3. Unwanted kisses.

825 112 0
                                    

Please, kindly leave a vote and comments. Thank you! Happy reading 🎀❤









⚠️ Caution! Mentioned a force kiss scene, sexual harassment.









Hari yang paling Roseanne takutkan benar-benar terjadi.

Pasalnya, ia harus terjebak dalam cara makan malam tim untuk waktu yang lama. Roseanne membenci ini. Ia bukan tipe orang yang suka berkumpul-kumpul sepulang kerja. Roseanne hanya ingin pulang, bertemu, bermain dan belajar bersama anak semata wayangnya. Menghabiskan waktu hingga jam tidur tiba. Roseanne tidak suka menghambur-hamburkan uang perusahaan hanya untuk kumpul-kumpul tidak penting seperti yang teman-teman satu tim nya sering lakukan.

Mungkin, seharusnya perusahaan tempatnya bekerja berterimakasih karena anggaran perusahaan menjadi berkurang karena dirinya jarang ikut.

Namun disini, di kafe dengan bir yang berbaris rapi, Roseanne harus terpaksa harus bergabung.

Semua dimulai dari sore itu,

"Rose, Arlo sehat?" Tanya atasannya yang tiba-tiba menghampuri meja kerja Roseanne. Roseanne terkejut. Atasannya ini hanya menghampiri Roseanne ketika butuh sesuatu. Entah minta tolong agar pekerjaanya di'bantu' oleh Roseanne, atau meminta Roseanne untuk lembur. Ia mengumbar senyum palsu.

"Sehat, Pak. Kenapa ya? Tumben banget nanyain anak saya." Roseanne terkekeh, berkata sarkas sembari membereskan barang-barangnya. Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Waktu bekerjanya susah berakhir tiga puluh menit lalu.

Lelaki tua itu menggeleng, terkekeh kecil. "Enggak. Kalo gitu, berarti kamu bisa, ya, ikut acara makan malam tim kali ini?" Tanya lelaki itu sembari menatap jam tangan pada lengannya.

"Tapi, Pak, saya nggak bis-.." belum siap Roseanne berbicara, kalimatnya sudah disanggah lagi oleh si atasan. "Malam ini bukan acara makan malam biasa. Kali ini kita mau membuat pesta penyambutan untuk direktur perusahaan baru kita. Kamu tau berita itu, kan?" Atasannya menatap tajam. Roseanne mengangguk. Desas-desus itu memang sudah terdengar jauh-jauh hari. Bahkan sebelum Roseanne bertemu dengan euh- si brengsek Ezra.

"Jadi, wajib semuanya datang. Masa staff penting kaya kita nggak menyambut dengan layak?" lelaki itu berbicara lagi. "Pokoknya, Nggak ada alasan. Lo harus ikut oke. Kafe biasa, jam tujuh malam."

"Pak, saya nggak bisa." Seru Roseanne.

"Kamu mau dipecat?"

"Eh?" Roseanne terkejut. Masa hanya karena tidak ikut acara makan malam, Roseanne harus dipecat?

"Iya. Di-pe-cat. Direktur baru kita yang bilang sendiri kalo ada staff pentingnya tidak ikut, sama saja dengan mengundurkan diri secara sukarela. Kamu nggak mau jadi pengangguran, bukan?" Ujar lelaki itu final sambil terkekeh berlalu dari hadapan Roseanne.

Kejadian sore itu yang membuat Roseanne harus rela terjebak, berdiam diri di tempat yang paling ia benci. Berisik, bau asap rokok, bau alkohol. Benar-benar tidak ada serunya. Dan satu lagi yang paling menyebalkan, sosok si direktur baru tengil itu bahkan belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Roseanne ingin pulang saja.

Tiga kali Roseanne izin pulang, tiga kali pula ditolak oleh sang atasan. "Tunggu sebentar lagi, lah. Direktur kita lagi on the way kesini kok. Sabar sedikit kenapa, sih?" Seru lelaki berumur sekitar empat puluh lima tahunan itu. Menyebalkan. Seperti anak remaja yang baru puber dan baru merasakan alkohol saja, batin Roseanne.

Tiba-tiba saja lelaki itu berseru, menunjuk satu titik. Pintu masuk. "Eh, itu dia! Direktur baru kita udah sampai!" Seru lelaki itu.

Dengan malas, Roseanne memutar kepalanya menuju titik yang dituju, pintu masuk. Alangkah terkejutnya Roseanne saat ino. Matanya terbelalak, tangannya mengepal keras, rahangnya terkatup menegang saat melihat sosok tinggi, ber jas mahal dan senyum sok polos yang sedang diumbar lelaki itu.

Cerita BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang