Aku memang sudah gila. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjaga jarak dengan Mike. Dan aku melakukannya. Aku terbang ke Surabaya hanya untuk menghindarinya. Tidak sepenuhnya benar memang. Lusa hari pernikahan sahabat-sahabat hatiku, Alika dan Angga melangsungkan resepsi yang pertama di Surabaya tempat kelahiran dan Angga tumbuh. Aku memutuskan sedikit memajukan penerbanganku. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Mike saat menemukanku tidak ada dirumah Mom, mungkin dia hanya duduk bersantai melepas penat dirumah atau ditaman milik Mom. Aku mematikan Iphone ku, bukan aku besar kepala karena mengira Mike akan melacakku, tapi yang aku takutkan adalah jika Mike benar-benar tidak mencariku. Perdebatan di restoran waktu itu membuat Mike mendiamkanku beberapa hari meskipun dia teteap menelfonku tiga kali sehari untuk mengingatkan makan, mengecekku di Café tentang kedatangan dan kepulanganku. Tapi Mike selalu menolak menemuiku langsung.
Aku mendarat di Bandara Juanda pukul dua siang, langsung menuju ke hotel Manggala dengan taksi. Katakan aku membuang uangku, tapi aku tidak. Aku sudah menghubungi Danu saat akan take off tadi, dan dia seperti biasa memaksaku menginap disini. Yap karena Danu bisa disebut pemilik hotel berbintang tersebut. Sangat munafik jika aku menolak tawaran Dau bukan?
Saat aku tiba di hotel yang sungguh sialan megah ini aku disambut dengan wajah penuh emosi Mike di Lobby Hotel. Aku tidak bercanda dan melebih-lebihkan tentang emosinya. Bahkan wajah putihnya menjadi sangat gelap dengan amarah, aku tercengang tentu saja.
Mike mendekatiku dan ya Tuhan, binar mata hijaunya menghilang diganti dengan gelapnya malam yang menakutkan.
"Mike.." bisikku. Kalian pernah merasakan dilempar dari gedung 50 lantai? Mungkin itu yang kurasakan. Lututku lemas, jantungku berhenti berdetak dan kemudian berdetak lagi dengan kencangnya.
Mike meraih tanganku, membawaku menuju lift dan naik kelantai 23. Aku bahkan tidak berani bersuara. Didalam kotak sialan ini, hanya ketakukanku dan suara nafas berat Mike mendominasi. Kuberanikan diri melirik sebentar kekasihku, rahangnya mengeras, wajah merah padam dan tangannya yang kanannya mengepal keras namun tangan kirinya menggenggamku lembut. Bagaimana bisa dia menjagaku sebaik ini. Rasanya aku ingin manangis.
Sesampainya didalam kamar, aku bahkan melupakan bagaimana mewahnya Suite ini. Mike melepaskan genggamannya dan berjalan kearah ranjang. Dia hanya memunggungiku. Apa yang kalian pikirkan jika menjadi diriku??
"Mike, bicaralah." Aku sungguh kagum dengan suaraku yang mampu keluar meskipun tercekat. Tapi Mike hanya diam . kedua tangannya mengepal disamping tubuhnya. Dan, Bugg! Mike meninju tempok tepat diatas ranjang.
Tidak sekali, namun dua kali, tiga kali.
Aku berlari meraih tangan kanan malang yang Mike gunakan menyakiti dirinya sendiri.
"Demi Tuhan hentikan!" jeritku saat Mike akan menghantamkan tangan kirinya yang masih memiliki luka kering dari ulahnya kemarin.
"Kumohon bicaralah padaku Mike." Aku tidak sanggup lagi menahan air mataku. Aku menatapnya memohon. Dan sialan! Mike bahkan tidak mau menatapku.
Aku memeluk tubuh tegangnya. Sangat sakit rasanya Mike tidak membalas pelukanku. Nafasnya masih memburu, detak jantungnya masih berpacu ditelingaku.
"Mike bicaralah."
".."
"Kumohon jangan seperti ini Mike." Aku bahkan akan mengemis untuk mendengar suaranya sekarang.
"Kenapa?"
"Apa?" aku menatap kedalam bola matanya. Kecewa. Itu yang terpancar jelas didalam kedua mata hijaunya.
"KAU! Kau membuatku gila!" Mike menutup matanya dan menarik nafasnya. "Kenapa kau meninggalkanku?"
"Apa maksudmu? Aku hanya.. hanya". Aku harus mencari alasan yang tepat.
"Hentikan semuanya Honey, aku kecewa padamu."
Kata-katanya bagaikan mimpi burukku. Inilah saatnya. Saat dimana Mike akan meninggalkanku. Saat dimana aku akan mati tanpa dirinya. Saat dimana dalam sekejap aku akan merasakan matinya hati dan ragaku kehilangannya. Hiperbola? Kalian hanya tidak mersakan apa yang aku rasakan.
Aku mundur, aku tidak sanggup mendengar lagi kata-katanya.
"Aku tidak ada artinya untukmu."
Aku tertawa dalam tangisku. Mungkin Mike akan menganggapku gila. Iya aku memang gila, gila karena sangat mencintai pria tolol ini.
Aku terduduk, lututku tidak sanggu lagi menahan tubuhku.
"Kau , hiks. Kau bahkan tidak tahu apapun dariku Mike." Kataku lirih.
"Karena kamu menutup dirimu untukku. Aku sekarang tahu, aku hanya tidak ada didalam hatimu." Kata Mike berjongkok didepanku. Menatapku sendu.
Tubuhku bergetar, aku akan mengatakannya. Sialan jika nantinya akan sagat memalukan.
"Tahu apa? Kau? Aku? Aku sangat mencintaimu! Maafkan aku Mike. Kamu bahkan tidak tahu sebesar apa dirimu didalam hatiku." Tangisku pecah. Aku sangat malu? Tensu saja. Mike akan meninggalkanku karena aku mencintainya. Setidaknya aku akan mati saat sudah mengungkapkan milikku.
Pelukan Mike membuatku semakin malu. Lihat, dia semakin mengasihiniku. Aku yang memuakkan dan memalukan.