12th letter: i found it best that way

30 3 0
                                    

23th January 2021

TEBAK siapa yang baru saja menyandang gelar sarjana?

BENAR! Alex-lah orangnya.

Aku tak henti merasa bangga. Seminggu ini semua terasa bagai mimpi, satu demi satu hal baik datang tanpa henti. Mengesampingkan acara kumpul keluarga pada malam Natal yang sempat membuatku cranky, hari-hari setelahnya berjalan denan sangat lancar. Aku dan Alex memang tidak banyak bertemu selain saat ibadah Natal, sebab Alex sibuk mempersiapkan kelulusan dan aku sibuk membuat konten.

Kini setelah nyaris satu bulan berlalu, dengan bangga aku dapat berkata, Alex sudah lulus.

Ya, sebenarnya ia sudah menyelesaikan sidang skripsi. Januari hanya menunggu giliran wisuda. Aku datang ke kampusnya, menyaksikan upacara kelulusan, foto bersama, lalu makan dengan keluarga Alex. Setelah itu, Alex, Karin―adik Alex―dan aku pergi ke mal untuk seru-seruan dan belanja baju. Karin berdalih sebagai, "Hadiah kelulusan Koko!"―yang langsung dibantah Alex karena ini hari kelulusan-nya, seharusnya ia yang dapat hadiah dan bukannya menemani dua perempuan belanja berjam-jam.

Selama berjam-jam itu pula, Alex yang berperan sebagai bodyguard sekaligus pembawa belanjaan kami.

Sebelum pulang, kami menyempatkan diri makan frozen yoghurt di lantai bawah.

"Sebelum ada Ce Sora ya, Ko Alex mana mau diajak shopping begini. Apalagi sampai jadi tukang angkat barang pribadi," gerutu Karin, melirik ke arah si kakak yang kini sedang antre di kasir.

Aku menahan tawa. "Nggak kaget, sih," jawabku, "wajah emang nggak bisa bohong. Kadang aja dia masih kelihatan capek kalau aku sempatin diri buat lihat-lihat baju."

"Kok cece mau, sih, sama dia?" tanya Karin. Ia mengambil satu suap frozen yoghurt-nya. "Padahal, ya, Ko Alex boring, kaku, gak romantis."

"Ih, siapa bilang kokomu gak romantis?"

"Lah," ucap Karin kaget.

"Ya emang agak kolot, sih," akuku, mengangguk-angguk, "tapi sikapnya baik, gentle, pola pikirnya juga dewasa. Tiap cece habis baca buku, dia selalu mau dengerin review abal-abalnya cece, bahkan pernah sampai subuh."

"Beuh," Karin berlagak seperti orang mabok. "Ini, nih, orang terdeteksi bucin. Bahaya. Ko Alex aja gak pernah mau dengerin review-ku tentang buku."

Kami kemudian larut dalam tawa.

Biar kuberitahu, Nathan, ada banyak kebahagiaan kecil yang tersebar dalam hidup. Kami menghabiskan seharian itu dengan seru-seruan bersama ala anak muda―jalan-jalan, belanja, makan enak, main di arkade hingga malam. Aku baru sampai rumah pukul setengah sebelas malam, diantar Alex dengan Brio-nya. Di kursi penumpang Karin semangat sekali ingin melihat koleksi novelku yang terbaru (berbeda dengan Alex, Karin juga suka membaca), tapi Alex melarangnya karena merasa tidak enak bertamu malam-malam.

Oh, Alex juga bertemu Papa hari ini. Bukan yang pertama kali tentu saja, tapi entah mengapa melihat Alex pamit dengan Papa membuat hatiku menghangat.

Dulu aku sering membaca tulisan yang mengatakan bahwa, Saat kamu menemukan orang yang tepat, kamu akan tahu. Itu terjadi begitu saja: kamu akan tahu.

Mungkinkah seperti ini rasanya? Kau semakin yakin dengannya, selalu ada percikan kupu-kupu tiap bertemu dengannya, selalu ada kebahagiaan dan rasa puas tiap kamu menghabiskan waktu dengannya. Walau memang, Alex tidak sempurna, tapi saat bersamanya aku selalu merasa lebih dari cukup.

Esoknya, aku berencana menghabiskan seharian di café sembari mencari inspirasi untuk tulisan blog, tapi tiba-tiba turun hujan lebat. Aku mengurungkan niat, memilih untuk mengambil hari "libur" dengan bermalas-malasan dan membaca novel.

A Confession [Lee Chan - Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang