Bab 4 - Harus Apa?

4.5K 389 78
                                    

Happy reading gaes! Vote and comment-nya😗✨

***

Nasya terpaksa menerima tawaran pacaran semata-mata agar bisa mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya. Ia akan memperlakukan Sean seperti biasa dengan dingin dan cenderung tak peduli, karena yang ia mau hanya jawaban.

Lamunan Nasya buyar, ia bergegas melepas jabat tangan dengan Sean. Saat ia mendongak untuk menatap Sean, bola matanya sontak membesar menyadari Sean tengah menatap terang-terangan ke arah tubuh basahnya.

Nasya menunduk, menyadari kalau branya terlihat jelas dari balik seragam. Ia langsung menyilangkan tangan di depan dada.

“Da-dasar mesum! Jangan lihat-lihat!”

Nasya berseru marah dengan pipi memanas, kini pipinya merona merah.

Sean terkekeh singkat, kemudian lelaki itu berdehem dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

 “Ya, ya, terserah lo mau anggap gue apa.”

Sean melepas jaket yang dikenakannya lantas memakaikan ke tubuh Nasya.

“Biar nggak kedinginan dan anunya nggak dilihat orang lain, jangan nolak loh.”

Nasya hanya diam, mendongak menatap Sean yang jauh lebih tinggi darinya.

“Ayo kita pulang bareng, biar gue antar lo ke rumah.”

Seolah tak mau ditolak, Sean meraih tangan Nasya lalu menggenggamnya dengan erat.

“Kita lari ke tempat parkir motor, gue ternyata nggak bawa payung,” ujar Sean, menyengir kemudian.

Nasya menanggapi dengan dengkusan, tetapi gadis itu tak menolak tawaran Sean. Sejujurnya ia sudah menggigil kedinginan, ingin cepat-cepat sampai ke rumah, jadi anggaplah tawaran Sean seperti tukang ojek.

Tiba di parkiran khusus siswa, mereka menghampiri motor gede milik Sean. Nasya memperhatikan Sean yang mengeluarkan mantel lalu menyodorkan kepadanya.

“Gue cuma bawa satu mantel, dipakai sama lo aja.”

“Terus lo gimana?”

“Gue nggak usah pakai,” kata Sean dengan senyum terulas.

“Tapi—”

“Mau pakai sendiri atau gue pakaikan?” sela Sean dengan pertanyaan.

“Pakai sendiri.”

Nasya bergegas memakai mantel itu sambil sesekali melirik ke arah Sean.

Nasya menyadari sesuatu, walaupun Sean terlihat ramah di luar, tetapi lelaki itu sepertinya tipe bossy yang tak mau dibantah, suka memerintah, dan mengatur orang lain. Contohnya seperti saat mengajak pacaran atau hal-hal lain setelah dan sebelum itu. Jadi lebih baik ia menurut selama tak merugikannya.

“Ayo naik,” ajak Sean usai Nasya memakai mantel.

Sean sudah berada di atas motor dan menyalakannya, bersiap melajukannya sambil menunggu Nasya naik di belakangnya.

Nasya naik ke atas motor Sean. Ia memegang tas Sean di belakang, ogah sekali kalau harus memeluk pinggang Sean sebagai pegangan.

Motor Sean mulai melaju, keluar dari area tempat parkir yang beratap. Kini tubuh Sean kehujanan, apalagi hujan bertambah deras saat mereka memasuki jalan raya.

Mendadak Nasya dilanda perasaan cemas. Apakah ia orang yang tak tahu diri? Justru malah ia yang memakai mantel, padahal ini adalah milik Sean, dan di sini ia hanya orang yang menumpang di motornya. Bagaimana kalau Sean sakit dan ia yang disalahkan?

His Hug (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang