kucingku menggemaskan

376 43 5
                                    

Tak ada tolakan dari Jaemin.

Sebaliknya, ia malah memejamkan matanya.

Ia merasa wajah Jeno semakin mendekat. Helaan nafasnya bahkan telah Jaemin rasa menyapu wajah.

Jaemin menunggu,

Namun nyatanya tak terjadi apa pun.

"Haha."

Suara gelak tawa itu menyadarkan Jaemin. Maka ia bukakan kedua matanya.

Jaemin malu sekali.

Bagaimana mungkin ia berpikir bahwa si Bodoh ini akan menciumnya?

"Kenapa kau menutup matamu, haha," Tawa Jeno masih menggema.

Jaemin cemberut, "Kau yang kenapa!"

"Kau berpikir aku akan menciummu, bukan?" Tawa Jeno masih tersisa.

"Tidak! Kau sendiri mengapa mendekatkan wajahmu padaku?
Ingin menciumku?" Serbu Jaemin.

"Percaya diri sekali! Aku sedang melukismu. Ingin melihat matamu secara dekat. Kau malah memejamkan matamu, haha, lucunya."

Jaemin hampir menangis sekarang.

Sekuat mungkin ia tahan air matanya agar tak jatuh. Jeno sungguh menggodanya. Jaemin kesal.

"Sudahlah, kau berkeringat sekali," ucap Jeno.

Melihat Jaemin yang kian melengkungkan kedua sudut bibirnya membuatnya gemas,

"Kemarilah."

Jeno meraih bahu Jaemin untuk di bawa ke samping atap yang teduh.

Dia dudukan Jaemin di sofa tadi.

"Ambil." Jeno menyodorkan sebotol soda pada Jaemin, sedangkan ia pun sama.

"Terima kasih," jawabnya.

Mereka saling menikmati air minum yang menyegarkan tenggorokan mereka. Memandangi dari atas hamparan hijau di depan sekolahnya
itu.

Kedua pipi Jaemin bersemu merah muda. Sebisa mungkin ia sembunyikan wajah merah mudanya itu dari Jeno. Bisa-bisa dia di goda habis-habisan. Ia sungguh merutuki dirinya sendiri hingga berdebar hanya Jeno menyentuh bahunya.

Seharusnya dia sebal, seharusnya dia kesal, tapi nyata tak seperti seharusnya.

Kenapa aku ini? Batin Jaemin.

Tak ada satu pun yang berbicara. Keduanya hanyut dalam buah pikirnya masing-masing. Sampai suara Jeno memutus keheningan.

"Kau pulang denganku, ya." Itu pernyataan, sungguhnya.

"Tidak bisa. Aku pulang dengan Mark Hyung," tangkas Jaemin.

"Itu permintaan ku, kau harus mau!"

"Aku sudah berjanji dengannya, aku tak bisa ingkar."

"Si Pirang itu kekasihmu, kah?"

"B-bukan," kata Jaemin terbata-bata.

"Aku hanya terbiasa dengannya. Akan aneh jika aku tidak pulang bersamanya." Jaemin meletakkan botol soda itu di samping tubuhnya.

Jeno berseru mendengar itu.

Yes, batin Jeno melompat-lompat. Itu berarti dia masih punya kesempatan.

"Kau menyukainya?"

Jaemin tak langsung menjawabnya.

Hal itu membuat Jeno berdebar-debar.

"T-tidak!"

Leganya, batin Jeno berkata.

Asmaraloka ; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang