(25) 5. Manusia Berencana, Manusia Lain Merusaknya 1

339 88 30
                                    

Kak Jordiii:
Pulang jam berapa, Ni?

Voni nggak heran kalau Jordi udah sibuk chat dari tadi. Soalnya sekarang udah jam setengah sembilan gitu. Batas jam malamnya udah mulai melambai-lambai di depan mata.

Voni:
Bentar lagi, Kak.
Ini lagi nunggu Tora ambil kunci motor.

Kak Jordiii:
Oke.

Cuma satu oke kan yang dikirim Jordi? Iya. Memang cuma satu. Namun, nggak di mata Voni. Oke yang ini kayak membawa serta kata-kata lain. Misalnya:

Oke. Jadi Tora bakal antar kamu pulang kan?

Oke. Jadi Kakak bakal tungguin kamu pulang diantar Tora.

Oke. Jadi Kakak dan Tora bisa ngobrol bentar.

See? Oke dari Jordi memiliki banyak makna. Jadi nggak heran kalau Voni sekarang ketar-ketir.

"Ni."

Suara Tora menyentak lamunan Voni. Dia langsung berdiri dan Tora langsung mengajaknya.

"Ayo, buruan. Kita berangkat sekarang. Aku ada acara jam sepuluh ini."

Voni mengangguk. Dia menyempatkan diri buat pamitan sama keluarga Tora yang bersantai sambil menikmati jeruk mandarin kecil.

"Sebenarnya sih manis, tapi pasti lebih enak lagi kalau kamu beli yang honey," kata Puri sambil memberikan tangan untuk disalami Voni. "Hati-hati di jalan."

"Iya, Tan. Aku pulang dulu."

Voni sih udah nggak kepikiran lagi soal segala macam jenis jeruk. Selain karena badannya terasa capek, pikirannya pun kayak penuh gitu. Entah deh penuh gara-gara apa.

Nggak ada percakapan apa pun selama perjalanan pulang. Voni sibuk dengan letih dan pikirannya sementara Tora kayaknya juga gitu. Dia cuma fokus sama jalanan malam Minggu yang bisa ditebak seperti apa keadaannya.

Voni termenung. Lama makin lama, dia nggak lagi termenung. Melainkan siap buat menginjakkan kaki ke jembatan peralihan antara dunia nyata dan mimpi.

Letih dan pikiran penuh serta nggak ada percakapan yang terjadi membuat kantuk mendatangi Voni. Seperti biasa. Hanya butuh dua menit buat mata Voni jadi berat.

Makin berat. Semakin berat. Kian berat. Lalu—

"Maju woy!"

Voni tersentak. Kantuk langsung pergi dan dia gelagapan. Bisa ditebak, dia kaget dengan jantung yang berdenyut nggak nyaman ketika mendengar bentakan Tora.

"T-Tor," panggil Voni terbata seraya memegang dada. "Kenapa?"

Tora menunjuk kesal pada motor di depan. "Dia nggak mau maju. Kan bisa lewat troator."

"T-trotoar bukan buat motor kan?"

Ucapan Voni membuat Tora berpaling. Wajahnya kelihatan banget kalau lagi kesal.

"Lagian nggak ada yang jalan di sana sekarang," dalih Tora. "Ini udah mau jam sembilan."

Voni mengatupkan mulut. Agaknya dia bisa meraba kekhawatiran Tora.

Dia pasti nggak enak sama orang rumah kalau aku balik kemalaman.

"Kalau begini ceritanya ..."

Suara Tora terdengar dan Voni mengangkat wajah. Melalui pantulan samar di spion, dia bisa lihat Tora berdecak sekilas.

"... aku bakal telat ke acara teman aku."

Dooong!

Voni melongo kayak orang begok. Saking begoknya, dia pikir telinga dia kayak kesumbat gitu.

Hunky Dory 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang