04. Sehari-hari seperti itu

968 149 13
                                    

Happy Reading!

*-*-*-*

Perang antara Caka dan Kahfi nyatanya masih berlanjut hingga keesokan harinya. Bedanya, pagi ini Kahfi lebih memilih membiarkan saja Caka dengan pelototan menjengkelkan daripada harus meladeninya. Mama dan papa sudah tidak heran lagi dengan kelakuan kedua putranya. Bisa dibilang ini sudah menjadi hal lumrah di keluarga mereka.

"Caka, kalau melotot terus nanti matanya gak bisa balik lagi loh."

Lantas Caka langsung mengerjap-ngerjapkan matanya terkejut saat suara papa masuk ke dalam gendang telinganya. Mama yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa geleng-geleng kepala dengan helaan nafas pasrah. Sudah biasa..

"Kalian ini kenapa lagi?" Mama menyodorkan masing-masing segelas susu pada putra-putranya."Perasaan kemarin baik-baik aja."

"Tuh! Punya kakak gak pengertian banget. Tiap hari dibikin nangiiisss aja." Dengan wajah menjengkelkan, Caka mencibir.

"Kenapa lagi memangnya?"

"Orang cuma mau jajan doang masa gak boleh. Padahal papa aja gak pernah tuh larang-larang. Si Aa nya aja yang riweh!"

"Bukan riweh." Kahfi menyela. Jika sudah seperti ini, Caka pasti akan berbicara yang tidak-tidak pada mama dan papanya. Caka itu pintar sekali memanipulasi. Hati-hati saja. "Aa cuma ngingetin Caka biar gak terlalu boros. Uang jajan dari papa di tabung sedikit-sedikit biar nanti Caka punya pegangan kalau mau beli sesuatu yang lebih mahal harganya. Gitu loh adikku."

"Ya kan jajan gak bakal ngabisin uang sejuta. Lagian aku punya tabungan kok. Aa nya aja yang gak tahu."

"Nabung di Mixue maksud kamu?"

Caka sudah membuka mulut untuk membalas ucapan Kahfi namun, ia kalah cepat dengan papa.

"Aa mu benar, Cak. Kamu harus bisa belajar hemat, jangan boros-boros. Apalagi sama hal-hal yang kurang penting." Katanya.

"Jajan itu penting, Pa. Kalau gak jajan nanti aku lemes, letih, lesu, lunglai, lapar, lieur. Kalau udah gitu nanti aku sakit. Kalau sakit nanti mama sama papa sedih. Kalau sedih nanti kalian jadi banyak pikiran terus ikutan sakit juga. Masuk rumah sakit biayanya makin mahal." Lantas mencicipi terlebih dahulu roti bakar yang baru saja mama berikan padanya.

"... Kan katanya mencegah lebih baik daripada mengobati. Jadi menurut aku jajan itu sama dengan mencegah hal-hal yang tadi aku sebutin itu. Gini-gini juga aku mikirin nasib kita kedepannya, Pa."

Pintar! Pintar sekali anak itu bicara. Segala memikirkan nasib lah, apalah. Kalau memang suka jajan mah ya suka jajan saja tidak perlu bertele-tele. Caka, Caka.

Di banding Caka yang masih asik merangkai kata-kata mutiara yang sama sekali tidak memotivasi, Kahfi lebih baik diam anteng menghabiskan sarapannya. Lagi pun diladeni juga percuma. Caka sangat pandai merangkai kata-kata.

"Ya nggak gitu juga dong, Caka. Hiperbola banget kamu." Setelahnya mama tertawa.

"Ya udah kalau nggak percaya. Nanti Caka sakit beneran nangeess.."

"Caka!"

*-*-*-*

Pagi-pagi sekali, Juned sudah dibuat kelimpungan dengan datangnya segerombol ibu-ibu yang sudah siap tempur menyerbu dagangannya. Ia baru saja sampai dari pasar setelah dini hari tadi berbelanja. Juned senang sebenarnya dengan pembeli yang seperti ini. Tapi, dia pusing juga karena mereka kebanyakan nawar dan nanya ini itu sampai-sampai mama ikut turun ke lapangan untuk membantu.

Cerita kami, 7 bujang Desa || Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang