar timbang pantat aku."

"Lah kamu juga! Bisa-bisanya baru datang sekarang. Entah sudah sebanyak apa setekan mawar yang aku buat selama nunggu kamu."

Voni tertegun. Dia bangkit sambil menyerahkan sebatang ranting mawar pada Ellys.

"Aku minta maaf."

Ellys menyambut ranting mawar yang sudah bengkok. Pasti karena diduduki Voni tadi.

"Nggak apa-apa," ujar Ellys enteng. "Aku masih punya ranting yang lain kok."

Voni menggeleng frustrasi. "Bukan ranting mawarnya, tapi karena sikap aku kemaren."

Kali ini Elly yang tertegun. Tatapannya tertuju pada ranting mawar di tangan, tapi dia dengarkan perkataan Voni dengan saksama.

"Aku salah. Nggak seharusnya aku batalin acara kita. Maafin aku ya?"

Ellys mengerjap. Dia buru-buru mengusap hangat yang baru muncul setitik di mata. Ekspresinya terlihat nggak menentu. Perpaduan antara kesal dan juga tersentuh.

"Aku udah maafin kamu," kata Ellys. "Sebenarnya yang buat aku marah itu bukan karena kita nggak jadi jalan, tapi ...."

Ellys nggak nerusin omongannya, tapi Voni bisa menebak.

"Sudahlah. Nggak usah dipikirin lagi. Ehm itu kamu bawa apa?"

Tatapan Ellys pindah pada bungkusan di dekat pot bunga. Dari sana tercium aroma lezat yang membuat hidung Ellys mengendus-endus.

"Ehm soto ya?"

Voni belum sempat menjawab ketika Ellys sudah menyambar bungkusan tersebut. Dia buru-buru membuka dan menghirup aromanya lebih dalam. Keberadaan kerupuk emping di sana menjawab pertanyaannya.

"Bener. Kamu bawa soto."

"Kamu belum sarapan kan?"

"Ya belum dong. Ini kan Minggu, jadi Mama dan Papa lebih cepat pergi ke toko. Aku mager dan rencana bakal beli nasi uduk di depan aja pas selesai beres-beres. Eh, nggak taunya sarapan datang sendiri."

Ellys tersenyum lebar sampai matanya jadi sipit gitu. Dia peluk bungkusan dan bergoyang-goyang persis kayak anak kecil yang baru dapat hadiah ciki.

"Makasih."

"Nggak usah makasih," kata Voni seraya menyeret Ellys. "Mending kamu langsung mandi, terus kita sarapan."

"Eh? Kamu belum sarapan juga?"

"Ya belum dong."

Ellys berdecak. Pura-pura memasang ekspresi kesal. "Ih, aku kirain ini soto buat aku semua."

"Hahaha. Tentu saja tidak, Esmeralda."

"Anda sungguh mengecewakan, Ferguso," balas Ellys geli. "Eh, tapi bentar."

Hunky Dory 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang