II - Serba Serbi

5K 474 56
                                    

Semenjak anak-anak udah bisa ditinggal, Seonghwa jadi sering bantuin suaminya ngurus dua perusahaan—itu loh satunya kan warisan dari mendiang Opa yang waktu itu. Karena sampai sekarang nggak ada anak-anaknya yang mau terjun, jadilah tetep dipegang Hongjoong.

Baik kembar maupun si bungsu kayaknya nggak ada juga yang punya minat di bidang bisnis. Hongjoong cuma bisa doa aja, semoga anak-anaknya ada yang berubah pikiran suatu saat. Ya kali dia terus yang ngurus, nggak punya jatah pensiun nanti. Kan Hongjoong juga pengen ngabisin masa tua bareng si cantiknya:(

Ngomong-ngomong tentang si cantik, serius deh Seonghwa makin berumur makin keluar aja aura dewinya. Orang mah ya makin tua makin keriput, eh Seonghwa makin kenceng sama glowing aja. Ya, karena faktor vitamin D juga sih—duit:)

Ini lagi jejeran sama mantunya nggak ada kebanting-kebantingnya sama sekali. Soalnya kalau kata Yunho, istrinya inget cuci muka aja dia udah syukur:(

"Kalian beneran nggak mau ngerencanain ulang buat resepsi?" Seonghwa nanyain mantunya.

"Nggak usah Ma, aku sama Yunho udah sepakat kok. Nggak resepsi juga amplop sama kado udah pada datang sendiri. Kita juga lagi sibuk megang kasus masing-masing, jadi ya nggak akan ada waktu."

Gimana ya Seonghwa nanggepinnya, kalau boleh jujur udah nggak sanggup dia tuh:(

Susah emang kalau dua-duanya gila kerja. Ini yang masih jadi teka-teki, kok bisa jaksa sama pengacara jadi pasangan suami istri? Secara kan dua profesi itu udah bertolak belakang banget.

Untung aja selama ini mereka belum pernah satu meja hijau. Bisa jadi prahara rumah tangga nanti:)

"Ya udah, Ma, aku pamit ya. Ada jadwal ketemu klien. Nanti aku datang lagi ya, Ma. Titip salam buat papa."

"Datangnya ke rumah tapi, jangan ke kantor."

Iya, ini mereka ketemunya di kantor. Itu juga gara-gara Yeri butuh sesuatu dari kantor mertuanya, ya pastinya ini berhubungan sama kasus yang lagi dia tanganin.

Selepas perginya Yeri, Seonghwa balik ngadepin layar monitor buat ngelanjutin apa yang dia kerjain tadi. Cowok cantik itu ngelihat jam, udah hampir waktunya makan siang. Pas banget Hongjoong ngebuka pintu ruangannya.

"Stop dulu, ayo makan siang."

"Iya sebentar, dikit lagi ini."

Nggak perlu heran, Seonghwa kalau udah megang kerjaan ya harus totalitas. Hongjoong udah paham sih, dari pertama dia ketemu Seonghwa udah kelihatan dari muka-mukanya, makanya si pak bos nggak ragu lagi buat nerima Seonghwa sebagai sekretaris perusahaan dan ujung-ujungnya merempet dikawinin:)

"Seonghwa, saya nyuruh kamu sebagai bos loh."

Seonghwa ngedongak natap suaminya yang udah berdiri di depan mejanya aja.

"Ck, mainnya. Mau makan di sini atau di luar?"

"Luar aja, di sini banyak yang lihatin."

Lah emangnya kalau makan siang di luar orang-orangnya pada merem kah? Aneh banget orang tua. Atau jangan-jangan...

"Jangan bilang kamu mau booking resto cuma buat makan siang berdua?" tuding Seonghwa curiga.

"Enggak astagaa."

Mereka emang sering makan siang di luar, tapi kali ini di luarrr banget. Biasanya kan paling mentok-mentok nyari resto yang jaraknya 10KM–an lah ya. Yang sekarang ini perjalanannya sendiri aja udah hampir satu jam. Balik-balik es krim wo ai ni udah buka cabang nanti di kantornya:)

"Jauh banget, Joong. Nyari apa kamu?"

"Nyari makan lah."

Udah mulai bisa ngeselin emang suaminya ini, nggak tau dah diajarin siapa.

Job | joonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang