Biasanya geng badboy sekolah hanya bisa luluh pada seorang gadis baik atau sebut saja goodgirl. Namun di Neo High School, kumpulan berandalan itu justru bertekuk lutut pada seorang bayi.
Ini kisah Renjun, bayi mungil dengan pipi kelebihan muatan yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hiks-uwaaa-hiks hiks"
Chenle berusaha menenangkan Renjun. Bayi itu didekap Chenle dengan erat karena terus memberontak.
Sesenggukan bayi mungil itu bukannya mereda, tetapi justru semakin parah. Chenle takut Renjun akan kesulitan bernafas jika tangisannya tak kunjung berhenti.
Diam-diam perasaan bersalah meliputi Jiel. Melihat bayi mungil itu menangis keras di gendongan Chenle membuat Jiel tidak tega.
"Injun mau susu?"
"Uwaa-hiks-hiks um-hiks-aaa"
Renjun mengusakkan wajahnya di dada Chenle. Kedua telapak tangannya mencengkram baju bagian depan Chenle dengan erat. Wajahnya sudah memerah karena terlalu lama menangis. Bukan hanya wajahnya, leher dan telinga Renjun bahkan ikut memerah.
"Iya, sebentar ya sayang. Gege bilang maid dulu"
Baru saja Chenle akan menghubungi maid, Jiel menyela.
"Chen i-ini"
Jiel dengan ragu menyerahkan botol susu yang diberikan Chenle sebelum peristiwa menangisnya Renjun terjadi. Baru kali ini Jiel melihat raut wajah panik dan khawatir Chenle. Seingat Jiel, Chen adalah orang paling santuy yang pernah dia temui.
"Lo gak ngasih dia susu sejak gue pergi sampe sekarang?!"
Jiel mengangguk sambil meringis pelan. Jiel takut kawan. Chenle terlihat sangat mengerikan sekarang.
Dalam hatinya Chenle mengumpati Jiel. Tapi dalam kepalanya Chenle mencoba berfikir jernih bahwa ini pertama kalinya bagi bayi besar itu mengurusi bayi sungguhan.
"Siniin susunya!"
Chenle dengan kasar merebut susu yang disodorkan Jiel. Renjun tentu saja menerima susu itu dengan semangat walaupun beberapa kali decapan bibirnya tersela dengan isakan.
Chenle khawatir bayi itu akan tersedak karena isakannya tak kunjung berhenti.
"Shutt, udah ya kesayangan gege"
Chenle menepuk pelan punggung mungil itu, berharap bisa meredakan isakannya.
"Dia namanya Injun?"
Jiel bertanya hati-hati.
"Namanya Renjun"
Chenle menjawab ketus. Chenle masih merasa tidak rela si mungil kesayangannya dibentak-bentak Jiel.
Jika tidak ingat Renjun ada disini, Chenle sudah mengumpati Jiel dengan seluruh isi kebun binatang.
Merasa isakan si mungil sudah hilang, Chenle mengendurkan dekapannya. Renjun yang merasa Chenle menjauh, mengeratkan cengkeramannya pada baju Chenle.
Renjun tidak mau lagi ditinggal dengan raksasa besar dan galak itu. Tidak mau pokoknya.