Keresahan hati yang melandaku saat ini, mungkin sama dengan yang dialami semua wanita saat disuruh memilih antara tas brended edisi tebatas atau dipecat dari pekerjaan yang amat sangat disukai. Memang berbeda dengan situasi yang aku alami, namun cukup membuat kebingungan.
Aku hanya mampu menundukkan kepala memperhatikan jariku yang memilin Blousku. Mana berani aku menatap Mike.
“Lana.” Suara Mike sungguh membuatku ingin melompat memeluknya jika saja nada suaranya tidak semengintidasi ini. “Lihat aku!” geramanya.
Aku terjengkit mendengar suara marah Mike, demi tuhan kenapa aku sangat takut saat ini. Aku hanya harus membangun tinggi tembok perlindungan diriku agar Mike tidak bisa menyakitiku. Meskipun aku tahu akulah yang sebenarnya menyakiti diriku sendiri.
“Mike, jika kamu hanya ingin marah-marah seperti ini, lebih baik aku pergi.” Demi tuhan aku amat sangat merindukannya, tapi jika aku tetap berada didalam mobil sialan ini, aku tidak yakin tidak akan melompat kedalam pelukan hangat yang sangat aku rindukan.
Bukk. Tangan Mike menhantam pinggiran kemudi. Aku ketakutan tentu saja. Namun apa yang aku lakukan berikutnya adalah meraih tangan yang digunakannya meninju kemudi.
“Kau menyakitinya Mike!” bentakku. Tangannya berdarah tentu saja. Dengan suara gedebuk sekeras itu aku yakin dia menggunakan tenaganya meninjukan tangan tak bersalah itu. Tangan yang sangat aku rindukan menggengam hangat tanganku. Aku mengambil kotak p3K di dashboard dan mengobati lukanya. Aku tidak perduli dia meringis dan mengaduh kesakitan.
“Jangan merengek! Dimana sikap bar-barmu saat melukai tanganmu sendiri?” ketusku. Namun saat aku melihat wajah Mike, dia tersenyum lembut. Aneh!
“Aku akan bersedia melukainya seperti ini jika bisa membuatmu peduli padaku Lana.” Tangannya yang tidak terluka mengelus pelan pipi kananku. Demi Bunda aku berani bersumpah sangat menginginkan semua sentuhan Mike.
“Don’t.” lirihku. Aku membalut luka Mike dan berbalik akan membuka pintu mobil sialan ini. Aku bisa kena serangan jantung berdekatan dengannya, debaran jantungku sungguh membuat dadaku sakit. Tapi cekalan kuat tapi tidak kasar pada lengan kananku menghentikan semua rencanaku.
Aku ditarik kedalam pelukan hangat Mike. Entah kehangantan atau kenyamanan yang aku rindukan ini atau karena sesuatu yang aku sendiri juga tidak mengerti membuatku menangis. Sungguh aku merasa frustasi. Aku menginginkan Mike namun ketakutan akan penolakan dan penghianatan yang selalu menghantuiku.
Aku yakin kaos biru Mike sudah basah dan tidak nyaman untuknya, namun dia masih menenangkanku dengan tangannya yang mengelus naik turun punggungku. dia hanya sangat sabar menunggu hingga tangisku selesai.
“Maafkan aku membuat bajumu basah.” Aku menarik diri dari pelukan Mike. Hilang sudah kehangatan Mike. Dingin kurasakan bukan karena pendingin mobil ini, namun hilangnya pelukan Mike.
Mike menarik nafas kasar. “Jangan pernah lagi menghindariku. Kau sudah berjanji Lana.” Mike menarik tanganku kedalam genggaman hangatnya, mencium buku-buku jari dan kedua pinggung tanganku. “Kau milikku, aku tidak mampu berada jauh denganmu. Apa kau mengerti?”
Aku melotot menatap terkejut dengan pernyataan Mike. Aku miliknya? Apa?
“Apa maksudmu?” kataku tercekat.
“Kamu tidak tahu betapa kacaunya akau memikirkan kamu tidak mau menemuiku, menolak menjawab telefonku. Aku butuh kamu bersamaku, aku butuh kamu Lana. Dari pertama aku melihatmu, aku menginginkanmu.” Katanya menatap dalam mataku.
“Tap… Tapi aku…” aku kehilangan semua kata-kata untuk petahanan diriku. “Mike dengar! Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan sebulan belakangan, tapi aku yakin kamu terbentuk sesekali dan membuat otakmu menghilang dari kepalamu.”
“Apa kamu menolakku?” tuduhnya. Bagaimana aku bisa menolak Mke jika aku amat sangat menginginkannya. Mencintainya membuatku tidak waras, tapi setidaknya aku tidak mau menjadi sepenuhnya gila mempercayai semua ini.
“Bukan itu maksudku, hanya saja aku tidak bisa mempercayai ini.” Aku bersandar pada jok yang aku duduki. “Bagamana bisa kamu tertarik padaku? Aku tahu seleramu Mike, aku bahkan tahu kebutuhan ranjangmu! Aku sama sekali tidak sedikitpun mendekati semuanya.” Aku melihat wajah terluka Mike saat menyelesaikan kalimatku.
“Kamu menyakiti kahiku dengan menghina dirimu Lana. Kamu menghina milikku. dan kau salah! aku tidak tertarik padamu. aku menginginkanmu, membutuhkanmu, tergila-gila padamu. tertarik tidak bisa menggambarkan apa yang aku rasakan padamu!”
“jangan berbicara omong kosong Mike.” Jeritku.
“Tidak bisakah kamu mencobanya bersamaku. Setidaknya jangan menghindariku. Aku cukup dengan satu bulan gila ini Lana.” Aku mencari kebohongan dalam mata Mike, sungguh membuat hatiku hangat karena aku hanya melihat kejujuran dan penderitaannya.
Aku meraih Mike dan memeluknya, kedua tangannya merarik erat tubuhku mendekat pada tubuh atletisnya. Wajahnya tepat berada di leherku menciuminya dan bernafas disana, menghirup aromaku.
“Aku sangat merindukanmu Honey.” Rasanya hatiku menjerit bahagia mendengar pangilan sayangnya untukku. Entah ini akan bertahan lama atau hanya untuk satu jam kedepan, aku akan berusaha sebisa mungkin menikmatinya. Akan aku berikan semua milikku untuknya. Walaupun aku hanya memiliki hati yang mungkin nantinya akan tersakiti ditinggalkanya, setidaknya aku akan mencoba membuatnya bahagia untuk kebahagiaanku sendiri.