Bab 7 - Kebenaran Tentang Sean

4.5K 374 29
                                    

Happy reading! Vomment-nya gaes😍

Ada voting jadwal update di bawah, silakan dicek😁

***

Sean rebahan di atas kasur sambil menatap langit-langit ruangan. Terkadang ia tak menyangka kalau sudah kembali menetap di Indonesia, padahal dulu sulit untuk kembali ke negara ini karena ulah papanya.

Sean tahu kalau dirinya bandel, bahkan saat masih duduk di bangku sekolah dasar pernah tidak naik kelas. Namun, ia tak menyangka kalau papanya mengirimnya untuk bersekolah di luar negeri setelah lulus SD.

Ada perasaan yakin dalam diri Sean kalau papanya mengirimnya bersekolah di luar negeri bukan karena kebandelannya, tetapi karena sesuatu yang lain.

“Apa Papa takut gue bernasib sama kayak Sagara?” gumam Sean.

Memikirkan soal Sagara membuat Sean menyesal. Seharusnya dulu ia tidak usah bersekolah di luar negeri, tetap bersama Sagara. Apakah dengan begitu, Sagara akan hidup?

Ada banyak hal yang Sean sesali jika mengingat masa lalu, terutama tentang Sagara.

Terdengar suara dering ponsel, Sean membuyarkan lamunannya. Ia meraba-raba nakas lantas meraih ponselnya. Ada telepon masuk dari papanya.

“Sean, bisa temui Papa sebentar?”

“Sorry, I’m bussy.”

“Bussy-bussy. Bussy ngapain? Nge-game?”

Sean tertawa. “Bussy mikir.”

Sean yakin saat ini papanya tengah memasang raut heran. Anaknya yang hanya suka mengacau dan bermain game, tiba-tiba bilang sedang sibuk berpikir?

“Ayo temui Papa sebentar!”

“Nggak mau!”

Secara sepihak, Sean langsung mematikan panggilan. Ia tertawa membayangkan raut marah papanya, sungguh lucu menurutnya. Hubungannya dengan papanya terbilang baik, walaupun papanya tampak marah pasti sebenarnya tidak benar-benar marah.

Sejak kembali ke Indonesia, Sean tinggal sendiri di sebuah apartemen. Ada suatu alasan mengapa ia tidak tinggal bersama orang tuanya.

Keluar dari kamar, Sean memasuki ruangan yang lain. Ia menghampiri dinding yang terdapat foto beberapa orang dengan keterangan yang ia susun sendiri.

Sean mengambil anak panah kecil lantas melemparnya hingga mengenai wajah seseorang di foto. Ia mengambil satu lagi lantas melemparnya ke foto orang yang lain.

“Dasar orang tamak! Habis kalian nanti!”

Sean memasang wajah marah. Ia tahu banyak hal tentang Sagara. Ia yakin ada yang tidak beres dengan kematian Sagara, pasti bukan kecelakaan biasa.

***

Pagi hari, Sean bangun saat matahari belum naik. Ia sengaja bangun begitu pagi. Usai cuci muka dan gosok gigi, ia olahraga lebih dulu masih di dalam unit apartemennya dengan melakukan treadmill.

Usai berolahraga, Sean bersenandung sambil berjalan ke dapur. Sejak tinggal sendiri di luar negeri, ia terbiasa memasak sendiri, karena itulah pagi ini hendak memasak dulu untuk sarapan.

Sean tampak asyik sendiri, memasak sambil bernyanyi dan memutar lagu, terlihat bahagia bagaikan tak ada beban hidup. Selesai memasak, ia langsung memakan hasil masakannya sendiri.

“Beruntung banget cewek yang bakal jadi istri gue karena punya suami bisa masak,” ujar Sean, biasa memuji diri sendiri.

Usai makan, Sean menyiapkan perlengkapan sekolah ke dalam tas. Ia lantas memasuki kamar mandi, melakukan mandi pagi dilanjut berganti pakaian. Setelahnya, ia menyemprot parfum.

His Hug (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang