Bab 16 - Cemburu

3.5K 256 8
                                    

Bab ini belum direvisi gaes, maap kalo ada typo. Entar kalo sempet gue revisi ya😩

Happy reading!

***

“Siapa lo?! Beraninya lo mau nyium adek gue?!”

Arhan berteriak dengan tampang marah, kemudian menarik tangan Sean agar menjauh dari Nasya. Arhan mencengkeram kerah Sean lantas hendak melayangkan tinjunya ke wajah Sean, namun untungnya Nasya mencegatnya.

“Stop!” teriak Nasya. “Jangan, Bang!”

“Kenapa lo bela cowok yang mau nyium lo sembarangan?!”

Sean hanya diam sambil menutup mulutnya rapat-rapat. Tentu saja tadi ia kaget melihat kedatangan cowok lain, tetapi setelah diingat-ingat seperti itu kakak Nasya karena ia pernah melihat fotonya.

Kalau yang sedang marah padanya adalah kakak Nasya, maka Sean tak berani melawan karena khawatir dapat kesan jelek. Maka ia hanya diam memperhatikan Nasya dan kakaknya yang mulai berdebat.

“Bang Arhan duduk dulu! Lepasin dia!” tunjuk Nasya pada Sean.

Dengan terpaksa, Arhan melepas Sean lantas beranjak duduk di sofa.

“Jelasin semuanya!” perintah Arhan.

Nasya mendengkus. Ia lantas menarik Sean agar duduk di sebelahnya.

“Bang Arhan dulu yang jelasin! Kenapa tiba-tiba pulang? Kan gue kaget tau!”

“Gue libur sekarang. Tadinya gue balik tanpa ngabarin karena mau ngasih kejutan, eh malah gue yang kaget liat lo sama cowok lain mau—” Arhan menghentikan ucapannya dan menatap Sean dengan geram.

Ditatap seperti itu oleh Arhan, Sean hanya berusaha menunjukkan senyum terbaiknya.

Nasya berdehem, dipikir-pikir malu juga ketahuan Arhan. “Tetep aja harusnya lo ngabarin gue dulu, Bang.”

Arhan memutar bola mata malas. Padahal sebelumnya saat ia libur kuliah pun pernah pulang tanpa memberi kabar untuk kejutan. Biasanya Nasya menyambutnya dengan hangat karena lama tak bertemu, sebab ia berkuliah di luar negeri, tetapi kali ini ia malah berdebat dengan Nasya.

“Dia Sean, teman sekelas gue,” ujar Nasya sambil menunjuk Sean. Ia lantas menunjuk Arhan. “Itu Bang Arhan, kakak gue.”

Arhan berdecih. “Temen? Temen apaan yang sampe mau ciuman!” sindirnya.

“Sebenarnya saya pacar Nasya,” ujar Sean dengan sopan.

“P-PACAR?!” pekik Arhan dengan mata melotot.

Arhan benar-benar terlihat kaget. Ia hampir tak percaya Nasya sudah bisa pacaran lagi setelah Sagara meninggal satu tahun yang lalu. Entah mengapa ia merasa kesal, mungkin karena ia teman Sagara dan belum terima kalau adiknya yang pernah berpacaran dengan Sagara sekarang sudah punya pacar lagi.

“Maaf atas tindakan saya tadi, Bang. Saya sejujurnya memang mau nyium Nasya,” ujar Sean.

Arhan melipat tangan di depan dada ala-ala mertua galak sambil menatap Sean dengan tajam.

“Perkenalan yang lengkap, sekarang!” perintah Arhan pada Sean.

“Nama saya—”

“Nggak usah pake saya, terlalu baku. Gue jadi berasa tua,” ujar Arhan.

Sean mengangguk sambil berusaha tetap tersenyum, kakak Nasya ternyata cukup menyebalkan.

“Nama gue Sean, Bang. Gue temen sekelas Nasya, anak pindahan dari Amerika. Umur sembilan belas tahun, alamat rumah—”

His Hug (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang