Warning! Mengandung konten 18+!
Happy reading! Vote and commentnya gaes😍✨
***
Beruntung luka tusuk Nasya tak dalam dan tak sampai mengenai organ dalam. Nasya diduga pingsan karena syok. Setelah perutnya dijahit, gadis itu pun tampak baik-baik saja dan sudah sadar.
Namun, Sean tetap menunjukkan raut cemas. Mau luka Nasya parah atau tidak, baginya melihat Nasya tertusuk benar-benar membuatnya panik. Ia sampai takut kehilangan Nasya.
"Sean, gue baik-baik aja. Lo bisa lepasin tangan gue nggak?" tanya Nasya. Pasalnya sejak tadi Sean tak berhenti menggenggam tangannya.
"Apanya yang baik-baik aja? Lo ditusuk dan ini pasti gara-gara gue, orang tadi kayaknya mau nusuk gue," ujar Sean.
Hening, Nasya memilih diam, ia menyadari kekhawatiran Sean. Akhirnya ia biarkan saja Sean terus menggenggam tangannya.
Tak berselang lama, datanglah orang suruhan Sean dan suruhan Papa Sean yang menyelidiki masalah orang yang menabrak Papa Sean dan orang yang menusuk Nasya.
"Gimana, Pak? Pelaku yang nusuk pacar saya ketangkep nggak?" tanya Sean.
Pria itu menggeleng. "Kami kehilangan jejak."
Sean mengepalkan tangan dengan erat. Ia tak ingin Nasya kembali terkena bahaya, bagaimana ini?
"Cari terus sampai ketemu," perintah Sean yang diangguki oleh pria itu.
***
Hari terus berlalu hingga berganti bulan. Kini Nasya dan Sean sudah lulus SMA dan berkuliah di kampus serta program studi yang sama.
Sebenarnya Sean hendak kembali dikirim ke luar negeri oleh orang tuanya, disuruh berkuliah di sana. Namun, tentu saja Sean menolak dan ingin tetap bersama Nasya, katanya sih tak ingin pisah.
Hubungan Nasya dan Sean yang awalnya hanya statusnya yang pacaran, kini benar-benar pacaran. Mereka semakin lengket dan terus bersama.
Ada yang berbeda dari masa SMA, yaitu perasaan Nasya. Setelah insiden tertusuk, Nasya sadar tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, dan saat itulah ia menyadari perasaannya pada Sean.
"Sean, gue suka sama lo," ujar Nasya sambil memeluk lengan Sean.
"Na! Cukup! Lo mau bikin jantung gue meledak?"
Sean memasang raut pura-pura kesal, padahal wajahnya memerah salah tingkah. Entah sudah berapa kali Nasya menyatakan suka padanya, tetapi ia masih belum terbiasa.
"Cie, salting," bisik Nasya.
Sean menutup wajahnya dengan tangan. Nasya kini semakin berani bahkan bisa menggodanya. Ia tidak kuat!
Yang Sean senang, sekarang Nasya terlihat lebih ceria, tak semurung saat SMA. Nasya juga sudah bisa benar-benar merelakan kepergian Sagara. Walaupun sesekali sedih dan teringat, jika saat itu terjadi maka Sean akan menghibur Nasya atau mengajak Nasya berkunjung ke makam Sagara.
"Udah mau masuk! Jangan pacaran mulu!" sindir Mutiara yang lewat dengan seorang lelaki.
"Emangnya lo enggak? Lo juga lagi pacaran kan?" tanya Nasya sambil menunjuk tangan Mutiara yang bergandengan dengan pacar barunya.
Mutiara menyengir. Gadis itu lantas masuk lebih dulu ke ruang kuliah. Ngomong-ngomong, ia juga kuliah bersama Nasya dan kebetulan berada di kelas yang sama.
"Ayo masuk ke kelas sekarang," ajak Sean lantas berdiri dari duduknya.
"Bantuin berdiri ..." pinta Nasya dengan memasang wajah sok imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Hug (On Going)
Teen Fiction"Gue suka pelukan lo, bikin gue nyaman." Itulah yang Nasya ungkapkan kepada lelaki yang baru hadir di hidupnya, lelaki yang membuatnya terkejut saat mengetahui identitas aslinya, lelaki yang berhasil memporak-porandakan hatinya. * Satu tahun telah b...