lima

19.4K 399 2
                                    

"Apanya yang apa?" acuhku tak berani menatap balik mereka Aku meminum margaritaku berpura-pura tak mengerti maksud mereka.
"Hiii Dan." tiba-tiba Mike berdiri disamping kananku. Kenapa Mike disini? Pikirku. "Eh Ngga apakabar lo?" Mike sepertinya akrab juga sama Angga.
"Baik gue bro. Kita kemaren belum sempet ngobrol". Kata Angga tak kalah akrab.
"Siapa gadis cantik ini?" Mike mengedipkan mata pada Alika. Kenapa dadaku sakit melihatnya, padahal aku sudah sangat biasa menjadi bayangan Alika. Aku tak pernah merasa tersisih dengan pesona Alika. Tapi kali ini aku merasakan sakitnya tak terlihat.
"Dia punya gue bro. Uda ada stempelnya. Ga liat lo?" kata Angga sambil memeluk Alika posesif.
"Hahahah easy bro. Just kidding". Jawab Mike dan beralih menatapku lembut. Oh jangan sekarang. Aku akan basah dalam sepuluh detik berikutnya. Sialan!
"Apa kabarmu Lana, mantan tunanganmu tidak mengganggumu bukan?" katanya lembut. Oh demi tuhan tatapan matanya. Jangan cabut nyawaku tuhan demi tatapan pria ini.
Danu menggenggam tangan ku, aku bersumpah melihat rahang Mike mengeras melihatnya. "Tadi Mikael datang kerumahnya. Gue nonjok muka anjingnya, dia berani ngatain Lana pelacur." geram Danu.
"Gue bersumpah bakal bunuh manusia busuk itu". Kata Angga. Aku tak pernah merasa seberharga ini sebelum aku mengenal mereka. Betapa Tuhan sangat baik padaku bukan? Dari sudut mataku aku dapat melihat Mike menutup matanya menahan emosi. Entah kenapa dia terlihat sangat emosi. Reflek aku menyentuh lengan kekar Mike. mike membuka matanya menatapku tajam lalu tatapannya beruba mendambah dan memohon. Aku melepas sentuhanku, namun Mike meraih tanganku dan meletakkan kembali pada lengan kekarnya.
" gue gak apa-apa. Suer". Candaku kepada Danu mencairkan suasana. "Gue mau turun dulu. Mau berburu". Aku melepas genggaman Danu dan lengan kekar Mike, meninggalkan meja sebelum mereka menggagalkan rencana brilianku. Katakan aku jalang. Hanya saja aku sangat membutuhkannya. Lebih baik aku melepaskan keperawananku dengan orang yang bahkan tidak mengenalku dan menuntut melayaninya lagi dan lagi. Dari pada aku menyerahlan keperawananku kepada seseorang yang hanya ingin meniduriku dengan kedok cinta.
"Tidak bisakah kamu mengenakan pakaian yang sediki tertutup?" Mike berdiri didepanku hanya berdiri mengatati aku. Sejak kapan dia disini?
Malam ini aku mengenakan mini dress merah darah berupa kemben dan sedikit mengempang dibagian bawah. Tidak ada yang salah dengan apa yang aku kenakan. Apalagi jika aku berniat mendapat one night standku malam ini juga.
"Apa?" kataku
mike tidak menjawab pertanyaanku, tapi menarik tanganku menuju ke tangga yang aku tak tahu kemana ujung tangga itu membawa kami.
"Jangan biarkan siapapun keruanganku sampai aku keluar". Kata Mike kepada seseorang berbadan besar berotot dengan seragam keamanan X' east.
Mike membawaku ke sebuah ruangan yang sepertinya sebuah kantor. " kenapa kau membawaku kesini? Kenapa orang itu membiarkan kita masuk kesini?" aku melangkah ke sofa merah ditengah ruangan ini. Ruangan ini sangat tenang, suara dentuman musik dibawah sama sekali tidak terdengar disini. Mungkinkah?
"Elo pemilik X'east?" benarkah?
"Yap. Ada masalah?" mike duduk di sofa single sampingku.
"Tidak hanya.."
"Bisakah kamu ber'aku kamu' denganku?" potongnya.
"Kenapa? Kalo sama temen emang gue selalu pake 'elo gue' kok." ujarku sambil mengamati foto-foto dimeja samping kiri sofa yang aku duduki.
"Maukah kamu membuat pengecualian?" orang ini memang aneh. "Baiklah. Sekarang katakan mau lo. Eh kamu. Ngapain KAMU bawa AKU kesini?" tanyaku jengkel dengan menekankan kata Kamu dan aku.
Dia tertawa. Oh tuhan basah sudah g-stringku.
"Katakan kenapa kamu mau membutuhkan one night stand Lana?" tatapan matanya seakan menuntut penjelasan.
"Hah? Kok lo, eh kamu tahu sih? Aduh harus ya semua yang memalukan musti kamu tau". Kenapa dia tahu. Sunggu double shit memalukan.
"Apakah kita berteman Lana?" pertanyaan apa itu. Tentu saja "tentu saja iya, setidaknya kamu pernah meminta. Tapi kalau kamu gamau berteman juga ga masalah". Dasar kau pembohong Lana. Jelas kau kecewa jika tak mau berteman denganmu.
"Jadi tidak salah bukan jika diantara teman ingin meminta sesuatu?" kenapa dia gugup?
"Selama aku bisa memberi, kenapa tidak?" jawabku.
"Bolehkan aku meminta nomor telfon atau apapun yang bisa aku gunakan untuk menghubungimu?" detik diamana dia menyelesaikan permintaannya, detik itu juga aku tertawa sangat keras. "Kau kocak Mike. Tentu saja tidak. Kau lupa kau membuang handphone ku Mike. Dan aku belum sempat membeli yang baru.padahal kau berjanji menggantinya." tentu saja aku bercanda. Aku sama sekali tak mengharap dia akan mengganti. Toh jika Mike tak membuangnya, aku juga akan tetap membuang Handphone sialan itu, terlalu banyak Mikael di hanphone sialan itu.
"Maafkan aku Lana. Bisakah besok kita beli handphone itu? Aku akan menjemputmu jika kau memberikan alamatmu padaku." nadanya penuh penyesalan.
"Tidak Mike, sungguh tidak perlu. Aku hanya bercanda." kataku sambil menghapus air mataku karena tertawa.
"Ayolah Lana. Aku memaksa. Setidaknya maukah kau menemaniku mencarikan kado untuk seseorang?"
"Baiklah. Tapi aku akan membawa mobilku sendiri. Kamu tidak harus menjemputlu Mike." sebelum Mike menyelaku, "apakah di Ciputra okey? aku udah lama ga ksana."
Mike hanya tersenyum dan mengangguk. Selanjutnya kami hanya mengobrol tentang apapun. Tentang pekerjaan, dan aku baru mengetahui jika selain X'east, dia memiliki beberapa diskotik dan cafe dibeberapa provinsi di Indoneaia. Dia juga menjalankan perusahaan "milik" keluarga. Tuhan kenapa aku selalu bertemu dan berteman dengan Billionare, ini semakin membuatku minder saja. Aku tidak bercanda saat menggunakan istilah membicarakan apapun. Bahkan Mike tidak segan menanyalan ukuran dadaku.
"Apa kamu gila? Next quetion!" Dia tidak malu. Tapi ini sungguh tripple memalukan untukku. Jika Alika berdada penuh dengan cup C nya, aku harus puas dengan cupB ku. Astaga kenapa pria yang sungguh aku ingin dekat dengannya walau hanya menjadi teman ini membuatku kehabisan ide untuk meladeni kegilaannya.
"Kenapa?" nadanya bahkan tak merasa bersalah. "Teman berbagi informasi apapun. Lagian siapa tahu jika aku sedang kemana gitu trus nemu apa gitu yang cocok buat kamu, supaya tidak salah ukuran Lana. Menurutku B, right?" lanjutnya. Satu lagi yang aku ketahui sari Mike, jika berbicara, dia suka menyebut nama lawan bicaranya. Dan itu sangat membuat lawan bicaranya (baca:aku) sangat merasa dihargai.
"God. Apa yang ada didalam otakmu itu hanya itu? Mesum!" mike terkekeh geli melihat reaksiku. "Kau bisa membawakan aku oleh-oleh lainnya.. Tapi kenapa juga kamu repot-repot? Toh disini juga banyak apapun yang mungkin bisa kamu jadikan oleh-oleh itu. Itu namanya pemborosan!" ujarku kesal. Mike hanya tertawa karena omelanku. Semoga tawanya yang mempesona iyu tidak pernah aku lupakan.

LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang