10. Insecurities.

418 73 3
                                    

Please, kindly leave a vote and comments. Thank you! Happy reading 🎀❤






Ting!

Suara lift berdenting, pintu segera bergeser membuka. Jeni dan Roseanne melangkah keluar dengan kamera yang setia bertengger di tangan Jeni.

Roseanne menghela nafas kasar. Wajahnya nampak tak seantusias sebelumnya. Pasalnya, ini adalah lantai ke 6 yang mereka jejaki setelah sebelumnya menghampiri beberapa lantai secara random yang di tunjukkan oleh aplikasi number generator pada ponsel Jeni.

Itu adalah ide Jeni, hotel tour tanpa guide, tanpa mencari tau pada website atau bertanya pada karyawan hotel tempat mereka menginap. Hanya bermodal gambar dari pamflet hotel tanpa terjemahan bahasa Inggris.

"It'll will be fun!" Seru Jeni, peka terhadap perubahan wajah Roseanne.

Roseanne memutar bola matanya malas. "Nggak seru, ah! See? Daritadi cuma deretan pintu yang kita temui."

Jeni mengangguk setuju. "Tapi gue punya firasat bagus untuk lantai selanjutnya."

"You've said it many times but-"

"Kali ini gue yakin dengan teramat sangat!" Jeni menghentikan langkahnya, disusul Roseanne.

Tangan Jeni segera menekan lagi layar ponselnya, sebuah bola di layar berputar kemudian menunjukkan sebuah angka. Jeni tersenyum melihatnya, berbanding dengan Roseanne yang hanya ingin kembali ke kamar.

"Ayo!" Jeni meraih lengan Roseanne, menariknya kembali kearah lift menuju lantai selanjutnya.

"Promise me, kalo lantai selanjutnya nggak ada yang menarik, kita balik ke kamar."

"Siap!" Jeni menyetujui.

Sesampainya mereka di dalam lift, Jeni segera menekan tombol menuju lantai selanjutnya. Pintu lift berdenting lagi, menutup.

Hal selanjutnya yang mereka temukan benar-benar diluar ekspetasi.

Belum genap pintu lift terbuka sempurna, namun pemandangan di hadapan mereka sudah cukup membuat kedua mata mereka terbuka lebar.

Seorang lelaki jangkung tanpa pakaian, hanya mengenakan bokser, tengah menggosok rambut berantakannya yang basah dengan handuk. Badan lelaki itu juga tampak basah dan hanya mengenakan sandal hotel.

Lelaki itu segera menghentikan aktifitasnya menggosok rambut dengan handuk, lalu ia sampirkan handuk tadi pada bahu polosnya. Lelaki itu tersenyum menyadari ada dua perempuan tengah berdiri mematung memandanginya.

"Excuse me, Is this the floor that you're both going to?" Lelaki itu bertanya dengan senyuman.

Roseanne berdeham, mengangguk patah-patah. "Yeah but- eum, i think.." Roseanne berujar gugup. Roseanne menyikut Jeni yang masih mematung, membuat Jeni tergugup sadar.

"Oh, yes. I mean- no. This wasn't the floor i'm going to, " Jeni terkekeh kecil, juga tergugup menatap lelaki itu. Ia menggeser badannya, mendekati Roseanne, menyisakan ruang kosong di sampingnya. "Do you want to go to another floor? I mean, cause, you can come in."

Lelaki itu menatap Jeni bingung. Ia mengangguk, ikut terkekeh. "Okay, thank you." Lelaki itu segera melangkah masuk, berdiri tepat di samping Jeni.

Roseanne tertawa kecil, ia tau persis apa yang sedang Jeni lakukan. Roseanne hanya memilih diam, sembari menatap layar penunjuk letak lantai mereka berada.

Cerita BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang