1. Greatest Arlo.

1.2K 133 9
                                    


⚠️ Author's note: Akan ada beberapa percakapan yang menggunakan bahasa Inggris. Ketuk ikon "komentar" untuk melihat translate nya! ⚠️



(Summer, 2022.)

"Mummm!" Seorang anak laki-laki berumur sekitar 5 tahun berlari keluar dari gerbang sekolahnya, lengkap dengan tempat makan dan botol minum yang disampirkan pada bahunya.

"Arloooo!" Gadis itu turun dari motor langsung menghampiri pangeran kecilnya.

Roseanne memeluk sang anak erat, seolah sudah tak bertemu ratusan tahun. Beberapa detik kemudian, pelukan merenggang. Ditatapnya anak satu-satunya ini dari atas sampai bawah, tersenyum bahagia. "How's your day, Arlo?"

"Miss Anya wants me to draw about my family," Ujar Arlo dengan semangat. "Tapi, mum, Arlo bingung harus gambar apa." Nada suara Arlo terdengar menurun, anak itu menyimpan kesedihan di dalamnya.

Roseanne mengerti hal itu, tetap memajang senyum paling indahnya. "Kenapa bingung? Mami, kan, family nya Arlo."

"Mum, everyone's draw they dad. Sedangkan Arlo nggak bisa gambar. Bagaimana Arlo bisa gambar wajah Daddy kalo bertemu aja belum pernah." Arlo menatap lekat mata sang Mami. Tangan Arlo terulur mengelus kedua pipi Mami Roseanne. "Tapi, Arlo nggak kehabisan akal, mum!" Anak itu kembali semangat. Senyumnya merekah sembari mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya.

Roseanne membantu mengambil alih kotak makan dan tempat minum dari tubuh sang anak. Roseanne menatap secarik kertas itu dengan atensi penuh, menunggu Arlk menunjukkan isi kertasnya.

"Tadaaaa!" Arlo merentangkan kertas yang sudah terdapat bekas lipatan itu kearah sang Mami. Arlo terlihat sangat gembira dengan hasil pekerjaannya. "Bagus, nggak, Mum?"

Roseanne menatap gambar sang anak dengan wajah sumringan. Gambar dengan seorang perempuan berambut sepinggang dengan kostum superhero tengah bergandengan tangan dengan anak laki-lakk di sebelahnya. Sangat simple, namun sarat akan makna. Senyum Roseanne semakin melebar tatkala mendapatkan pesan tersirat itu dari gambar sang anak. Diusapnya rambut Arlo, menatap Arlo penuh kagum.

"Can i ask you something?" Tanya Roseanne yang langsung dibalas anggukan semangat Arlo. "Wanita di sebelah Arlo ini Mami, kan?"

"Yes, of course! It's you, Mum!"

"Kenapa Mami pakai kostum superhero, Arlo?"

"Mum," Arlo menjeda kalimatnya. "Arlo nggak peduli orang lain punya Daddy dan Arlo nggak punya. Tapi, Arlo punya Mami yang nggak mereka punya. Mami yang kuat seperti superhero!" Arlo bersemangat menunjukkan gerakan khas sang superhero yang terkenal terkenal dengan ciri khas warna merah dan biru. "Arlo nggak butuh Daddy lagi! Mami nggak usah cari Daddy baru, ya?"

Kalimat yang terbilang sangat dewasa itu membuat Roseanne mematung kaget. Entah siapa yang mengajarinya bertutur kata seperti itu. Entah siapa yang menjadikan Arlo, pangeran kecil juga penyelamat hidupnya memiliki pemikiran sedewasa ini. Apalagi dengan kalimat permintaan terakhir yang Arlo minta. Permintaan yang Arlo minta sejak Arlo bisa berbicara, 'Arlo mau punya Daddy'

"Loh, Arlo. Kenapa tiba-tiba nggak usah cari Daddy lagi? Bukannya, dari kecil Arlo mau punya Daddy seperti teman-teman Arlo yang lain?"

Arlo mengendikkan bahu, menggeleng tak acuh. "Arlo nggak mau bagi-bagi Mami sama orang lain!"

Roseanne terkekeh mendengarnya.

"Kecuali, sama Uncle Jeff."

Kekehan Roseanne langsung terhenti. Roseanne menatap Arlo heran. "Ada apa sama Uncle Jeff?"

"Arlo mau punya Daddy kalo Daddy nya Uncle Jeff!" Arlo tersenyum girang, menunjukkan deretan gigi susunya yang bersih terawat.

"Kok ada pengecualian gitu sama Uncle Jeff?"

"Soalnya Uncle Jeff baik, mum!" Arlo beralih mengambil sesuatu lagi dari tasnya. Beberapa detik kemudian, keluar 3 buah action figure dari dalam tasnya. "Uncle Jeff bawain ini dari Jepang, mum!"

"Ini dari kartun yang suka kamu tonton sama Uncle Jeff, ya?" Roseanne meminjam salah satu Action Figure wanita dengan mulut yang tertutup.

Arlo mendecak kesal. "Mum! Itu bukan kartun. It's called anime!"

"Eh, beda, ya?"

"Beda!" Arlo mendengus kasar.

Roseanne terkekeh melihat raut wajah Arlo yang tertekuk. "Her name was Nezuko, right?"

Wajah suram Arlo langsung berubah bersinar. "Kok Mami tau?"

"Tau, dong!"

"Mami nonton juga, ya?"

Roseanne menggeleng pelan. "Mami masih pengabdi drama Korea, Arlo."

Arlo mendesah pelan. "Ah, iya. Arlo lupa, Mami masih suka nangis sendiri setiap nonton drama Korea di TV."

Roseanne tersenyum kecut. Ada rahasia di baliknya. Sebenarnya, menangis sembari menonton drama Korea hanyalah sebuah alibi agar Arlo tidak khawatir dengan keadaan Roseanne.

Beberapa waktu lalu, ketika Roseanne kembali 'kambuh' dan umur Arlo masih 3 tahun, Roseanne menangis sembari mengamuk di dalam kamarnya. Suara dentingan kaca yang pecah, teriakan histeris Roseanne, Roseanne yang menyakiti dirinya sendiri, juga hentakkan dari barang yang ia banting membuat Arlo shock berat. Di umur yang sekecil itu, Arlo harus menjalani terapi ke psikiater anak untuk meredakan shock nya. Sejak saat itu, sembari menahan perasaan yang ingin di lampiaskan, Roseanne menemukan cara agar bisa menangis tanpa perlu anak semata wayangnya khawatir.

"Arlo,"

"Yes, Mum?"

"Why Uncle Jeff?"

"Mm-" Arlo terlihat berfikir sebentar. "Soalnya Uncle Jeff baik sama Arlo, Mum. Kalau Uncle Jeff lagi nggak sibuk, Uncle selalu sempatin jemput Arlo. Uncle juga selalu nemenin Arlo main, nonton, ngajarin Arlo main bola, golf, kasti, berenang, dan lain-lain! Arlo merasa kalo Uncle Jeff adalah Daddy nya Arlo, Arlo will be the happiest person in the world!" Arlo mengucapkannya dengan semangat yang menggebu. "Dan Uncle Jeff nggak ninggalin kita, mum!" Tambah anak kecil itu.

Roseanne terkekeh, mengusak kepala sang anak. Sayang sekali, Jeffrian hanyalah sahabatnya. Roseanne tau sekali betapa murni hati sang sahabat kepada anak dan dirinya. Membantu di kala susah, mengajak di kala senang. Bahkan, pekerjaan yang Roseanne jalanin sekarang adalah berkat bantuan dari Jeffrian. Roseanne berhutang budi pada Jeffrian. Jeffrian sangat baik. Mungkin benar, Jeffrian akan menjadi Daddy yang baik untuk Arlo. Tapi, Roseanne tau, Jeffrian pantas mendapatkan gadis yang lebih baik darinya, secara fisik maupun mental. Roseanne tidak pantas jika harus bersanding dengan Jeffrian.

Roseanne menggeleng, membuyarkan pikirannya tentang kemungkinan yang tidak boleh terjadi. Roseanne tersenyum, bangkit dari jongkok. "Ayo kita makan siang!"





*****

well... yeah, hello?

Cerita BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang