Dua Puluh Enam

2.2K 151 23
                                    

Sinar matahari masuk ke celah-celah kamar Thea, Thea yang saat ini masih bergelung di tempat tidurnya tidak ada tanda akan bangun. Bahkan ia terlihat sangat nyaman dengan posisinya. Tentu saja, saat ini ia ditemani oleh sang kekasih.

Keenan yang sudah bangun lebih awal memandang wajah kekasihnya dengan penuh ketertarikan. Wajah polos gadisnya saat tidur merupakan kesukaan Keenan. Walaupun begitu, ia tidak ingin membiarkan mata itu terus terpejam.

“apa kamu ingin terus-terusan tidur sayang?” tanya Keenan sembari mengusap wajah Thea. Bukannya merasa terganggu, Thea bahkan semakin nyaman dan mempererat pelukannya pada Keenan.

Melihat itu, membuat Keenan tersenyum tipis “kamu tidak ingin sekolah?”. Tanya nya lagi

“bisakah hari ini Thea bolos saja? Rasanya membuka mata pun Thea sulit” gumam Thea dengan mata yang masih terpejam dan tangan yang semakin erat memeluk Keenan.

“apakah masih sakit?” bukannya menjawab pertanyaan Thea, Keenan beralih mengelus perut rata Thea.  Semalam ia bahkan tidak bisa tidur lantaran gadisnya mengeluh keram dibagian perutnya. Ia yang sudah tahu tanggal datang bulan gadisnya memang mengantisipasi hal ini.

Thea menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Keenan. Hal itu membuat Keenan menghela napasnya kasar, sepertinya gadisnya ini sedang berada di fase malas. “aku tidak masalah kamu memelukku hingga pagi Kembali, tetapi sepertinya kamu melupakan kalau hari ini ada ujian.” Ucap Keenan santai.

Mendengar itu, tanpa aba-aba Thea segara bangun dari tidurnya. Ia kemudian melirik jam dindingnya yang saat ini menunjukkan pukul 07.30 yang artinya 30 menit lagi ia akan terlambat. Langsung saja ia bangkit dari ranjang dan berlari ke kamar mandi.

“AAAHHH… KENAPA THEA BISA LUPAAAA” teriak Thea dari kamar mandi. Mendengar itu membuat Keenan hanya menggelengkan kepalanya. Sebenarnya tidak ada masalah jika Thea tidak mengikuti ujiannya, hal itu tidak berdampak apapun bagi nilai Thea. Lagipula siapa yang akan berani memberikan Thea nilai rendah jika ia masih sayang dengan nyawanya.

****  

“hufft untung saja Thea tepat waktu datangnya. Kalau tidak Thea gak bisa ikut ujian.” Ucap Thea keluar dari ruang kelasnya.

“bersukur kamu masih disayang tuhan Thea, soalnya tadi bu Nina ada sedikit keperluan makanya telat masuk. Coba aja kalau sesuai jadwalnya yah pasti kamu gak akan ikut ujian.” Ucap Geby

“iya yah tumben banget bu Nina telat masuk padahal kan bu Nina termasuk guru yang ontime yah.” Ucap Thea sambal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mendengar ucapan kedua sahabatnya yang menurutnya sangat bodoh, Alda memutar bola matanya malas. “kalian berdua emang polos atau bagaimana sih? Kalian bahkan nggak nyadar hal ini?”

“maksud kamu apa Alda?” tanya Geby yang diangguki Thea.

“kalian pikir deh, Thea terlambat pas hari ujian. Dan secara kebetulan bu Nina juga tiba-tiba bilang di grup kalau dia telat padahal sebelumnya dia bilang ujian akan dimulai tepat waktu. Dan saat Thea datang, tidak berselang lama bu Nina juga udah masuk.” Ucap Alda menjelaskan secara pelan-pelan

“atau mungkin bu Nina tunggu Thea masuk dulu yah?__” tanya Thea yang menggantung dan saat itu dibalas senyum oleh Alda yang berpikir Thea sudah mengerti namun, baru sepersekian detik senyum itupun luntur setelah mendengar pertanyaan susulan Thea. “tapi kenapa?”

Ingin rasanya Alda menjambak rambut Thea atau membenturkan kepalanya di dinding agar otak gadis itu sedikit lancar. Namun, ia masih bisa berpikiran logis, ia masih sayang dengan nyawanya. Mengingat gadis yang merupakan sahabatnya ini memiliki pawang yang menakutkan.

KEENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang