Biasanya geng badboy sekolah hanya bisa luluh pada seorang gadis baik atau sebut saja goodgirl. Namun di Neo High School, kumpulan berandalan itu justru bertekuk lutut pada seorang bayi.
Ini kisah Renjun, bayi mungil dengan pipi kelebihan muatan yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Pelajaran hari ini saya akhiri. Selamat beristirahat anak-anak"
Tepat ketika guru tersebut meninggalkan ruang kelas, suara teriakan Renjun terdengar.
"AHK!"
"INJUN!"
Chenle dengan cepat beranjak berdiri lalu membawa kepala Renjun yang masih terduduk di kursi untuk bersembunyi di perutnya. Remaja bersuara lumba-lumba itu menatap tajam pelaku sembari mengelus rambut Renjun yang menduselkan wajah di perutnya.
Sementara itu Marel, Haechan, dan kembar Jay dengan cepat ikut berdiri mendekati Renjun.
Plak
"Aduh! Lo apa-apaan sih?!"
"Lo yang apa-apaan!"
Mendengar bentakan Jace, Jiel terdiam sembari menggaruk kepala belakangnya yang terasa nyeri bekas pukulan Jade.
"Maksud lo apa gigit pipinya Renjun?"
Pertanyaan Chenle berhasil membuat Jiel melebarkan senyumnya. Padahal jelas-jelas pemuda bersuara lumba-lumba itu menatap tajam Jiel.
Oh iya, begitu guru keluar dari kelas tadi, Jiel memang langsung menghampiri Renjun yang masih terduduk di kursinya. Pemuda tinggi itu tanpa berpikir 2x langsung menggigit pipi gembul Renjun.
Tentunya remaja mungil itu langsung berteriak kesakitan. Wajahnya bahkan memerah dengan mata yang berkaca-kaca. Selain merasa kesakitan, Renjun juga merasa sebal dan marah pada Jiel.
"Gue mau ngecek dia Injun gue atau bukan"
Mendengar kalimat Jiel, tentu saja Chenle semakin menatap remaja tinggi itu dengan tajam. Renjun itu miliknya. Hanya milik Chenle.
"Terus?"
"Jadi gue gigit aja pipinya. Ternyata rasanya sama kayak waktu gue gigit pipinya baby!"
Jiel menjawab pertanyaan Haechan dengan semangat. Remaja tinggi itu senang sekali kembali bertemu Renjun walaupun tidak dalam bentuk bayi.
Sementara itu Chenle, Marel, Haechan, dan kembar Jay hanya mampu menghela nafas lelah menghadapi Jiel.
Berbeda dengan reaksi Renjun. Remaja bermata rubah itu langsung menoleh cepat ke arah Jiel dan memasang wajah galaknya.
Tentunya di mata Jiel wajah marah Renjun sangatlah menggemaskan. Remaja tinggi itu tersenyum lebar dengan mata yang menyipit.
"Dia baby?"
"Gue bukan bayi!"
Melihat Renjun yang mulai naik darah setelah mendengar pertanyaan Marel, Chenle dengan cepat membenamkan wajah remaja mungil itu pada perutnya.
Chenle memberi usapan lembut diselingi beberapa kecupan pada puncak kepala Renjun. Remaja bersuara lumba-lumba itu berusaha meredam emosi si mungil.