Biasanya geng badboy sekolah hanya bisa luluh pada seorang gadis baik atau sebut saja goodgirl. Namun di Neo High School, kumpulan berandalan itu justru bertekuk lutut pada seorang bayi.
Ini kisah Renjun, bayi mungil dengan pipi kelebihan muatan yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jiel terdiam melihat sosok mungil yang tengkurap sambil berceloteh di hadapannya. Tentunya dengan perkataan yang tidak Jiel pahami.
Jiel mengingat kembali awal mula dia terjebak dengan makhluk mungil dihadapannya ini.
Setelah adegan drama labrak-melabrak antara Chenle dan Marel tadi pagi yang diakhiri dengan hilangnya kedua tokoh utama, sore ini Jiel memutuskan untuk mengunjungi Chenle di mansionnya.
Jiel sebenarnya penasaran dengan sosok yang membuat Chenle absen dua hari berturut-turut.
Selain itu, Jiel juga ingin mengingatkan masalah balapan nanti malam dan rencana mereka selanjutnya.
Karena Jiel sendiri yakin, siapapun yang nanti malam akan menjadi pemenang, adegan baku hantam tak akan bisa dihindari.
Jadi, yah, mereka tentu harus punya rencana.
Apalagi jika Marel juga menantangan duo Jay. Rasa-rasanya Jiel harus rela jika ketampanannya akan sedikit berkurang malam nanti.
Baru saja melangkahkan kaki di pintu utama, Jiel sudah merasakan hawa-hawa yang berbeda.
Biasanya, mansion Chenle itu berbau uang. Tapi, kali ini bau nya berbeda.
Bau minyak telon.
Jiel sempat merinding begitu membayangkan mansion yang awalnya bernuansa angker itu berubah menjadi daycare. Lebih mengerikan menurutnya.
"Chen ada?"
Jiel bertanya pada salah seorang maid yang lewat.
"Tuan muda Chen berada di kamar tuan muda Renjun"
Sejenak Jiel mengerutkan dahi ketika mendengar nama asing yang disebutkan maid itu. Setaunya penghuni asli mansion ini hanya tiga orang yaitu Chenle beserta mami dan papinya.
Jiel juga masih mengingat bahwa Chenle tidak mempunyai saudara baik dari pihak papi ataupun maminya.
Teman?
Apalagi itu. Orang yang betah berteman dengan Chenle itu hanya Jiel seorang.
Apa calonnya?
Tapi tadi maid itu menyebutnya tuan. Duh, Jiel jadi merinding membayangkan gimana kalau Chenle jadi salah satu kaum pelangi.
"Mari saya antar tuan"
Jiel tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara maid itu.
Kerutan di dahi Jiel semakin terlihat ketika maid itu menekan tombol lantai 3 pada lift yang berarti sosok Renjun itu adalah seseorang yang dekat dengan keluarga Chenle.
"Ini kamarnya tuan. Saya izin pamit"
Maid itu meninggalkan Jiel di depan pintu berwarna putih dengan gambar kudanil berwarna putih.