Seoul, April 2012
"Huh, si bodoh ini lagi."
Bahunya merosot tak bersemangat. Kedua netranya memandang sayu objek yang akhir-akhir ini dia rasa menyebalkan. Bibirnya mengerucut lucu; arti dia sedang marah.
"Bangun sialan!" tak terbendung sudah kesabarannya kini. Puluhan sumpah-serapah telah berkumpul membentuk ambisi. Kini, sudah saatnya dia melakukan aksi.
*Bugh*
"Ah, hidupku." Yang dipukul mengaduh sembari mengusap-usap kepalanya. "Kenapa kau memukulku? Hilang sudah uang lotre ku, aish."
"Kau meniduri sebelas buku, bodoh. Lehermu bisa patah jika menjadikannya bantal!" selagi mengomel ia sibuk membereskan buku-buku yang tadi dipakai sebagai bantal.
"Jaemin-ie." Panggil seseorang di balik rak buku. "Bertengkar dengan Jeno-ssi, lagi?" pemuda itu kemudian menampakkan kehadirannya. Terlihat kulit putihnya sebati dengan legamnya surai. Hidungnya yang mancung menjadi pelabuhan yang sempurna untuk pembantu baca. Aroma mint pada tubuh itu sentiasa mengikuti kemanapun sang tuan melangkah. Idola para insan muda;
"Ya, Mark Hyung," jawabnya melembut. "Dia tidur lagi di perpustakaan, sungguh menyebalkan."
"Kau yang menyebalkan!" tak diduga si Bangun tidur menyaut tak terima.
"Bercerminlah, ikan pari!"
"Kau yang harusnya bercermin!"
"Kau!"
"Kau!"
"Kau!"
"Hey, hey, sudahlah." Ucap salah satu pemuda yang tidak mengikuti perdebatan "kau". Sepertinya is hadir disini memang untuk memisahkan pertengkaran Jeno dan Jaemin. "Mari, Jaemin-ie, kita lanjutkan."
Jaemin baru saja ingin melemparkan ejekan pada Jeno tetapi tiba-tiba saja tumpukan buku yang ada pada dekapannya jatuh melebur berhamburan. Dia yang terkejut segera memungut buku-buku itu, namun sepasang tangan yang lain mendahuluinya.
"Sini kubantu. Dasar payah." Ledek Jeno pada Jaemin.
"Hei, dasar sialan!"
***
Juni 2020
Hening melanda kedua insan yang saling merebut inti. Gaduh yang terdengar hanya milik anak-anak di sisi taman Batari. Kopi kemasan hanya pengalih kikuk yang abadi. Menjadi ciri bahwa ini akibat yang satu pergi.
"Jaemin, menikah denganku."
Uhuk..
"Ah, maafkan aku, kau pasti terkejut, ya?"
Apa yang baru saja dia tanyakan? Sudah pasti aku sangat terkejut. Hah, dasar bodoh.
"Aku, sudah lama menyukaimu. Dari kita masih SMA."
Diangkatlah kepala si manis dari lamanya menunduk.
"Aku ... sungguh tidak mengerti," terdengar helaan napas yang tipis. "Tapi, aku sungguh minta maaf."
Terdapat sedikit jeda sebelum Jaemin melanjutkan kalimatnya.
"Aku sudah menikah, Mark."
Sang tuan disana hanya tersenyum sendu.
"Ah, begitukah?" kali ini dia menunduk. "Aku sungguh terlambat."
"Maafkan aku Mark. Aku tidak memberitahumu."
"Aku mengerti Na. Kita sudah lama tidak saling menghubungi. Tak apa." Yang Jaemin lihat kini hanya pilu. "Beri tahu aku siapa pemenang hatimu kini?"
"Jeno. Aku menikah dengan Jeno."
TBC
Halo! Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini.
Aku mau minta kepada para pembaca untuk memaklumi tulisan pertamaku ini yaa.. 😉
Beri aku Vote dan Komentar agar aku bisa semangat lanjutin cerita ini.
See u di chp selanjtnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka ; Nomin
RomanceSelisih kalimat seru penyerbu menyisakan seluruh kasih yang memburu. cr cover: canva, pin