Dua Puluh Delapan

4.5K 184 33
                                    

Tatapan itu sejak tadi memandang kosong objek didepannya. Tidak ada hal yang menarik semenjak kejadian di sekolah. Jiwa Thea seakan lenyap bersamaan dengan kalimat yang diucapkan Stevia saat di sekolah. Otak kecilnya masih belum bisa mencerna perkataan itu. Seakan-akan itu adalah bunga mimpi yang baru saja ia alami disaat tidur.

Semua terjadi begitu tiba-tiba.  Baru kemarin ia merasakan hal yang membuatnya gundah dan hari ini ia sudah mendapatkan jawabannya.

“Dia bahkan orang asing yang tidak kamu kenal Keenan”

“kamu bukan siapa-siapa yang hanya beruntung bertemu dengan pangeran berkuda putih. Kamu tidak lebih baik daripada diriku”

“lo bukan anak kandung dari keluarga lo”

Suara-suara itu terdengar jelas mengalun di telinga Thea seperti kaset rusak, Thea menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan suara-suara itu. Thea rapuh dengan keadaan ini.

Keluarga Shaquille, Keluarga Ravel, Teman-temannya, bahkan Keenan. Apakah mereka semua sejak dulu seharusnya bukan milik Thea? Memikirkannya membuat Thea meneteskan air mata. Yah ia sadar bahwa sekarang ia hanya sebatas anak yang tidak mengetahui jati dirinya dan dengan lancangnya menikmati segala kemewahan ini.

Ditengah pikiran-pikiran yang menghantui Thea, sepasang tangan kemudian mendekap dari arah belakang Thea. Memeluk Thea seerat mungkin takut bahwa gadis dalam dekapannya ini meninggalkannya.

Keenan menghirup aroma harum dari rambut gadisnya. Aroma yang dapat menenangkannya sekaligus aroma yang ia rindukan Ketika tidak menghirupnya.

Thea yang saat ini dalam dekapan Keenan Kembali meneteskan air matanya. Walaupun tangisnya tidak bersuara tetapi Keenan tahu bahwa gadis yang dicintainya saat ini tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Lama mereka saling berdiam diri. Akhirnya sebuah pertanyaan keluar dari mulut Thea.

“Ken, apakah Thea egois?” tanya Thea.

Keenan mendengarnya, namun ia tidak menjawab pertanyaan itu. Ia menunggu lanjutan dari gadisnya. “papa Alanzo, mama Anaya, ayah, bunda, teman-teman Thea__” jeda Thea lalu menormalkan nafasnya sebentar. “bahkan kamu. Thea mau semuanya walaupun kenyataannya semua ternyata seharusnya bukan milik Thea.” Ucap Thea diiringi suara tangisan yang pecah dari bibir Thea. Thea tidak bisa menahannya lagi rasanya sakit jika mengingat selama ini, semua yang menjadi sumber kebahagiaanya ternyata bukanlah miliknya.

Keenan Kembali mengeratkan pelukannya pada Thea. Pertanyaan Thea sebenarnya membuat ia tersentak. Apa yang membuat gadisnya ini bisa berpikiran seperti itu. Bahkan Keenan rela memberikan nyawanya untuk gadis yang amat ia sayangi ini.

Jika memang kenyataan ini membuat Thea berpikir bahwa ia seharusnya bukan miliknya maka Keenan akan mengusahakan agar ia tetap bertemu Thea terlepas dari ia putri Shaquille atau tidak.

“jangan menangis.” Ucap Keenan lalu membalikkan Thea menghadap dirinya “aku tidak bisa melihat mu seperti ini.” Lanjutnya kemudian menghapus air mata Thea dan menatap mata cantik itu.

“semua ini milik kamu sayang, terlepas dari kenyataan itu semua ini milik kamu. Tidak ada yang pantas memilikinya selain kamu.”

“tapi Thea hikss.. tidak akan bertemu Ken jika Thea bukan bagian dari Shaquille hikss” ucap Thea

Keenan menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan ucapan Thea. “aku tidak peduli dengan hal itu. aku milikmu dan kamu milikku terlepas dari kenyataan sialan ini”

“Ta..pi ayah bunda_” belum sempat Thea menyelesaikan ucapannya Keenan langsung memotongnya. “jangan sangkut pautkan apa yang kamu dapatkan dengan mereka. Mereka lah yang seharusnya bersyukur karena dengan adanya kamu mereka dapat menikmati kemewahan ini.” Ucap Keenan yang membuat Thea bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang