Happy reading! Vomment-nya💋
***
Sean mencoba menelepon Nasya karena tak kunjung muncul, namun tak diangkat. Ia pun penasaran dengan apa yang terjadi. Jangan-jangan Nasya hendak membolos dan kembali tidur di kamar? Astaga!
Sean melajukan motornya kembali ke rumah Nasya. Tiba di depan rumah Nasya, ia menghentikan laju motornya, kemudian turun dari atas motor. Saat ia hendak masuk ke dalam rumah Nasya, tiba-tiba ada yang menarik perhatiannya.
Sean menunduk, mengambil suatu benda. “Loh, ini kan cermin kecil yang biasanya dibawa sama Nasya?”
Sean melihat cermin itu retak seperti habis terinjak. Tiba-tiba firasatnya buruk. Ia langsung berlari menuju pintu rumah Nasya dan berusaha membukanya, namun ternyata dikunci. Itu artinya, Nasya sudah keluar rumah ‘kan?
Sean mencari di sekeliling bagian luar rumah Nasya, tetapi sosok Nasya tak ditemukan. Ia kembali menelepon Nasya, sayangnya masih tak diangkat.
“Sh*t!” umpat Sean saat semakin dihantui oleh pemikiran buruk.
Sean teringat kejadian buruk yang akhir-akhir ini menimpa orang di sekitarnya. Papanya yang kecelakaan, ia yang hampir ditusuk tetapi Nasya menghalangi dan Nasya yang terkena, kemudian ia hubungkan dengan kejadian buruk yang menimpa Sagara seperti yang dituliskan Sagara di buku diary-nya. Jangan-jangan ini ulah orang yang sama?
Dengan pemikiran itulah, Sean mengambil ponselnya lantas menghubungi salah satu bodyguard Papanya.
“Halo, Pak. Urgent, bisa ke tempat saya berada? Saya butuh bantuan beberapa orang.”
Terdengar ucapan setuju dari seberang sana. Sean menanti kedatangan bodyguard Papanya dengan perasaan gelisah.
Teringat sesuatu, Sean membuka ponselnya lagi. Bola matanya membesar saat menyadari hal yang pernah dilakukannya. Sejak pacaran dengan Nasya, ia cukup protektif sampai diam-diam memasang chip pelacak di ponsel Nasya tanpa sepengetahuan gadis itu, ternyata ada untungnya juga.
“Nasya … dia mau ke mana? Atau ada yang nyulik Nasya dan bawa ke suatu tempat?” gumam Sean saat menatap titik lokasi Nasya yang terus bergerak entah ke mana tujuannya.
Sean yakin, tujuannya bukan tempat yang sering Nasya kunjungi. Apakah hal buruk memang sedang menimpa Nasya? Jangan bilang spekulasinya benar kalau Nasya sedang diculik? Tetapi kenapa? Apakah karena Nasya pacarnya?
Sean sibuk mondar-mandir di tempat. Keberadaan Nasya masih bisa dilacak, itu artinya jika memang Nasya benar diculik, orang yang menculik Nasya belum menyadari kalau di ponsel Nasya terdapat chip pelacak.
Sean ingin segera menyusul Nasya, tetapi tak ingin bertindak sendirian dengan gegabah, khawatirnya ada kejadian membahayakan dan tak ada yang membantu, karena itulah ia meminta tolong para bodyguard Papanya untuk datang.
Untungnya para bodygyard Papa Sean datang dengan cepat. Sean pun langsung menjelaskan situasi dan dugaannya, kemudian ia bergegas menaiki motornya dan melajukannya ke arah perginya Nasya. Sedangkan para bodyguard Papa Sean mengikutinya dengan mobil dari belakang.
Di sisi lain.
Nasya membuka mata, akhirnya gadis itu sadarkan diri. Ia terkejut saat mendapati berada di sebuah bangunan kosong yang tampak lama tak ditempati, seperti bekas gudang besar. Tangan dan kakinya terikat dengan posisi duduk di kursi.
“Sudah sadar?”
Nasya menoleh ke sumber suara. Ia menatap tajam pada seorang pria berpakaian hitam yang tengah berjalan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Hug (On Going)
Teen Fiction"Gue suka pelukan lo, bikin gue nyaman." Itulah yang Nasya ungkapkan kepada lelaki yang baru hadir di hidupnya, lelaki yang membuatnya terkejut saat mengetahui identitas aslinya, lelaki yang berhasil memporak-porandakan hatinya. * Satu tahun telah b...