Dua Belas

14.5K 764 40
                                    

"AKHH.... " teriak dua orang gadis bersamaan.

"please, le..lepasin gue" ucap Abinaya serak. Kini badannya tidak lagi semulus sebelumnya. Wajahnya yang awalnya putih bersih kini berubah menjadi kotor akibat warna merah darah yang keluar. Tubuhnya pun bernasib sama dengan wajahnya dimana terdapat luka cambuk disekelilingnya.

Sedangkan Mifta saat ini hanya mampu menangis melihat sahabatnya di siksa sedemikian kejam.

Yah Mifta belum dihukum tapi akan dihukum, saat ini ia harus menerima hukuman awalnya dimana ia menyaksikan sahabatnya disiksa. Sungguh Mifta seperti akan kehilangan akalnya dan gila karena menyaksikan ini. Sedari tadi ia ikut berteriak akibat siksaan yang dilayangkan Nathan ke tubuh Abinaya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tangan dan kaki nya sekarang di ikat.

"kak Nathan... Please hikss lepasin Abi. " ucap Mifta memohon. Sejujurnya ia sangat sakit melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu terlebih lagi orang yang menyiksanya adalah orang yang ia sukai selama ini. Yah Mifta memang menyukai Nathan sejak lama.

"lepasin? " Nathan tersenyum miring lalu menatap tajam Abinaya yang saat ini sudah terkapar. "gue gak akan lepasin mangsa gue sebelum ia tidak merasakan rasa sakit lagi. "

Srakk...

"AKHH... " teriak Abinaya ketika Nathan kembali mencambuknya. Melihat itu mifta hanya bisa menangis sambil memalingkan wajahnya karena tidak tahan melihat wajah kesakitan Abinaya.

"sepertinya loh masih merasakan sakit. Gue akan buat ini cepat.. " ucap Nathan menyeringai.

Srak....

Srakk..

Srakkk...

Tiga kali cambukan berturut turut membuat Abinaya kehilangan nyawanya. Ia sudah terkapar dengan mata yang tidak akan terbuka lagi.

"ABI.... " teriak Mifta lalu berusaha menggapai Abinaya sampai membuat ia terjatuh dari kursinya dan menyeret dirinya ke Arah Abinaya.

"Abi hikss plese bangun.. " ucap Mifta.

Sedangkan Nathan menatap keduanya sambil tersenyum miring, ia lalu menghapus bekas darah Abinaya di pipinya dengan jarinya lalu ia menjilat jarinya itu seakan menikmati makanan yang disukainya. " Hm..lezat sekali." ucap Nathan. Yah bukan cuman Keenan yang memiliki gangguan tapi hampir seluruh sahabatnya yang kecanduan akan darah.

Mifta kemudian berbalik menatap Nathan yang juga menatapnya sambil disertai seringai. "KALIAN PSHYCOPATH, SEHARUSNYA KALIAN SEMUA GUE BUNUHI!! " teriak Mifta.

"well, jika itu yang loh inginkan kami dengan senang hati menantinya namun sebelum itu terjadi, loh diluan yang bakal mati. " ucap Bio yang memang sedari tadi diam menikmati kegiatan Nathan saat menyiksa.

Tontonan ini sangat menarik untuknya.

Bio pun melirik jam tangannya lalu mengetuk ngetuk nya. "sepertinya waktu hidup loh sudah habis." ucap Bio yang membuat Mifta meneguk ludahnya kasar. "malaikat pencabut nyawa sudah sampai. " ucap Bio lalu membuka kan jalan untuk seseorang lewat.

Dan terlihat laki-laki dengan postur badan yang tinggi dan kulit putihnya. Matanya yang menatap tajam seakan akan dapat menembus korbannya. Ia berjalan dengan santai sambil satu tangannya memegang sebuah pisau kecil.

Lelaki itu adalah Keenan sang malaikat pencabut nyawa.

"nikmatin sakharatul maut loh. " ucapnya

****

"ihh kok disiksa sih, kejam banget.. " ucap Thea sambil menyuapkan buah naganya kedalam mulutnya. "akhh kok matanya dicongkel, mana darahnya banyak banget lagi yangkeluar " lanjut Thea lagi sambil menutup matanya. Kemudian ia membukanya lagi. "sadis banget sih kenapa mulutnya dirobek, emang dia mau bikin Arwah kayak hantu jepang yah ihh." ucap Thea kesal.

KEENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang