Sebulan belakangan aku menyibukkan diri pada pekerjaanku. Bahkan pekerjaan yang seharusnya menjadi asistenku dan sekretarisku pun aku ambil alih. Bukan tanpa alasan aku menjadi workaholic. Yap! Tekatku mencoba menghilangkan Mike dari pikiran dan hatiku, yang sepertinya mustahil terjadi. Tapi setidaknya aku mencobanya.
Aku bahkan menerima ajakan teman kuliahku untuk hangout. Meskiun sejujurnya aku tidak dekat dengan mereka, bukankah menjalin silaturahmi bukan hal yang salah? Pikirku. Disinilah aku, di sebuah café bertemakan tumbuhan di dekat kantorku. Membicarakan masa-masa perkuliahan cukup menyenangkan, mengingat mantan gebetan di kampus membuat kami berempat menertawkan kegilan masa lalu.
Alika sering curiga dengan sikapku akhir-akhir ini. Namun aku bisa meyakinkannya jika aku hanya ingin suasana baru, untungnya Danu sedang sibuk dengan persiapan pernikahannya dengan Clara hingga tidak membuatku menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaibnya. Harapan sederhanaku ialah membuat hidup singkat ini membuat bunda bahagia dan aku pun semoga demikian. Hanya itu yang sekarang aku inginkan, tidak terlalu sulit bukan/
“Lana.” Tepukan dipundakku menghentikan semua lamunanku, aku menengok melihat siapa yang menyapaku. Oh great, kenapa bisa bertemu dengan Mia sekarang. Bahkan melihatnya membuat ku kesakitan mengingat Mike.
“Mia”. Aku tersenyum. “Apa yang kamu lakukan disini?” Tanyaku berbasa-basi. Setidaknya beramah tama tidak membuatku semakin menjadi jalang menyedihkan.
“Ehm, Lan. Bisa kita bicara sebentar?” tanyanya ragu. Aku mengangguk dan mengikutinya menuju pojok café yang terdapat kursi kosong setelah aku mengatakan pada teman-temanku jika aku ada keperluan sebentar.
Aku memilih duduk di kursi depan Mia dari pada disebelahnya, bukankah lebih baik bicara dengan melihat wajah lawan bicara dari pada melihat ke samping untuk melihat lawan bicara muka bukan? Setidaknya itu menurut pendapatku.
“Apa yang mau kamu bicarakan Mia?” aku sedang tidak ingin membicarakan tentang cuaca dan kemacetan Jakarta saat ini. Setidaknya, cukup dengan berbasa basi itu.
“Sebenarnya bukan hal yang penting, tadi ga sengaja aku melihatmu saat memasuki café. Mumpung ketemu, sekalian aja aku kasih kamu ini.” Mia mengeluarkan undangan dan menyerahkan kepadaku. Hollyshit! Mereka akan menikah? Bukan! Disini tertulis undangan pertunangan. Tapi tetap saja pada akhirnya mereka akan menikah! MENIKAH! Demi tuhan apa yang akan aku lakukan. Aku menenangkan rasa sakitku. Menahan air mata yang rasanya memaksa untuk keluar dari mataku.
“In.. ini?” suaraku bahkan seperti tikus yang hampir mati keracunan. Aku menatap undangan itu miris. Dengan menahan rasa sakit di dadaku aku menatap Mia dan mencoba sekuat hati memberikan senyum terbaikku andai pun aku bisa. “Ses… selamat.” Kataku amat sangat bergetar.
“Thank you Lan, dan aku sangat senang apabila kau berkenan hadir.” Mia dengan senyum manisnya dan aku dengan senyum memprihatinkanku. Tiba-tiba Mia mengangkat tangannya seakan memanggil seseorang. Aku hanya menunduk memandangi undangan sialan yang membuat hatiku berdarah-darah. Aku bahkan tidak menyadari saat seorang pria duduk disebelah Mia hingga Mia memperkenalkanku dengannya.
“Lana, kenalin. Ini Louis, Lou ini Lana.” Katanya dengan wajah tersipu. Sehancur-hancurnya hatiku, aku masih bisa melihat jika Louis ini terlihat sangat memuja Mia, dari tatapan pria ini, aku bisa dengan jelas melihat itu. Betapa beruntungnya Mia mendapatkan hati dua pria yang sangat tampan. Mungkin aku akan mengatakan turut berbahagia seandainya saja salah satu dari pria itu tidak sangat kucintai.
“Hai. Panggil saja Lou.” Aku menjabat uluran tangan Louis. “Aku banyak mendengar tentangmu dari Mia.” Lanjut Louis. Seketika pemikiran negative muncul dalam kepalaku, apakah Mia mengatakan bahwa aku mengenaskan, memalukan atau bahkan sangat membuatnya terganggu. Sungguh jika itu yang Mia bicarakan dengan Louis ini, makan iya. Aku memang memprihatinkan karena menciantai calon tunangannya. Mungkin Mi akan semakin mengatakan kemalanganku jka mengetahui fakta memalukan ini.
“Lou hentikan! Aku tidak mau Mike marah pada kita.” Kata Mia lembut menatap Louis dengan tatapan yang.. oh tidak, aku yakin itu adalah sama persis dengan cara aku menatap Mike. Apakah yang dimaksud Mia Mike akan marah karena Mia selingkuh?
“Sayang, Lana pasti kan tahu pada akhirnya. Entah Mike akan membunuhku atau tidak, itu hanya masalah waktu.” Louis menatap Mia meyakinkan dan menggenggam tangannya. Doubleshit aku menelan ludah melihat mesranya kedua orang didepanku.
“Maaf menyela kalian. Tapi aku sungguh tidak mengerti.” Aku menarik nafas dan memantapkan hati untuk mengatakannya. “ Tapi jika kalian memang benar berselingkuh, aku bersumpah tidak akan mengadukan kalian ataupun mencampuri urusan kalian” aku menatap Mia dan Louis bergantian.
“Lana apa maksud mu berselingkuh? Siapa yang berselingkuh? Apa kau tahu Mia berselingkuh dibelakangku?” Tanya Louis menatapku bingung.
“Kenapa Mia berselingkuh dibelakangmu jika kalian adalah selingkuhan?” jawabku bingung, aku sungguh bingung. Kenapa Mia berselingkuh lagi dari selingkuhannya.
“Apa maksudmu Lana?” suara Mia terdengar bingung. “Demi Tuhan sayang. Aku bahkan tidak punya pemikiran sekalipun untuk berselingkuh darimu. Kenapa aku harus melakukan hal menjijikkan itu jika aku milikmu dan kamu milikku?” Mia meyakinkan Louis dan Louis menatapku semakin bingung. Sial! kenapa aku terjebak dengan orang orang berselingkuh disini. Mia sungguh jago dalam kemampuan membuat seseorang mempercayai apa yang dikatakannya. Bahkan aku juga hampir percaya dia jijik dengan perselingkuhan jika saja aku tidak menangkap basah dia melakukannya.
“Lana Jelaskan apa maksudmu. Aku tidak mau ada kesalapahaman atau jika memang benar aku tidak akan menyalahkanmu karena kebenaran ini. Katakan!” Suara Louis yang tadinya sangat ramah sekarang menjadi tegas dan menuntut. Tatapan matanya berganti menjadi intimidasi padaku. Louis bahkan melepaskan genggamannya pada tangan Mia yang entah sejak kapan mereka saling menggenggam.
“Okai. Dengar! Mia sudah bertunangan Louis.”
“Yap! Aku sangat tahu karena akulah tunangannya. Lalu dengan siapa Mia berelingkuh?” Louis memotong penjelasanku.
“Apa?” rasanya tenggorokanku tercekat sekarang. Aku reflek berdiri hingga membuat kursiku terdorong kebelakang membuat suara gesekan dengan lantai. Aku tidak peduli dengan semua mata didalam café ini yang menatapku heran. Fakta ini membuatku semakin menjadi orang tolol. Otakku mencerna kata demi kata tentang fakta ini. Louis-Mia-tunangan-Mike.
Aku membuka undangan yang Mia berikan padaku tergesa.
“Lana..” aku memberikan tanda pada Mia untuk tidak berbicara dengan tanganku.
Dalam undangan ini ditulis pesta pertunangan antara Mia Lourens dengan Louis Bastian. LOUIS BASTIAN??
Aku menatap wajah Mia dan Louis bergantian. Aku tahu mereka menungguku menjelaskan apa maksudku, aku hanya membuka mulut dan menutupnya selama satu menit.
Kelegaan luar biasa didadaku membuat air mataku tiba-tiba keluar. Tanganku menutup wajah memalukanku, aku terduduk dengan tetap menutupi wajahku yang dipenuhi air mata kelegaan dan malu yang sangat luar biasa. Aku merasakan tangan Mia menenangkanku dengan mengelus pelan lenganku serta membisikkan kata menenangkan, setelah aku bisa menguasai tangisku, aku memutuskan menjelaskan semuanya pada pasangan yang ku kira adalah selingkuhan. Lalu bagaimana dengan Mike? Bagaimana kau bisa memikirkan Mike sekarang, bodoh? Meminta maaflah pada mereka dulu. Benar juga.
“Mia maafkan aku.” Aku menatap Mia memohon maaf. “Tidak ada yang perlu dimafkan Lana. Tapi bisakah kamu jelasin kenapa kamu menangis dan maksudmu tadi?” suara Lembut Mia semakin membuatku merasa bersalah. Bagaimana mungkin gadis sebaik dia berselingkuh, kau sangat bodoh Lana.
“Berjanjilah kau akan memaafkan aku jika aku menjelaskannya?” tanyaku ragu pada Mia disebelahkau. “Louis tolong dengarkan penjelasanku. Aku.. aku salah paham dengan Mia mu.” Bahkan suaraku sangat terdengar jelas bergetar. Aku sangat malu. Untunglah tangisku benar-benar sudh berhenti
“Setidaknya jelaskan dulu Lana.” Luois masih dengan suara tegasnya. Nyali ku semakain ciut untuk menjelaskan kebodohn dan ketotolan otakku.
“Aku berfikir Mia tadi memberikanku undangan pertunangannya dengan Mike…”
“What??!” seru Louis.
“Please dengerin dulu.” Kataku memohon. Louis menatapku curiga namun akhirnya mengangguk. “jadi tadi pas kamu datang dengan tatapan mesramu pada Mia dan tatapan penuh cinta Mia padamu, seketika aku mengambil kesimpulan bahwa Mia berselingkuh dengan mu dari Mike.”
“Huahahahahahha.” Louis tertawa sangat keras hingga aku bisa melhat dia mengeluarkan sedikit air mata. Kenapa dia bisa tertaa saat seseorang berfikir dia berselingkuh dengan tunangannya sendiri? Pikirku heran. Disampingku Mia tertawa namun tidak sampai membuat kecantikan dan kelembuatan meninggalkannya.
“Lana, demi Tuhan kau sangat kocak.” Louis berkata ditengah tawa terbahak-bahaknya. “Inikah alasan Mike memujamu? Dari mana kau mempunyai pikiran aku akan berselingkuh dengan tunanganku.” Sepertinya aku memang mempunyai pikiran yang sama dalam hal ini degan Louis. Tapi kata-katanya mengganguku.
“Tunggu, apa maksud mu Mike memujaku?” tanyaku heran.
“Ups, Mike benar-benar akan membunuhku.” Kata Louis masih dengan sedikit tertawa.
“Jangan dengarkan tunanagnku ini Lana. Kami tidak ingin membuat Mike marah.” Kata Mia lembut sambil menggenggam tangan Louis diatas meja. Betapa irinya aku melihat dua orang berwajah dewa dan dewi ini.
“tapi kau dan Mike terlihat serasi Mia.” Kataku pedih.
“Tentu saja.” Jawab Mia enteng, dan mengedipkan mata pada Louis. “dan Lana, setidaknya dengarkan apapun yang Mike katakana Lan, dia pria baik.” Kata Mia menatapku.
“Kau mengatakannya karena dia mantan kekasihmu? Hmm?” Tanya Louis dengan cemberut meliapat tanganya didada membuatku mengingat Angga jika cemberut.
Aku hanya tersenyum tidak menanggapi Mia. “Baiklah pasangan yang berbahagia, aku pergi dulu. Sekali lagi maafkan aku.” Aku berdiri
“Kau mau kemana? Teman-Temanmu sudah pergi. Kenapa tidak ikut ke X’east saja?” Tanya Louis.
“Pergi kesana dan bertemu Danu? Tidak, aku tidak ingin mendapat ceramah malam ini. Terima kasih.” Jawabku dan permisi meninggalkan meja Mia dan Louis. Menurutku sekarang Danu sudah bagaikan bodyguard dan pelayan yang sangat memuja Clara, dia tidak akan sanggup menolak apapun keinginan calon ibu dari anaknya, cinta Danu pada Clara membuatku khawatir jika Clara akan menyakiti sahabat yang bagaikan seorang kakak bagiku.
Aku tidak memperhatikan jalanku hingga membuatku menabrak sesuatu. Ouuuh . Aku pasti akan jatuh tersungkur jika saja tangan kokoh ini tidak menahanku tetap menempel pada tubuh tegap dan atletisnya. Damn, aku sangat mengenal aroma tubuh ini. Sehingga membuatku mendongak mellihat penyelamatku dan seketika membuatku menganga. Demi calon kehidupan bahagiaku, sangat tidak ingin melihat wajah ini untuk saat ini.