Happy reading!✨
***
“... gitu ceritanya. Udah lengkap kan?” tanya Sean.
Nasya mengangguk kaku. Dari penjelasan Sean justru Nasya malah terfokus pada Sean yang mengaku jatuh cinta padanya lewat buku diary. Astaga, bagaimana bisa Sean menyukainya hanya dari cerita yang Sagara tulis di buku diary? Ia sungguh kaget.
Nasya melirik ke arah Sean yang duduk di sebelahnya. Kini ia masih berada di apartemen Sean dan sedang duduk bersebelahan bersama lelaki itu. Dipandanginya Sean yang menurutnya aneh.
“Lo ... aneh.”
“I-iya kah?” tanya Sean dengan gugup, karena secara tidak langsung lewat cerita tadi ia mengaku telah menyukai Nasya.
Sean menatap Nasya dengan singkat lantas membuang pandangan ke arah lain. Ia menggaruk rambutnya yang tak gatal. Mendadak ia gugup seperti remaja baru puber yang merasakan jatuh cinta, padahal umurnya sudah sembilan belas tahun. Seharusnya ia tak gugup begini!
Suasana hening cukup lama hingga akhirnya Sean memberanikan diri untuk kembali menatap Nasya.
“Gue harap lo nggak terbebani sama perasaan gue, Na.”
Nasya menatap Sean lamat-lamat. “Apa lo tau kalau sekarang gue ngerasa nggak nyaman?”
“Hm,” angguk Sean. “Tapi, Na. Gue punya satu permintaan.”
“Apa?”
“Tolong ijinin gue buat dapetin hati lo. Gue bakal berusaha bikin lo balik suka sama gue, Na.”
Nasya terdiam, menatap Sean dengan ragu. Apakah tidak apa-apa kalau ia mencoba membuka hati untuk sosok lain? Tetapi ia masih menyukai Sagara.
Tak pernah Nasya duga sebelumnya kalau Sean bersaudara dengan Sagara. Ia mendadak gelisah. Apakah tidak masalah terlibat lagi dengan keluarga Sagara? Dan kali ini dengan sepupunya? Astaga, ia sudah memacari Sagara, kemudian memacari adik sepupunya pula.
Nasya tak berniat membuat kedua bersaudara itu menyukainya. Lagi pula, dari sekian banyak orang di dunia ini, mengapa sepupunya Sagara yang menyukainya sih?
“Gimana, Na?” tanya Sean, sejak tadi menanti ucapan Nasya.
“Terserah.”
Bingung, akhirnya Nasya berkata terserah. Namun, untuk Sean respon seperti itu dari Nasya sudah cukup untuknya dan mampu membuatnya tersenyum lebar.
Sean tiba-tiba meraih tangan Nasya dan membuat Nasya terbelalak kaget. Setelah itu, Nasya merasa tenang karena tak melihat apa pun dari masa depan Sean, jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan, begini saja sudah membuat Nasya senang.
“Sagara mau lo untuk bahagia. Gue bakal mewujudkan itu.”
Sean tampak sungguh-sungguh saat mengatakannya membuat Nasya yang mendengarnya pun mengangguk.
Suasana berangsur hening di antara mereka. Nasya menunduk, menatap tangannya yang digenggam oleh Sean. Nasya lantas mendongak, kembali menatap Sean yang ternyata tengah memperhatikannya.
“Tadi lo bilang kematian Kak Sagara nggak wajar. Kenapa lo mikir gitu? Itu kan kecelakaan biasa,” ujar Nasya. Ia ingat betul kalau saat itu adalah kecelakaan biasa karena ada truk yang menabrak motor yang sedang ditumpanginya dengan Sagara.
“Enggak, Na. Gue yakin itu bukan kecelakaan biasa. Pasti ada ulah ibu tiri sama kakak tirinya Sagara.”
“Mereka udah dipenjara, Sean. Mana bisa macem-macem?”
KAMU SEDANG MEMBACA
His Hug (On Going)
Teen Fiction"Gue suka pelukan lo, bikin gue nyaman." Itulah yang Nasya ungkapkan kepada lelaki yang baru hadir di hidupnya, lelaki yang membuatnya terkejut saat mengetahui identitas aslinya, lelaki yang berhasil memporak-porandakan hatinya. * Satu tahun telah b...