[To: soragrac56@gmail.com]
Subject: Surat Pertama
Halo.
Apa "halo" adalah awalan yang payah untuk sebuah e-mail?
Haha, barangkali iya. Apalagi, bila e-mail itu bersumber dari seorang pemuda payah yang pergi tanpa kabar lalu tiba-tiba muncul dengan sebuah pesan random. Sebentar, kenapa itu malah terdengar seperti awal plot cerita pembunuhan? Oh, lupakan. Aku berusaha untuk mencairkan suasana, tapi rasanya itu hanya membuat semakin runyam.
Tidak apa-apa, toh, e-mail ini tidak akan pernah sampai padamu.
E-mail ini akan kusimpan dalam drafku sendiri. Rasanya juga tidak etis untuk tiba-tiba mengirimkanmu e-mail sementara kita sudah tidak berkontak selama tiga tahun lebih.
Aku masih ingat hari itu. Malam pesta kelulusan di balkon restoran. Pengakuan canggungmu. Rona halus di wajahmu. Udara dingin malam. Juga, janji itu.
Janji kita.
Aku punya banyak penyesalan yang selalu kupendam dari sekarang. Hari ketika aku mengucapkan janji itu, aku tahu aku tidak akan bisa menepatinya. Itu yang kutakuti dari sebuah janji, bagaimana bila ternyata aku mengecewakanmu? Tapi pengakuanmu, kalimatmu, keberanianmu kemudian menular padaku. Aku yang awalnya benci berjanji, malam itu seolah tersihir oleh keberanian acak dan mengucapkan janji. Menghadapi ketakutanku.
Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa membuat itu menjadi nyata. Sora, sedari dulu kamu memang selalu seperti itu. Kamu gadis yang ... unik. Aku tidak pandai mendeskripsikan seseorang, tapi kamu adalah orang yang hangat. Ceria. Sering tersenyum dan tertawa, dan semangatmu menular. Perasaan hangat dan terbuka itu membuat orang-orang di sekitarmu menjadi nyaman.
Kamu tidak banyak bicara, memang, dan bukan tergolong sebagai orang populer yang terkenal di sekolah—seperti yang punya banyak kenalan kakak kelas dan adik kelas, tiap lewat di koridor selalu bisa menyapa kiri dan kanan. Banyak yang mengenalmu, tapi kamu bagai sebuah berlian yang dengan sengaja membungkus dirinya dengan plastik. Mereka tidak melihat kilaumu sampai cukup berani untuk mengenalmu dekat.
Aku bersyukur aku adalah salah satu orang itu.
Aku mengenalmu cukup dekat untuk tahu bahwa kamu bukanlah sekadar sebuah "plastik". Aku mengenalmu cukup dekat untuk tahu bahwa, ada hal istimewa darimu yang tidak kutemukan pada orang lain.
Aku benci berkata-kata manis, aku pasti terdengar seperti cowok buaya yang suka menggombal. Ini bukan gombal, bukan pujian semata—toh, ini tidak akan pernah tersampaikan padamu.
Tahun-tahun kedekatan kita adalah tahun-tahun emas. Aku memikirkannya terus di sini, di tengah rutinitasku sebagai seorang mahasiswa. Jakarta membosankan. Ada banyak orang yang kukenal, tapi itu tidak pernah menggantikan kenangan kita dulu. Ada banyak yang harus kuselesaikan dan kujelaskan, jadi e-mail ini akan mewakilkan semua.
Aku harap kamu mengerti keputusanku.
Sekarang atau selamanya,
masih temanmu.
Nathan.
Save it as a draft?
Yes. []
KAMU SEDANG MEMBACA
A Confession [Lee Chan - Jeon Wonwoo]
RomanceSelama ini, aku selalu memendam. Apapun yang aku rasakan, aku memilih untuk diam. Bungkam. Sengap. Tutup mulut dan menerima. Tidak suka? Siapa peduli. Terluka? Tahan saja dan tetap sunggingkan senyum sopan. Bahagia dan ingin tertawa? Tidak, tahan du...