X'east merupakan club dan diskotik bau didaerahjakarta selatan. Kalau tidak salah baru sekitar setahun dibuka. Lokasi nya yang jauh dari rumah dan kantormembuat ku tidak berminat untuk kesini jika bukan karena si Alika Piggy. Bau asap rokok dan alkhol ini tidak mampu ditutupi dengan pengharum ruangan yang disediakan pengelolah diskotik ini. Mataku sibuk mencari Alika saat pundakku ditepuk oleh seseorang.
"hai apa kabar lo?" ternyata Angga yang mnyapaku, kenapa dia disini juga. "oh hai ngga. Baik. Bagaimana dengan lo? Mana pacar lo? " aku tidak melihat dia bersama pacarnya. Karna setauku pacar Angga memang selalu mengekorinya seperti pemuja. Aku cukup akrab dengan Angga . biasa nya aku, Alika ,Angga dan Danu sering nongkrong jika memiliki waktu luang.
"sudah gue putusin, tu cewek kayak lintah." Jawabnya enteng.
"hahaha, beraninya lo? Dia trima lo putusin? Dia kan muja lo banget. Kayak ikan nyembah air. Hahaha." Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hebohnya saat Angga mutusi pacarnya itu.
"ah elo. Makanya ini gue pindah tempat biar tu cewe ga gangguin gue".
"lo ninggalin makanan-makanan lo disana dong". Angga tersenyum dengan istilah 'makanan' yang aku kasih keperempuan-perempuan yang pada rebutan nempel ke Angga. Secara Angga ganteng, tinggi, keren, pengusaha sukses pula.
"disini juga banyak kali Lan model begituan. Yuk ditungguin Alika noh nangis dia." Katanya sambil membimbingku jalan menuju Alika.
"kalian emang janjian disini? Lain kali milih yang agak deket rumah gue napa." Oke aku merasa dikerjain duo racun ini. "kenapa Alika nangis coba. Kan dia yang mutusin Arga. Tu orang emang aneh." Omelku
"Dia nangisin kerjaan tau. Paling juga ditenangin sama Danu bentaran juga diem." Wajahnya terlihat kecewa. Aku pernah berfikir jika Angga suka Alika. Namun sampai saat ini Angga belum pernah menyentuh Alika. Berbeda dengan Danu yang aku sering melihatnya dengan Alika berciuman, namun hanya benar-benar berciuman tidak pernah lebih.
"Ngga, kok lo ga nenangin Alika juga? Kan lo juga temennya?"
Angga berhenti mendadak membuat aku menabrak punggung kokohnya. "iya gue cuman bisa jadi temennya ga bisa nenangin dia." Jawabnya sambil senyum yang dipaksa. Gini nih temen-temen aku yang pada gebleknya ga ketulungan. Ya Tuhan berilah mereka pencerahan.
Setelah menunjukkan tempat Alika dan Danu, Angga berjalan dulu meninggalkan aku yang berusaha berjalan tanpa menabrak kaki orang atau kursi meja didepanku. Aku merasa ada yang sedang mengawasiku, aku menoleh kebelakang lalu keatas lantai dua sepertinya itu vip room, dan aku melihat pria seksi itu lagi menatapku dengan pandangan yang tidak bisa aku artikan karna aku bukan pembaca ekspresi orang. Aku manajer, ingat? Dan dia tersenyum kearahku, aku tidak yakin dia tersenyum kepada ku atau orang lain. Dari pada aku besar kepala dan menyakiti hatiku sendiri aku bebalik dan menuju meja dimana Alika sudah tenang dan sedang menggenggam tangan Angga dan dipeluk oleh Danu. This ist crazy! Mungkin yang tidak mengenal mereka berfikiran negatif. Tapi aku sudah melihat ini lebih dari dua tahun dan terbiasa.
"Pig lo kalo mau nangis doang jangan dsini. Noh kerumah gue. Ntar bunda dengerin keluh kesah lo, enakkan? Bonus ceramah pula." Kataku asal sambil duduk kemudian meminum cocktail yang aku yakin itu milikku, tidak mungkin dari mereka bertiga ada yang hanya memesan cocktail.
"betina itu menggangguku." Rengek Alika pada dua pengawal pribadinya. Tentu saja Danu dan Angga menatap ku dengan tatapan yang seakan mengatakan "hentika Lana".
Aku hanya mengangkat alisku. Suasana disisi tergolong tidak terlalu ramai. Mungkin karena memang masih baru atau memang dibatasi, memang ada beberapa diskotik yang memiliki batas pengunjung untuk mmbuat pengunjung merasa lebih nyaman.
"kenapa kita tidak memesan ruang privat sih. Aku bosan melihat orang bercumbu seperti tiada hari esok saja". Kataku ke Danu
"Alika ingin disini Lan." Katanya setengah berteriak melawan dentuman musik yang menggema.
"astaga hentika Alika! Masalah kantor tidak sebesar itu. Lagi pula kau direktur utama. Apa yang lo tangisi? Pasti ntr ketemu siapa biang keladinya. Sudahlah." Menenangkan perepuan 25 tahun manja ini sungguh membosankan. Alia adalah perempuan yang sangat cerdas, madiri dan kuat. Namun entah kenapa akhir-akhir ini dia menjadi lebih manja.
"Baiklah, tapi gue ga mau mengeluarkan uang untuk menyewa privat." Katanya sambil menyeka air matanya yang entah keberapa liter itu.
"jangan kayak orang susah deh lo. Gue masih bisa bayar! Ah nyebelin banget sih."
"Disini aja de Katz, gue lagi pengen dance."
"heh Piggy, di privat juga bisa Dance kali."
"Lo kan baru pertama kesini Katz. Sini aja ya ya ya? Lo kan perawan baik." Rayu Alika
"ah lo ini. Kapan si gue bisa lepas dari pelet lo. Heran gue bisa banget lo kalo maksa gue. Huft." Dan aku lagi-lagi mengalah. Bukannya tidak suka, namun ini yang aku maksud dengan menjadikan dia musuhku. Tragis memang. Aku bersahabat dengan alika sejak dibangku SMP hingga sekarang. Dulu aku yang selalu menang, tapi entah sejak lulus SMA ak yang selalu mengalah padanya . lebih tepatnya sejak kedua ayahnya meninggal .
"gue turun ya Katz, lo mau ikut ga?"Tanya Alika. aku hanya menggeleng. Mengingat pertengkaranku dengan Mikael tadi cukup mmbuatku berfikir benarkah dia ingin menikahiku karena cinta atau hanya karena dia ingin meniduri tubuhku. Entahlah. Lamunanku buyar saat Danu berbicara "kok lo ngelamun trus si Lan? Ada masalah?" itulah danu, dia sangat perhatian. Mungkin ini yang membuat Alika sering mengadu dan mengeluh pada Danu yang perhatian dan sabar.
Aku menggeleng, "engga Dan, gue cuman bingung sama Mikael. Bawaannya pengen ngelonin gue mulu". Aku tidak pernah merahasiakan keperawananku pada ketiga temanku ini, karena aku tau mereka peduli padaku dan sebaliknya. "Dan salah ya kalo gue belom mau have sex sama Mikael?" tanyaku pada Danu.
"ya engga lah. Kalo lo ga siap ya ngapain lo paksa. Dini aja gaperna gue paksa. Dia ngasih karena mau bukan harus." Kata Danu sambil merapikan anak rambut ku yang keluar dari kuncir kuda andalanku. "gue tau elo ga cita sama Mikael, itu hak lo. Dia ga bisa maksa elo. Kalo dia berani maksain elo, Lo bilang ke gue, gue bakalan narik semua invest gue dari dia." Danu selalu membuatku merasa dia adalah seorang kakak yang sayang menyayangi aku sebagai adiknya. Aku tau dengan kekayaan yang dimilikinya diusia 30, dia bisa membuat seorang Mikael Adiatma bangkrut dalam waktu seminggu. Danu dan aku berteman sejak kami sama-sama menempuh pendidikan di Kanada, bedanya saat itu aku menempuh pendidikan Sarjana dan Danu menyelesaikan Doktornya. Pertemuan yang tidak disengaja membuatnya selalu menjagaku seperti adik kandungnya sendiri. Sedangkan Angga adalah teman Alika yang entah bagaimana cara mereka bertemu pun aku tidak mengetahui karena mereka tidak mau mnceritaknnya.
"Jangan begitu Dan, Mikael tidak sejahat itu."
"berjanjilah lo akan ngomong ke gue kalo Mikael nyakitin my little Princess". Panggilan sayang Danu jika akan membuat ku berjanji padanya, aku sudah hafal betul dengan kakak beda orang tua ku satu ini. Danu memelukku erat dan mencium keningku sayang selayaknya kakak. Mikael sering cemburu jika Danu memeluk atau mencium pipi dan keningku. Tapi aku tidak perduli. Bagiku Danu adalah kakak yang jauh lebih berharga daripada Mikael yang hanya calon suamiku.
"baiklah Danu ku sayang, your little princess akan mengadukan Mikael jika serani melakukan itu." Aku mengedipkan sebelah mataku pada Danu. "Dan silahkan membuatnya hancur." Lanjutku. Aku terkekeh geli membayangkan hal itu terjadi. Mikael akan menjadi glandangan. Sangat sayang sekali dengan wajah rupawannya.
"oh sekarang ceritakan, apakah lo udah menemukan gadis yang bisa bikin lo klepek-klepek? Hemm?" selidikku, "gue bosan Dan selalu di mintai Mami cariin lo gadis. lo kan sudah tua. Carilah gadis yang baik dan menikahlah. Kenapa sih elo memilih berpisah dari Dini, dia gadis yang baik. Berhentilah bermain-main pak tua." Aku mepererat pelukanku pada pinggangnya.
"jangan hiraukan mami, lo kan tau mami memang begitu." Elaknya
Aku mencium pipinya untuk menunjukkan kepedualianku padanya saat ada seorang yang berdehem cukup keras mengalakan musik yang sedang menggema dari entah DJ yang aku tidak mengenalnya.
"Maaf mengganggu Dan, Gue kira tadi salah orang. Ternyata emang lo. Apa kabar lo?" suara ini. Seketika aku melihat pria seksi diparkiran tadi. Dia melihat dan menaikkan alisnya saat melihat aku memeluk pinggang Danu.
"astaga Mike, kok lo di Indo sih. Bukanya lagi di London?" danu melepaskan pelukanku dan bersalaman ala pria dengan pria seksi ini. Oh namanya Mike. Sangat cocok dengan wajah rupawan dan bibir menggairahkannya. Kenapa aku hanya berfikir tentang buibir pria seksi ini y tuhan. Aku benar-sudah tidak waras.
"Udah kelar Dan urusan disana. Udah sebulan gue di Indo. Mia udah bisa handle disana. Maklumlah perempuan kan cuman bisa heboh aja, ujung-ujungnya kita laki-laki juga yang beresin semua". Kata-katanya sungguh membuat ku ilfil seketika. Sungguh dengan kerupawanannya pria ini memiliki otak yang rusak. Bibir yang aku anggap menggairahkan itun ternyata tidak lebih dari tumpukan sampah. Bagaimana bisa mengatakan entah siapa perempua yang disebutkannya seperti itu. Hei aku juga perempuan dan tidak hanya bisa heboh. Aku juga perempuan pekerja keras.
