Happy reading!
*-*-*-*
Perut kenyang hati pun senang. Begitu kiranya perasaan Jana sekarang. Setelah selesai makan, pemuda itu langsung duduk anteng di teras sambil ngorek-ngorek giginya mengeluarkan sisa makanan yang tersangkut. Dan, tidak tahu apa manfaatnya pemuda itu sesekali menghembuskan nafas ke telapak tangan lalu di endus-endus. Jijik! Begitu yang dapat disimpulkan dari ekspresi wajah Jana yang tiba-tiba berubah. Jana bergidik lalu mengelapkan telapak tangannya pada celana guna menghilangkan bau tidak sedap yang dihasilkan dari mulut naganya itu.
Sayangnya, kenikmatan itu tidak berlangsung lama ketika dengan tiba-tiba satu biang kerok datang di hadapannya.
"Jan?"
"Naon?"
Hasan cengengesan lalu ikut duduk di sebelah kawannya itu yang sudah memasang wajah malas. Jana memicing ketika melihat penampilan Hasan yang masih begitu-begitu saja. 'Belum mandi kah bocah ini dari tadi?' begitu batin Jana.
"Minta jambu ya."
"Tumben?"
"Apanya?"
"Ijin. Biasanya maen nyolong-nyolong aja." Terus Jana melemparkan tusuk gigi bekasnya ke halaman. "Lagi dapat hidayah kah?"
"Ya kan kemarin di rumah gak ada orang. Gue teriak-teriak gak ada yang nyaut." Lalu ia bangkit dan bersiap untuk memanjat pohon jambu yang tidak terlalu tinggi itu.
".. Lagian kemarin gue udah ijin kok." Lanjutnya setelah berhasil mencapai atas dan mulai memetik jambu biji yang sudah matang.
"Ijin ke siapa, tangkurak?!"
"Ke Michael. Dia bilang 'oke'." Terus Hasan menggigit jambu yang sudah berhasil ia petik. Nikmat sekali makan jambu langsung di atas pohonnya.
Dia tidak tahu saja jika si pemilik pohon sudah mencak-mencak ingin menjambak rambutnya sampai botak. "Suka-suka lo, Hasanuddin!"
"Emm.." Hasan mengangguk dan memberikan senyuman konyolnya. "Iya, aku juga suka kamu."
"Anying!"
"Hahahaaa... UHUK! UHUK!" Jambu yang sedang di kunyah Hasan langsung menyembur ketika ia tidak sengaja tersedak. Salah sendiri tertawa sambil makan. Begitu akibatnya.
"Geuleuh, Hasan!!" Jana lantas bangkit untuk menghindari semburan beracun dari mulut Hasan. Lalu pemuda itu mengambil sapu lidi yang kemudian di acung-acungkan pada Hasan sebagai gertakan. "Turun siah! Turun!!"
Bukan Hasan namanya jika langsung menurut. Yang ada ia malah semakin kesenangan mengerjai Jana yang sudah merah mukanya karena marah. Di saat Jana terus-terusan menyuruhnya turun dengan menggebuk betis dan pantatnya menggunakan sapu lidi, Hasan justru dengan santai memakan jambu sampai habis lalu kemudian membuang sisa bijinya tepat ke kepala Jana.
"HASAAANNN!!!"
Semakin murka Jana, semakin lebar juga tertawa Hasan. Kurang ajar memang.
Sampai akhirnya Hasan menyerahkan diri dan turun setelah menghabiskan dua buah jambu di atas pohon. Sempat mengaduh ketika Jana memukulnya lagi dengan sapu lidi ke pantatnya.
"Balik siah!" Usir Jana masih dengan kemurkaannya.
Bukannya merasa bersalah atau berterima kasih karena Jana sudah mau membagi jambunya walau dengan hati dengki, Hasan malah dengan senang hati mengucap 'Ok' lalu pergi.
"Pikasebeleun!" Umpat Jana setelah Hasan benar-benar pergi.
Satu hal yang tidak Jana ketahui adalah Hasan sebenarnya tengah menahan lapar. Ia terpaksa makan jambu hanya agar perutnya tidak terlalu sakit karena kelaparan. Sejak pagi, sebelum pergi ke hutan, Hasan hanya makan nasi goreng sisa Jaka yang hanya tinggal dua suap dan belum mendapat makan sampai sore hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita kami, 7 bujang Desa || Nct Dream
JugendliteraturHanya cerita sederhana dari sekumpulan bujang-bujang desa yang penuh dengan lika-liku kehidupan. Berusaha menyeimbangkan diri di tengah terpaan jaman yang semakin menggila, membuat mereka semakin mengeratkan genggaman tangan satu sama lain. *-*-*