Sial

487 47 3
                                    

"Kau ..."

"Ya Tuhan, maafkan aku."

"Bajuku basah," rintih Jaemin.

Jeno menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aku minta maa-"

"Kau membasahi seragamku," Jaemin menyela.

Jeno merasa semakin bersalah. Kini semua arah pandang siswa-siswi tertuju padanya. Semua hanya membisu melihat Jaemin yang terkenal dingin sekarang banyak ujar.

Jaemin tetap menunduk memandang sendu seragamnya yang basah. Jeno kembali membuka suara, "Aku punya seragam ganti di loker. Mau pakai puny-"

Lagi-lagi kalimat Jeno terpotong, "Seragamku basah, bagaimana ini?"

Jeno menatap heran pemuda di depannya ini. Jaemin memasang mimik bak kucing kelaparan, memelas. Si Manis menghela berat nafasnya, kemudian berujar, "Kau yang melakukannya, bagaimana ini?"

Sungguh buntu kini otak Jeno, tidak mengerti atas kalimat Jaemin yang terkesan berbelit-belit. Kenapa orang-orang cantik sepertinya sangat menyebalkan.

"Sudah aku sarankan untuk kau gunakan saja seragamku yang lain, kau-"

"Ah, sungguh menyebalkan. Dingin sekali-"

"Berhenti menyela perkataanku! Kau adik tingkat kenapa tidak sopan kepada kakak tingkatmu?" seru Jeno dengan intonasi yang tinggi.

Mendengar seruan itu tentu membuat pemuda manis di depannya terkejut. "Kau yang bersalah kenapa kau yang marah-marah, sialan."

"bersikap baik lah padaku! Dasar tidak sopan!" Jeno menggerakkan giginya. "Hah, menyebalkan sekali!" Dia menghembuskan napasnya kasar.

Setelah itu, terdengar desas-desus para siswa-siswi yang menonton, ternyata pemuda lain datang ke dalam lingkaran.

"Jaemin-ah, ada apa?" tanya Mark saat tiba di depan Jaemin.

Mark datang dengan keheranan. Kepalanya menoleh ke arah Jaemin kemudian ke arah Jeno. Pemuda itu melihat raut wajah Jeno yang memerah dan Jaemin yang kian menunduk. Dia gulirkan pandangannya ke arah dada Jaemin. Seragamnya tampak transparan karena tersiram air. Ia membuka jas nya dan ia tutupi bagian dada yang ter-ekspos. Mark simpulkan jika Jaemin tak sengaja tersiram air.

"Sedari tadi aku menunggumu di meja, namun kau tak kunjung datang. Jadi aku berinisiatif untuk mencari dan menemukanmu disini. Ayo, akan ku pinjamkan bajuku di loker. Nanti kau sakit. "

Jeno hanya diam saat Mark merangkul pundak Jaemin untuk pergi dari lokasi. Bersedekap memeluk dirinya sendiri. Bersama pacarnya lagi, ucapnya dalam hati.
Sudah tidak ada lagi tilikan yang menuju padanya, lantas segera ia beralih dari tempat tadi ia bercekcok.

Dalam perjalanan, Jeno berasumsi bahwa pujaan hatinya memiliki watak yang dingin nan menyebalkan. Tapi kenapa masih saja dia tersihir oleh parasnya?

***

Baskara telah selesai memberikan binarnya pada buana para insan berpijak. Cakrawala di atas telah berganti menjadi gelap namun sedikit ter sinar oleh rembulan yang hinggap menggantikan kehadiran baskara yang tenggelam.

Suara guratan angka dan garis terdengar tipis dari dalam bilik hangat milik Jaemin. Suara wanita dari ponsel pintar milik pemuda manis itu terdengar sedang menjelaskan deretan angka dengan komponen "X" dan "Y" mengalahkan bisingnya seruan dari sang Bunda yang sedari tadi tak dia tanggapi karena kedua telinganya sudah di-tuli-kan oleh alat elektronik penyuara telinga.

Tiba-tiba dengan keras pintu kamar Jaemin terbuka. "Nana-ya, bunda memanggilmu dari tadi, kenapa tidak menjawab?"

Bunda masuk ke dalam kamar Jaemin dengan pakaian yang rapi. Rambut Bunda sudah tertata rapi dan lembut. Wajahnya sudah cantik dengan polesan kosmetik andalannya.

Asmaraloka ; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang