Bab 12 - Kecelakaan?

3.3K 301 8
                                    

Happy reading! Vommentnya gaes😍✨

***

“Na?” panggil Sean sembari mengguncang bahu Nasya, tiba-tiba gadis itu terdiam kaku. “Lo kenapa?”

Nasya bergegas melepas tautan tangannya dengan Papa Sean dengan gugup. Ia pun memaksakan diri untuk tersenyum.

“H-hah? Nggak apa-apa,” sahut Nasya pada Sean.

Meskipun merasa aneh, Sean tak bertanya lebih lanjut karena masih ada orang tuanya. Setelah ia dan Nasya berpamitan—rencananya ia akan mengantar Nasya pulang—barulah di dekat motor Sean bertanya.

“Apa yang tadi lo liat dari masa depan bokap gue, Na?”

 Nasya membuang muka. “Lebih baik lo nggak tau.”

“Na ...”

Nasya mendongak, menatap Sean yang saat ini juga tengah menatapnya dengan raut permohonan. Sean sampai memegang kedua sisi bahu Nasya agar Nasya tetap fokus pada Sean.

Nasya menelan ludah. Haruskah ia beri tahu kepada Sean? Tetapi bukankah percuma karena sejauh ini tidak ada masa depan yang bisa diubah?

“Bokap lo ...”

“Bokap gue kenapa, Na?”

“Bakal kecelakaan.”

Sontak, Sean terbelalak. “K-kok bisa? Kenapa? Kejadian awalnya gimana? Tempatnya di mana? Terus—”

“Gue nggak tau sedetail itu. Sorry.”

Nasya menunduk , begitu juga Sean yang langsung menunduk dengan wajah murung.

“Lo bener, Na. Harusnya gue nggak tanya soal masa depan bokap.”

“Sean ...”

Nasya menjadi merasa bersalah karena sudah memberi tahu soal itu kepada Sean.

“Apa nggak bisa dicegah?” tanya Sean.

Nasya menggeleng. “Gue pernah coba ke Kak Sagara, tapi akhirnya dia tetep meninggal,” cicitnya dan kembali sedih mengingat kepergian Sagara.

Nasya melanjutkan bicara mengenai yang pernah terjadi pada Sagara. Apa yang pernah ia lihat pada kematian Sagara berbeda dengan yang akhirnya terjadi karena ia sempat ikut campur, tetapi pada akhirnya kematian tetap berpihak pada Sagara dengan cara kecelakaan. Cara kematian bisa berbeda, tetapi kematiannya tetap terjadi.

“Gue pikir, takdir nggak akan bisa diubah. Mungkin untuk kasus bokap lo, cara kecelakaannya bisa beda, tapi bakal tetep ngalamin kecelakaan. Sorry.”

“Lo nggak perlu minta maaf lagi, ini bukan salah lo.”

Mereka berangsur terdiam, larut dalam pikiran masing-masing.

Nasya memperhatikan Sean yang tengah melamun. Tiba-tiba saja ia merasa khawatir karena tidak bisa melihat masa depan Sean, ketakutan karena kehilangan seseorang menghinggapinya. Ia pun penasaran bagaimana kira-kira masa depan yang akan terjadi pada Sean? Ia ingin tahu, tetapi tak bisa.

***

Kekhawatiran Nasya muncul saat melihat Sean di hari berikutnya. Lelaki itu masih menjemputnya untuk berangkat ke sekolah bersama seperti sebelumnya, hanya saja raut wajah Sean tampak tak baik. Sean seperti kurang tidur dan banyak melamun juga menunjukkan kesedihan.

“Sean, lo nggak apa-apa?”

“Hm.”

Sean yang biasanya tengil dan banyak bicara kini tampak murung, Nasya yang melihatnya dibuat tak tega.

His Hug (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang