terima kasih teruntuk kalian yang sudih meluangkan waktu membaca khayalan saya tentang sebuah pesimistis seorang wanita. love you all.
Aku terbangun karena kebiasaanku jika pukul dua harus meminum segelas air putih. Aku menyibakkan selimut, dan aku merasakan sebuah tangan kokoh memelukku posesif.
Aku harus pergi sekarang, akan sangat canggung jika Mik terbangun. Apa yang akan aku lakukan?
Dengan perlahan aku mengangkat tangan Mike dan memberikan sebuah guling untuk dipeluknya. Aku berdiri sebisa mungkin tidak membuatnya bangun. Tapi sialan, pusatku sangat teramat nyeri dan ngilu. Shit! Aku berusaha berjalan memunguti pakaianku, mengenakannya dan berjalan tertatih ke kamar tamu yang sebenarnya akan aku gunakan. Mengganti pakaian dengan pakaian kantorku. Sebenarnya aku sangat risih, tapi mana mungkin aku menenakan hotpant dan kaos nirvanaku malam-malam begini. Aku membereskan barang-barangku dan keluar dari kamar mengendap-endap bagaikan maling. Aku kedapur mengambil air untukku lalu segerah keluar dan turun ke lobby. Pulang dengan menggunakan Taksi. Bahaya jika dini hari seperti ini menggunakan taksi sebenarnya, tapi akan lebih bahaya jika aku pulang kalan kaki.___
Dua hari setelah kejadian yang sangat mrmbuatku bahagia itu. Aku belum berani bertemu dengan Mike. Bukannya aku takut atau apa. Bertemu denganya sedangkan aku sudah jatuh cinta padanya akan membuatku bagaI seorang gadis jalang yang malang.
Pagi itu aku berangkat ke kantor bahkan sebelum para bawahanku terbangun mungkin. Alasanku berangkat pagi-pagi adalah supaya tidak ada orang yang tahu cara berjalan anehku. Aku tidak menerima satupun panggilan telfon dari Mike. Bahkan siangnya dia mengunjungiku dikantor, dengan sigap aku sudah mengantisipasinya dengan meminta sekretarisku mengatakan aku ada meeting. Aku tahu dia tidak percaya dan mendatangi Alika dan alika menyampaikannya padaku. Tapi aku tak perduli. Namun sepertinya kesabarannya cukup sampai disini.
Karena pada hari ketiga aku menghindarinya, Mike menerobos masuk keruanganku lengkap dengan wajah angkernya. Sedangkan dibelakangnya sekreetarisku mengikutinya
"Kenapa kau menghindariku?" suranya menyerupai bentakan. Astaga kenapa dia semarah itu.
"Apa maksudmu?" untunglah suaraku mau bekerjasama denganku.
"Kau tidak mau menemuiku, dan menghindariku, tidak menerima panggilanku." katanya masih dengan tatapan yang aku yakin mampu membuatku ketakutan. Tapi aku tidak mau kalah dengannya. Aku hanya duduk di kursiku melihatnya bagai singa sedang kehilangan anaknya.
"Maafkan saya bu. Bapak ini memaksa." kata sekretatisku. Aku tahu dia sudah berusaha sebisanya.
"Gapapa, kamu tolong tutup pintunya saja." kataku ."Mike, duduklah." kataku pada Mike. Aku sangat ketakutan saat ini. Sangat takut Mike marah padaku dan berakhir meninggalkan aku. Aku memang merindukannya, tapi aku cukup waras untuk tetap mrnghindarinya.
"Kau sudah berjanji padaku Lana." tidak duduk pada sofa yang aku tunjuk untuknya duduk, Mike berjalan kearahku. Duduk bersandar pada meja kerjaku dan tatapannya tidak pernah meninggalkan wajahku. Untunglah korden ruanganku saat ini tertutup. Memang sengaja aku tutup tiga hari ini untuk menghindari siapapun yang ingin menemuiku diluar urusan kerja.
"Baiklah. " kataku pelan dan tersenyum." aku memang sudah berjanji tidak akan mengacuhkannya jika aku kesal padanya. Tapi alasanku menghindarinya bukan karena aku kesal atau bahkan marah padanya. Aku hanya kesal dan membenci diriku sendiri. "Kau sudah makan?" tanyaku, aku sangat tahu kebiasaan Mike melupakan makannya. Dia hanya menggeleng. Padahal ini sudah melewati jam makan siang.
"Jangan menatap ku seperti itu Mike." aku tersenyum. Menarik tangannya. "Ayo makan. Ini sudah melewati jam makan bigboy." oh baiklah. Aku akan menjalankan peranku sebagai sahabat yang baik. Aku tidak bisa terus sembunyi menuruti keinginan tololku. Bagaimanapun aku juga ingin berada disamping Mike, walau hanya menjadi temannya.
Brjalan dari ruanganku hingga turun kelobby, entah sudah berapa pasang mata perempuan yang sudah berusaha menggoda Mike. Tidak munafik, aku memang minder sekarang. Dengan ketampanan Mike, mike bisa mendapatkan gadis manapun. Aku hanya trmannya, dan sangat tidak memiliki peluang untuk bersamanya. Memang Mike menggandeng tanganku, tapi itu memang yang selalu dialkakukannya ketika berjalan denganku.
Kami memutuskan makan di restoran seberang kantorku. Suasana disini sangat nyaman memang. Apalagi masakannya lumayan menggugah selera. Mike dengan manjanya memintaku memilihkan makanan untuknya. Aku hanya memutar mataku Dengan permintaan konyol itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya sela-sela makan. "Kenapa tidak?" jawabku asal. Aku sungguh tidak mau membahas malam paling menakjubkan untukku sekarang. Karena mungkin itu hanya untukku. Mana mungkin Mike juga menikmatinya. Bukankah dia hanya memenuhi permintaanku. Lagipula aku sangat tidak berpengalaman dan pastinya sangat tidak memuaskan untuk Mike.
"Oh iya Mike, apaka untuk acara pembukaan besok ada dresscode nya ? Biasanya Mom suka membuat aneh-aneh." aku bertanya, karena suasana saat ini sungguh canggung dengan Mike yang selalu menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan.
"Kenakan apapun yang membuatmu nyaman Lana." kata Mike. Bagaimana aku bisa mengenakan apapaun jika Mike memberikaku kissmark disepanjang pangkal leherku. Dasar! Aku memutar mataku kesal. "Yeah!"