Bab ini belum direvisi ya, bakal direvisi nanti. Happy reading! Vomment-nya😍✨
***
Orang yang memperhatikan interaksi Nasya dan Sean tak berlangsung lama. Sebelum Nasya dan Sean menyadari keberadaannya, ia bergegas pergi dari sana.
Sean menopang dagu, memperhatikan Nasya yang sekarang sedang asyik makan es krim. Padahal Nasya sudah makan banyak, tetapi perutnya masih bisa menampung es krim. Senyum Sean mengembang menatap Nasya yang menurutnya imut. Ah, pantas saja Sagara bisa jatuh cinta dengan Nasya.
“Na,” panggil Sean.
“Hm?”
Nasya menyahut tanpa menatap Sean, fokusnya ada pada es krim di hadapannya. Menurutnya saat ini es krim lebih menarik daripada Sean.
“Besok sepulang sekolah main ke rumah gue, yuk! Gue mau kenalin lo sama orang tua gue.”
Uhuk!
Nasya langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan Sean. Ia bergegas meraih minuman lantas menegaknya.
“A-apa lo bilang?!”
“Ketemu sama orang tua gue.”
“L-lo gila, ya?!”
Nasya tak mampu menahan keterkejutannya. Ia tak menyangka Sean akan mengajaknya bertemu dengan orang tua lelaki itu secepat ini, padahal masih dalam tahap pendekatan ‘kan? Apakah ini tidak terlalu cepat untuk bertemu orang tua Sean?
“Mau, ya? Kita dinner bareng di rumah gue.”
Nasya menatap Sean yang sedang memandangnya dengan raut penuh permohonan. Nasya akui kalau Sean memang tampan, sialan! Sean memanfaatkan pesonanya dengan baik.
“Ayolah, Na ...”
“Terserah.” Akhirnya kata-kata itu lagi yang Nasya ucapkan seperti sebelum-sebelumnya.
“Oke, bagus!” angguk Sean dengan senyum lebar.
***
Nasya memperhatikan Sean yang tengah memukul bola voli. Entah sudah berapa banyak skor yang Sean cetak, Nasya tidak menghitungnya.
Saat ini kelas Nasya tengah mengikuti jam pelajaran olahraga, kali ini olahraganya adalah voli. Tadi para siswa perempuan dibagi menjadi beberapa kelompok dan bertanding, sekarang giliran siswa laki-laki.
Banyak yang menyemangati tim Sean. Baru Nasya sadari kalau Sean begitu pandai dalam berolahraga. Kalau diingat-ingat tidak hanya voli, waktu itu bermain basket pun keren.
Tunggu, keren? Nasya menggeleng dengan pemikiran barusan.
“Ayo pukul lagi, Sean!”
“Sean, semangat!”
“Aaaa!!! Sean ganteng banget!”
Nasya mendengkus kesal mendengar teriakan-teriakan dari para siswa perempuan di kelasnya. Sepertinya mereka tak peduli walaupun di sini ada dirinya yang berstatus pacar Sean, bagaimana bisa mereka menatap penuh kagum dan meneriaki secara terang-terangan pacar orang lain? Walaupun statusnya dengan Sean hanya pacar pura-pura, tetapi yang orang lain tahu ia pacaran sungguhan dengan lelaki itu.
Nasya tak kaget kalau akhirnya tim Sean yang menang. Beberapa menit setelahnya, ternyata benar.
Sean tersenyum lebar sambil menyugar rambutnya yang penuh keringat ke belakang, berlagak sok ganteng di depan orang lain.
“Nasya!” panggil Sean.
Nasya melengos. Entah mengapa mendadak kesal melihat Sean yang kini tengah berjalan menghampirinya. Tidak sekalian saja menghampiri cewek-cewek lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
His Hug (On Going)
Teen Fiction"Gue suka pelukan lo, bikin gue nyaman." Itulah yang Nasya ungkapkan kepada lelaki yang baru hadir di hidupnya, lelaki yang membuatnya terkejut saat mengetahui identitas aslinya, lelaki yang berhasil memporak-porandakan hatinya. * Satu tahun telah b...