Daripada aku semakin sakit hati dengan rupa dan otak yang tidak sesuai pria itu, aku berdiri dan mendekati Danu. Berbisik kepadanya "gue ketolet bentar" dan mencium pipi Danu. Danu melihatku bingung atas tindakanku, karena aku biasanya menciumnya saat aku berterima kasih padanya, dan saat ini jelas bukan karena itu. Aku hanya merasa harus melakukan itu, mungkin karena aku tidak suka saat pria menawan dengan bibir sampah itu menyebutkan perempuan yang mungkin saja istri atau kekasih atau siapapunnya itu. Aku bisa melihat Mike terlihat kaget saat aku mencium pipi Danu, namun tidak mengatakan apapun.
Ditoilet aku hanya merapikan pakaianku. setidaknya dress simple sepaha tanpa lengan Zara ini tidak terlalu terbuka sehingga tidak membuat ku kedinginan atau pun kepanasan karena tidak tertutup.
Keluar toilet aku kaget tanganku ada yang diraih seseorang. Tidak kasar hanya membuatku kaget karena orang itu adalah Mike.
"lo ini ngapain si?" tanyaku pdanya sambil melepaskan tanganku dari tanganya.
"Hai, kita belum berkenalan. Aku mike, kamu Lana kan?" tanyanya dengan senyum diwajahnya, jika saja aku tidak tau mulut sampah pria ini mungkin aku masih akan sangat basah dibawah, bukan berarti aku sekarang tidak basah, tapi tidak separah saat diparkiran. Oh God, Aku akan pulang secepatnya. Sangat tidak nyaman dengan pakaiandalamku ini.
"Nah lo itu udah tau." Jawab ku sok cuek. Sunggu rasanya aku munafik. Aku berbalik akan menuju Danu untuk berpamitan pulang.
"tunggu, kamu pacarnya Danu?" tanyanya dengan ekspresi entah apa itu.
Aku berbalik menatapnya bingung, "Bukan uruan lo". Aku menyesali kata-kata kasarku, tapi aku tidak mempunyai kewajiban untuk menjelaskan kepadapria tampan ini. Aku melangkah menuju tempat dimana Danu sudah turun bergabung bersama Alika dan Angga, namun pria ini memegang pundakku, meraih daguku dan menciumku.
Aku hanya melotot kaget. Astaga apa aku sedang mengalami pelecehan seksual? Oh tapi apakah pelecehan seksual bisa selembut ini. Bibir seksi sampah ini sunggu manis, ada rasa cocktail dan tequila. Bibirnya sangat lebut, lidahnya mendesak masuk mencicipi setiap bagian bibirku, pagutannya menuntut tapi lembut, nafsu tapi tidak buru-buru. Lidahnya menjelajah mengeksploitasi bibirku dengan sempurna. Astaga aku akan bertahan hidup seratus tahun hanya dengan ciuman bibir pria sampah ini. Bahkan ciumannya lebih menyenangkan dan memabukkan daripada ciuman Mikael. Oh Mikael, apa yang aku lakukan ini, menikmati ciuman pria berotak udang sedangkan aku memiliki kekasih. Aku menarik diri dan dia melihat ku dengan tatapan terluka . apa-apan ini, seharusnya aku marah. Tapii.. aku juga kehilangan kelembutan bibirnya membuatku kecewa.
"APA YANG KAMU LAKUKA? DASAR BRENGSEK!" aku hanya memukulkan cluth ku ke muka rupawannya. Dan meninggalkannya langsung keluar X'east tanpa berpamitan pada Alika, Angga, dan Danu. Oke aku memang munafik dengan meneriakinya seperti itu. Setidaknya fantasiku saat aku pertama kali melihat bibir menggoda itu sesuai dengan yang aku harapkan, sanggat membuat ketagihan.
Aku pulang! Hanya itu yang aku krimkan kepada ketiga temanku. Menghidupkan mesin mobil dan pulang dengan perasaan campur aduk.