Thank you buat vote and comment di bab sebelumnya. Kuy lagi😍✨
Happy reading💋
***
Nasya merasa kesepian saat ini. Di saat ia sudah duduk di kelas dua belas, Arhan dan Bintang sudah lulus, mereka berkuliah. Ia merasa hampa, orang-orang terdekatnya pergi.
Kepala Nasya mendongak, menatap sekeliling kantin yang ramai, namun ia merasa kesepian di tengah keramaian ini.
Saat ini, Nasya tengah duduk di meja yang biasa diduduki oleh Sagara. Ia melamun sambil menyedot teh kotak kesukaan Sagara.
Dari jauh, Mutiara memperhatikan dengan sorot iba. Setahunya, Nasya masih terus berduka sejak kepergian Sagara, padahal satu tahun telah terlewati.
Mutiara beranjak duduk di sebelah Nasya lalu menyentuh tangan teman dekatnya itu.
Nasya menoleh sekilas ke arah Mutiara. Untungnya, berkat bersama Sagara, dulu ia bisa mengontrol penglihatannya. Ia pun tak lagi merasa tak nyaman setiap kali bersentuhan dengan orang lain, karena bisa memilih mau melihat masa depan orang itu atau tidak.
“Na, udah satu tahun Kak Sagara pergi. Mau sampai kapan lo begini terus?” tanya Mutiara.
“Lo mau gue gimana? Ketawa-ketawa di saat Kak Sagara udah nggak ada?”
Mutiara menghela napas mendengar pertanyaan itu.
“Lo berhak bahagia, Na. Kak Sagara pasti nggak suka lihat lo sedih terus dari tahun kemarin.”
Nasya tak menanggapi ucapan Mutiara, ia hanya terdiam lalu kembali menyedot teh kotaknya.
Dua siswi datang ke meja Nasya dan Mutiara, teman sekelas mereka yang doyan bergosip.
“Kita gabung di sini ya, meja lain udah ramai banget,” kata Andin yang diangguki oleh Amanda di sebelahnya.
Nasya masih diam, memperhatikan ketiga teman sekelasnya yang mulai bergosip. Biasa, tiada hari tanpa bergosip.
“Gaes, katanya mau ada anak baru masuk ke kelas kita,” ujar Andin.
Mutiara tampak tertarik. “Serius?”
Andin mengangguk. “Iya, katanya pindahan dari sekolah di luar negeri.”
Amanda yang mendengarnya berbinar. “Wih, bule bukan ya? Kalau bule, gue mau ngajak foto.”
Amanda mengeluarkan ponselnya lalu mulai mematut wajahnya pada kamera depan. Ia membenarkan penampilannya hingga membuat teman-teman yang lain di meja itu menggelengkan kepala.
Obrolan berlanjut tentang anak baru itu. Sedangkan Nasya tampak tak tertarik, yang ada di pikirannya hanyalah Sagara.
Bel masuk usai istirahat pertama berbunyi, Nasya dan ketiga teman sekelasnya kembali ke kelas.
Tak berselang lama, muncul guru BK masuk ke dalam kelas diikuti dengan lelaki bertubuh tinggi yang tengah tersenyum tampan.
“Kita kedatangan teman baru,” ujar guru BK yang tampak galak itu.
Guru BK bicara beberapa hal terkait lelaki si anak baru. Selagi guru BK bicara, para siswi ribut melihat betapa tampannya sang anak baru.
“Yah ... ternyata bukan bule,” keluh Amanda sambil menoleh ke belakang, menatap Nasya dan Mutiara.
Mutiara menanggapi dengan tawa. “Eh, tapi ganteng banget loh. Keliatan ramah juga, tebar senyum.”
Nasya yang sempat menunduk sambil bermain ponsel diam-diam, kini mendongak usai mendengar ucapan Mutiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Hug (On Going)
Teen Fiction"Gue suka pelukan lo, bikin gue nyaman." Itulah yang Nasya ungkapkan kepada lelaki yang baru hadir di hidupnya, lelaki yang membuatnya terkejut saat mengetahui identitas aslinya, lelaki yang berhasil memporak-porandakan hatinya. * Satu tahun telah b...