Prologue

1.9K 137 0
                                    

(Rain Season, 2020)

Hujan turun deras hari ini. Awan-awan hitam bergelung, langit diiringi kilatan petir dan guntur sesekali, membasahi seluruh permukaan kota sore ini. Terlihat manusia-manusia mulai berlarian mencari tempat berteduh. Ada yang menutupi kepalanya dengan tas, lantas mencari tempat untuk berteduh. Ada yang memakai payung atau jas hujan, lantas bisa berjalan sedikit lebih tenang di bawa guyuran hujan meski alas kaki dan bagian bawah celana atau rok yang mereka gunakan sudah mulai basah dan lembab. Juga tak lupa orang-orang yang terkena tampias hujan dari halte bus yang mereka tunggu.

Tapi tidak dengan gadis satu ini.

Gadis itu melangkah di tengah hujan dengan kepala tertunduk, kuyup oleh air hujan. Rambut blonde itu ia gerai hingga hampir menutupi seluruh wajah. kaos oblong berwarna abu-abu yang dilapisi dengan jaket berwarna biru laut, juga celana training dengan tulisan 'Gerakan Senam Sehat Warga RT.001' dan sendal jepit hijau milik seribu umat ikut basah bersama dirinya.

Gadis itu menangis, sesegukan, tapi terus berjalan membelah jalanan. Sesekali klakson mobil terdengar melengking keras karena gadis itu melangkah menuju tengah jalan. Manusia di sekitarnya menatap aneh. Ketika manusia lain hendak berlindung dari guyuran hujan dengan mencari tempat berteduh atau mengenakan pelindung hujan, gadis ini malah melewatinya dengan sukarela. Tak takut sakit, malah bergeming dengan dingin yang menusuk kulit.

"Roseanne!" Teriak seorang lelaki dari dalam mobil mewah, memekakan telinga. Setelah meminta pada sang supir untuk menepi, dengan raut wajah khawatir ia bergegas melebarkan payung, menghampiri sang gadis yang terus berjalan tanpa peduli seorang lelaki memanggilnya.

Lelaki itu keluar dari mobil dengan payung di tangan kanannya. "Roseanne!" Lelaki itu berteriak lagi, memanggil untuk yang kesekian kali. Namun, sang empunya nama tetap tak menoleh. Langkah kaki lelaki itu mendekat, menarik lengan gadis bernama Roseanne yang masih terus menangis kedalam pelukannya. Membiarkan Kaos oblong putihbya basah karena di peluk Roseanne. Selama Roseanne berada di sisinya, apapun itu ia tak masalah.

"Kamu kemana aja, sih, Rose? Kenapa kaya gini lagi? Aku, kan, udah bilang, kalo ngerasa kaya gini lagi, langsung ke apart aku. Pintu apart aku selalu terbuka buat kamu!" Terlihat semburat khawatir bercampur kesal pada nada bicaranya. Lelaki itu memeluk Roseanne erat, meski gadis itu terus berontak minta dilepaskan.

"Lepasin aku, Jeff. Nanti kamu basah." Roseanne tetap berusaha mendorong badan Jeff yang jauh lebih besar darinya. Sesekali masih terseguk akibat tangis yang belum reda.

Jeff bergeming, tetap memeluk Roseanne erat, mendaratkan dagunya pada puncak kepala Roseanne. "Peduli amat sama basah. Pakaian basah bisa di ganti, di cuci, atau beli baru. Tapi, nemuin kamu di kota Jakarta yang sebesar ini, itu lebih susah dari sekedar nyari jarum di tumpukkan jerami." Jeff melonggarkan pelukan, tetap memegang payung. Ia menatap mata Roseanne yang sudah sembab hingga kantung hitam telah terbentuk di bawah matanya. Sudah berhari-hari Roseanne terus menangis. Roseanne memejamkan matanya, menggeleng kuat, berontak minta di lepaskan.

"Hey, look at me." Titah Jeff yang justru di balas gelengan kuat oleh Roseanne.

"Nggak! Nggak mau! Kamu nggak boleh liat aku dalam kondisi kaya gini. I'm messed up."

"The only thing messed up in here is him!"

Roseanne menggeleng kuat. Kini kaki kecil Roseanne menginjak sepatu juga kaki Jeff. Jeff sebenarnya tidak merasa kesakitan. Sepatu pantofel dengan kulit buaya asli yang membalut kakinya menahan injakkan kaki Roseanne yang hanya menggunakan sandal jepit. Namun, tindakan Roseanne cukup membuat Jeff memberi jeda pegangan pada badan Roseanne. Roseanne menghempas lengan Jeff dari badannya, berjalan mundur beberapa langkah hingga tubuhnya kini terguyur hujan kembali.

Cerita BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang