10. Benar-benar makhluk paling random

737 121 11
                                    

Happy Reading!

*-*-*-*

"Hehe.."

Disaat semua orang hampir jantungan karena kejadian beberapa saat yang lalu, dengan kurang ajarnya Hasan malah cengengesan sambil ngangkat dua jari pertanda 'sorry bro' ke orang-orang yang ada di sana. Terlihat betapa menyebalkan nya ia walau di wajahnya yang masih pucat masih terdapat nasal kanul untuk membantunya bernafas. Terhitung 5 jam lamanya Hasan pingsan yang membuat Emak, Jaka dan yang lainnya merasa khawatir. Terlebih saat dokter menjelaskan jika Hasan keracunan dan akan berakibat fatal jika saja mereka terlambat membawanya ke rumah sakit.

Dan sekarang, pemuda itu sudah sadar. Namun, bukan tatapan haru atau khawatir lagi yang ditunjukkan orang-orang padanya, melainkan tatapan menusuk penuh kekesalan, ingin menenggelamkan kepala Hasan ke dalam bak mandi saja rasanya. Bahkan, Emak membiarkan saja saat Juned dengan gemasnya menoyor kepala Hasan yang membuat si empu meringis karena jujur saja kepalanya masih terasa pening.

"Lo ngapain minum sunlight, bajing?!!" Tidak peduli jika ini di rumah sakit. Tidak peduli juga jika di ruang rawat masih ada Emak selaku orang tua dari Hasan. Habisnya Juned kesaaall setengah mati pada oknum bernama Hasan itu. Biarkan saja ia teriak-teriak dan marah-marah, salah siapa bikin gara-gara.

"Ya gue nggak tahu. Lagian siapa suruh naro air sunlight di gelas. Gue kira itu marjan rasa melon." Jelas Hasan dengan mimik muka yang dibuat memelas, berharap mereka-mereka yang kesal padanya merasa iba.

"Kan ada baunya doongg... Kocak! Hih! Kesel aing!"

Hasan memijat pangkal hidungnya sejenak. "Gue lagi pilek gak bisa nyium bau."

"Suara Emak sampe serak begini gara-gara nangisin kamu. Kamunya malah pikasebeleun!" Emak yang sedari tadi duduk di kursi samping brangkar ikut bersuara.

"Hasan lagi sakit loh, Mak. Jangan di marahin."

"Ya kamu sendiri yang cari penyakit."

"Aduh aduh! Kepala aku sakit, Mak. Tolong mak, sakitt.." Bukan Hasan namanya jika tidak banyak drama. Ia bertingkah seolah-olah sedang merasa kesakitan dengan tangan yang ditaruh pada kepala untuk melancarkan aksinya. Tapi sayang, semua orang tidak percaya dengan sandiwaranya. Mereka sudah terlalu lelah menghadapi tingkah laku Hasan yang sangat di luar nalar.

Melihat drama yang di suguhkan di hadapannya, Mahes, Jejen dan Jana di tambah pak Jamal yang masih setia menemani salah satu warga laknatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Terlalu malas untuk mereka ikut ke dalam perdebatan yang tidak akan ada ujungnya itu. Jadi, lebih baik mereka diam memperhatikan, anggap saja itu sebagai hiburan atas kepanikan yang telah terjadi.

Beruntung, tadi di saat Mahes, Jejen dan Jana akan menyusul ke rumah sakit, salah satu warga yang sempat menemukan segelas air mencurigakan memberitahu mereka. Sehingga, barang yang cukup mencurigakan itu berakhir di bawa oleh Mahes untuk ditanyakan pada Jaka atau Emak selaku saksi. Dan benar saja, ternyata Jaka mengetahuinya dan menjelaskan bahwa air yang ada di dalam gelas itu adalah air sabun cuci piring. Jaka sengaja menyeduh sabun untuk membuktikan jika air dan minyak bisa disatukan jika ditambah sabun. Namun, baru saja Jaka tinggal sebentar untuk ke kamar mandi karena tiba-tiba ia ingin buang air kecil, air sabun itu sudah hampir tandas dan Hasan yang sudah kejang-kejang.

"Lo tahu, gue hampir aja nabrak orang gara-gara bawa mobil ugal-ugalan! Gue takut begitu liat lo yang udah kaya orang sekarat!" Kemarahan Juned masih berlanjut.

Hasan mengulurkan tangan untuk mengusap-usap lengan Juned. Lalu tersenyum tulus yang dibuat-buat yang membuat Juned semakin gendok. "Terima kasih, monyet. Kau lah sahabat sejati aku.. Eeiitt! Iya iya ampun!"

Cerita kami, 7 bujang Desa || Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang