empat

19.6K 410 3
                                    

Mike tidak mengatakan apapun, hanya mngemudikan mobil dengan rahang mengeras dan jari-jarinya menggenggam erat kemudi.
Iphone ku terus menerius menyanyikan Anaconda milik Nicky Minaj tak ada niatku untuk menjawab telfon itu. Aku tahu betul siapa yang menelfonku.
mike menepikan mobil sialan ini dan merebut tasku. Mengeluarkan semua isinya, menemukan apa yang dia cari kemudian menatap Iphone ku sekilas, dia membuka kaca mobil disebelahnya dan membuang begitu saja milikku.
"Mike! Apaan si maksud lo?" tanyaku keran. "Hanphone gue lo buang, trus gue balik ke jakarta gimana? Gue ga bisa telfon Danu atau Angga. Aduh!" Mike menepuk kepan keningku.
"Kita balik kejakarta sekarang." katanya tegas
"Tapii.." kataku terpotong karena dia langsung memelukku posesif.
"Memangislah jika ingin menangis. Keluarkan semua amarah kamu Lana". Mike melepaskan pelukannya dan menggenggam erat tanganku.
Aku hanya tersenyum. " kenapa gue mesti nangis?" aku mendikkan bahu acuh. "Aku bahkan merasa sangat lega jika Mikael menemukan Perempuan yang bisa melayaninya. Karena gue nggak bisa". Suaraku menghilang pada kalimat terakhir.
" dasar wanita aneh." mike mencium puncak kepalaku. "Jangan memendam kesedihan seorang diri ". Sangat nyaman berada dalam peluka Mike.
" aku hanya... Hanya.. Sangat malu padamu." Mike melepaskan pelukannya seketika aku meraskan kehilangan. Dia mengamati wajahku dan dahi mike berkerut tanda tak memahami maksudku.
"Aku sangat malu membuat tuanganku berselingkuh. Tapi sungguh aku tidak sedih . hanya malu.". Aku menatap wajah rupawannya. " pasti Alika menertawakan aku". Kataku cemberut.
----
Aku dan Mike mendarat di bandara soeta. Dan apa kalian tahu? Kami tidak menggunakan penerbangan komersil. Karena dia memaksan menggunakan pesawat entah milih siapa yang sangat nyaman.
Aku melemaskan otot yang sebenarnya tidak kaku saat aku melihat tiga sahabatku berlari kearahku dan Mike.
"Lo gapapa kan Lan?" Angga langsung memelukku. "Ehemmm. Aku masih disini Ngga". Aku tahu Alika hanya bercanda, namun Alika cemburu padaku itu sesuatu yang lucu. " lo gapapa kan? Gue bakalan bunuh Mikael. Bakalan gue cintang kemaluannya," aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya rencana kejam Alika.
"Little princess, gue ga akan biarin Mikael hidup dengan tenang mulai sekarang". Danu memelepas paksa pelukan Angga dan memelukku sayang, aku sangat tahu Danu tidak pernah main-main dengan ucapannya tentang membuat bangkrut Mikael Cor. " gak usah Dan, gue gapapa. Kalian kan tau gue gapernah cinta sama dia." aku mengecup pipi Danu. Memang hubunganku dan Danu lebih spesial daripada Alika atau Angga. Namun kami murni mengganggap diri kami saudara.
Aku tidak sengaja melihat Mike yang menatapku dan Danu tidak suka..
"Ceritanya nanti saja. Kamu pulanglah dulu dan beristirahat." kata Mike menggandeng ku menuju mobil yang aku perkirakan menjemputnya.
"Gue balik sama mereka aja ya". Kataku pada Mike. Mike menatapku tajam dan akhirnya mengangguk setuju.

---
Aku terbangun karena ketukan pintu kamarku yang tiada henti selama beberapa menit
"Lana, sayang. Bangun nak. Ada Mikael didepan." seru bunda lembut. Ouh kenapa Mikael harus kesini pagi-pagi sekali. Aku melihat jam digital di nakas. Terkejut tentu saja. Aku tidur selama 12 jam. Dan sekarang jam 8 pagi. Tidak bisa dikatakan pagi karena matahari sudah nangkring tiggi menerangi bumi. Cih bahasaku menjadi aneh.
Aku mandi dan memilih baju sekenanya. Lalu menemui Mikael dengan wajah ceriaku.
Mikael terkejut dan takut melihatku. Aku hanya tersenyum kearahnya dan duduk di sofa didepannya. "Hai". Sapaku
Mikael terlihat terkejut karena aku sama sekali tidak terlihat marah padanya.
" maafkan aku Lana, aku khilaf." katanya pelan namun aku masih dengan jelas bisa mendengarnya.
"Sudahlah Mikael. Tidak apa-apa." aku tersenyum padanya
"Kau memaafkan aku?" katanya terkejut dan menggenggam kedua tanganku. Aku mengangkat pundak dan menghela nafas kaaar.
"Untuk apa aku tidak memaafkanmu Mikael. Sekarang kau temanku. Diantara teman akan saling memaafkan." matanya senduh, kecewa, terluka dan sedih menatapku.
"Jadi benar-benar tak terselamatkan." lirihnya.
"Aku hanya penasaran. Sejak kapan kau bermain dibelakangku". Aku hanya penasaran. " tiga bulan". Ucapnya tanpa memandangku.
"Dengar Mikael aku juga salah mengacuhlanmu. Tapi semua sudah terjadi. Sekarang aku kembalikan milikmu. Dan mari kita berteman." aku melepaskan cincin yang dia berikan saat melamarku lima bulan lalu. Setidaknya bersyukurlah Lana, kau mengetahui dia berselingkuh sebelum kau benar menikahinya. Tapi aku salah karena tidak pernah membalas cintanya.
"Mikael, bolehkah aku bertanya?" dia hanya menagangguk. Aku melepaskan genggaman tangannya. "Apa aku begitu tidak menariknya hingga kau berpaling?" sungguh aku sedikit sakit hati bagai kehilangan seorang pengagum. Semua wanita merasakannya, right?!
"Jangan berkata seperti itu cibtaku. Kamu sangat cantik. Hanya... Hanyaa... Aku pria dewasa normal yang juga membutuhkan pelampiaaan karena kau selalu menolakku." ada kilatan emosi di matanya. Bukankah seharusnya aku yang marah?
"Kau selalu bertindak bak malaikat suci yang tak pernah mau aku sentuh. Tapi kamu dengan mudah berciuman dan berpelukan dengan Angga atau Danu. Jangan dikira aku tidak tahu Lana. Aku melihat aemuanya." ini orang benar-benar cari ribut rupanya.
"Mikael. Sudah aku katakan mereka adalah sahabat hatiku."
"Dan kau selalu membela mereka Lana. Kau bagai pelacur mereka!" bentak Mikael, aku seketika berdiri dengan tangan melayang di udara akan menampar muka pria brengsek mantan tunanganku ini saat ada tonjokan di rahang Mikael yang mendahuluiku.
"Lo cuman cowok sampah ga ada guna. Pergi bawa penis sialan lo dari sini. Awas lo kalo berani nunjukin muka brengsek lo didepan Lana. Gue pastiin lo akan hancur!" Danu memelukku yang menangis gemetar. "Jangan menangisi pria brengsek itu little princess". Danu mengusap rambutku.
Mikael menyeka darah dari mulutnya dan berdiri. Menatap senduh kerhku dan pergi. Sungguh aku kecewa dengan ucapannya. Pelacur. Pelacur. Tenang Lana.
Aku menangis beberapa menit dengan sukses membuat kaos danu basah.
" maaf buat lo basah Dan". Kataku menunjuk kaos yang Danu kenakan.
Danu hanya menganngguk. "Kenapa lo masih nangisin dia?" nadanya sangat menuduh.
"Gue ga nangisin dia Dan. Tapi dia ngatain gue pelacur lo sama Angga bikin gue naik darah. Elo kan kakak tersayang gue." jawabku sambil cemberut manja pada Danu.
"Akhirnya manjanya keluar." Danu mencubit pipi ku. "Mike uda jelasin semuanya ke gue sama Angga Lan. Gue serius bakalan dia nyesel bikin lo malu kayak gini. Udah ah, nanti bunda sedih kalo lo nangis gini."
---

Malam minggu seharusnya aku sedang berada dikamar nyamanku. Menonton semua koleksi film drama tomantis koleksiku. Tapi disinilah aku. X'east tampak sudah penuh. Aku memandang dengan menyipitkan mata untuk menyesuaikan dengan keremangan cahaya yang minim. Mungkin hari ini temanya remang-remang, karena terakhir aku menginjakkan kaki disini tidak segelap ini. Ayolah Lana. Ini diskotik, bulan mall. Tentu saja penerangannya minim. Aku berjalan menuju meja ujung yang sedang digunakan oleh Angga dan alika. Tapi seketika aku merasakan seeorang sedang mengikutiku. Dan aroma maskulin vanilla ini aku sangat mengenalnya. Mungkin hanya perasaanmu saja Lana. Aku tetap berjalan menuju meja ujung. Angga melihat ku dan tersenyum menyambutku.
"Hai Lana. Kenapa lo sendiri? Danu ga jemput?" tanya angga bingung.
Aku hanya menggeleng dan tersenyum. Menoleh pada Alika dan... "Bwahahahahaha. Kenapa lo pake dress itu?" aku tertawa sambil memegangi perutku. Oh aku akan merasakan kram perut sebentar lagi. "Lo kayak biarawati suci. Sumpah ya. Lo lagi gak sakit kan Pig?" Alika cemberut hanya senyum masam. Alika yang biasanya mengenakan dress supermini saat ke tempat-tempat sejenis ini, kali ini mengenakan dres panjang berwarna biru muda tanpa lengan dengan tali spageti dipundak cantiknya.
"Hentikan Lana. Itu bahkan masih terlalu terbuka buat Alika." Angga memeluk pundak Alika posesif. Kenapa aku merasa sangat iri kepada dua sahabat jiwaku ini. Aku duduk di kursi lain di sekitar meja.
Inikah kenyataannya? Mikael tidak pernah mencintaiku. Dia hanya ingin menyeretku keranjangnya. Dia bahkan tidak pernah memperhatikan penampilanku. Dia hanya merasa marah jika aku berada didekat Angga atau Danu. Mungkin alasannya karena dia tidak bisa dengan bebas tanpa ijinku untuk menyentuhku tapi meraka bisa. Astaga, kenapa aku sebodoh itu.
Kau tidak cantik Lana. Kau terlalu standart menjadi wanita. Tidak. Aku tidak sakit hati atau cinta dengan Mikael. Namun kenyaatan menyadari Mikael hanya menginginkan aku untuk melayaninya diranjang sungguh membuatku sedih. Aku memang tidak cantik seperti Alika. Apalagi dengan tinggi hanya 160 dan tidak seksi. Pantas saja Mikael mencari yang lebih dariku. Hmmm ak menghembuskan nafas kasar dan merasa sangat lelah.
"Lana kenapa lo? Lo sakit?" Alika memang sungguh sensitiv dengan kegalauanku.
"Ti.. Tidak. Hanya saja aku baru menyadari sesuatu." aku menatapnya dengan tatapan ingin pengertiannya.
"Katakan jika itu bisa membuatmu lega. Aku akan menginap ditempatmu malam ini okey?" Alika menggenggam tanganku dengan sayang. Pernahkah aku mengatakan jika Alika dan aku adalah 1 hati dengan dua tubuh berbeda?
"Hei, apa-apaan. Trus gue sama siapa?" rengek Angga pada Alika. Alika hanya memukul sayang lengan Angga.
Aku mersakan sebuah pelukan dari belakangku. "Hai princess, bukankah aku mengatakan akan menjemputmu?" Danu duduk di kursi sebelahku. Danu memanggil pelayan dan memesan martini untuknya dan aku entah kenapa memeaan vodka yang langsung mendapat pelototan tajam dari tiga sahabat tercintaku. Tapi aku adalah Lana, aku membutuhkannya.
"Gue mau dapet one night stand malem ini juga". Entah kenapa kata-kata ajaib itu keluar dari mulutku.
" APA?" mereka tidak menatapku tajam, tapi melotot seakan membunuhku dengan mata mereka.

LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang