01. Kehidupan kami #1

4.4K 252 13
                                    

Annyeong yeorobun!!

Aiss kembali dengan cerita baru yang lebih fresh. Semoga kalian suka dan bisa masuk dengan ceritanya ya..






















Happy Reading!

*-*-*-*

Bruk!

"Ahh.. Alhamdulillah."

Helaan nafas lelah juga dengan keringat yang bercucuran membasahi tubuhnya, pemuda dengan kaos hitam kebesaran yang sudah belel karena terlalu sering terkena sinar matahari itu pun mendudukkan bokongnya pada teras kayu rumah panggungnya. Ia baru saja pulang setelah seharian mencari kayu bakar di hutan bersama dua temannya yang lain.

"Eh? A Hasan sudah pulang?"

Pemuda yang dipanggil 'Hasan' itu pun menoleh kala mendengar seruan Jaka, adiknya.

"Ambilin minum dong, tolong."

Jaka langsung kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan air yang diminta kakaknya. Sementara Hasan menunggu di luar dengan baju yang sudah ia buka dan di kibas-kibaskan sebagai kipas guna mengurangi hawa panas di tubuhnya.

Hasan lalu mendongak, menatap pada langit yang sedikit mendung namun belum tentu akan hujan sore ini. Kaki jenjangnya ia ayun-ayunkan seirama dengan hembusan angin yang cukup sejuk menerpa dirinya. Sesaat, pemuda dengan banyak tahi lalat di wajahnya itu menciptakan imajinasinya sendiri. Hasan pun tidak tahu mengapa mengkhayal dengan pikiran kosong terasa sangat menyenangkan. Terkadang ia akan tertawa tanpa sadar karena khayalan nya yang terlalu menyenangkan. Tapi tenang saja Hasan tidak sampai kesurupan kok. Hasan tidak pernah lupa untuk segera sadar dan mengucap istighfar kalau imajinasinya sudah terlalu jauh.

"Nih, A." Lamunan Hasan harus buyar ketika Jaka tiba-tiba menyodorkan segelas air. Dengan senang hati, Hasan menerima air itu dan meneguk nya sampai habis. Hasan haus..

"Emak belum pulang?" Tanya Hasan, celingak-celinguk mencari keberadaan emaknya.

Jaka menggeleng. "Belum. Aa kan tahu nanam padi itu butuh waktu lama." Jawabnya yang mendapat anggukan mengerti dari kakaknya.

Perlu diketahui, Emak adalah ibu terbaik dari semua para ibu. Emak tidak pernah mengeluh atas cobaan dan semua yang terjadi di dalam hidupnya. Selama bertahun-tahun Emak harus berjuang agar bisa tetap bertahan hidup bersama kedua putranya. Emak bahkan rela bekerja apa saja asalkan bisa mendapatkan uang yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Contohnya saja seperti hari ini, Emak bekerja di sawah orang lain untuk menanam padi. Pagi-pagi sekali Emak sudah berangkat setelah tadi menyempatkan diri untuk menggoreng nasi sebagai menu sarapan Jaka yang hendak pergi sekolah. Sore hari biasanya Emak baru pulang dan selalu saja membawa lalapan yang akan dimasak nanti untuk makan malam.

Hasan sebagai anak pertama, merasa malu. Seharusnya, diusianya yang sudah menginjak 23 tahun, Hasan harus sudah bisa membantu Emak dalam mencari uang. Bukan tidak mau, tapi sudah berulang kali Hasan mencoba mencari pekerjaan hasilnya selalu mengecewakan. Ujung-ujungnya pasti di tolak. Lagipula siapa yang mau menerima anak lulusan SMP seperti dirinya. Dan juga di jaman sekarang apa-apa serba susah. Hasan jadi sedikit kewalahan dengan itu. Tapi, sebisa mungkin Hasan akan tetap berusaha, setidaknya ia tidak terlalu membebani Emak. Walaupun hanya membantu mencarikan kayu bakar dan kerja serabutan yang ada di lingkungannya, Hasan tidak akan pernah mengeluh.

Cerita kami, 7 bujang Desa || Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang