21 | Hari Syuting!

396 26 0
                                    

Aku menggeliat dengan hati-hati, tanganku selalu sakit ketika posisiku salah. Hari ini aku memutuskan untuk tetap bekerja, tentu saja. Aku tidak mau terlalu manja, lagi pula tanganku kan tidak sampai cacat. Hanya tergores dan akan sakit hanya saat tersenggol atau aku melakukan gerakan tertentu. 

Untuk sekedar mengawasi proses syuting hari ini, aku rasa tidak masalah.

Aku membuka pintu kamar dengan perlahan, dan nyaris berteriak mendapati Agus dengan helm kuningnya sedang nyengir ke arahku , salah satu tangannya terangkat. Hendak mengetuk pintu kamarku. 

"Lo bikin gue jantungan tau gak!" Aku menyelinap melewati lengan tangan Agus yang enggan diturunkannya. Aku berjalan ke arah dapur bersama, berusaha sebaik mungkin agar tanganku tidak menyenggol apapun. Biasanya sebelum berangkat, aku selalu menyempatkan diri mengisi botol air minum dengan penuh. 

"Ternyata bener dugaan Diaz, lo gak mau di suruh istirahat." Aku mengernyitkan dahi, meneguk sedikit air di dalam botol, lalu mengisinya lagi. 

"Terus lo kenapa belum berangkat?" Seulas senyum jahil terangkat dari bibir Agus. 

"Disuruh pacar lo buat nganterin permaisurinya ke kantor." Aku mengancam Agus dengan mulut penuh dengan air. Namun urung menyemburnya, aku tidak cukup tega melakukannya. Aku yakin dia berusaha keras untuk membujuk dirinya sendiri untuk mandi hari ini.

"Kenapa sih lo bisa mikir Diaz itu pacar gue? yang lo lihat selama ini cuma salah paham." Aku mengekor di belakang Agus, kemudian kami sama-sama mengenakan sepatu di teras kost. 

"Karena si Diaz tiba-tiba berubah drastis sejak lo dateng dan jadi bagian dari Loka." Aku yang sedang mengikat tali  sepatu dengan kesusahan menoleh dengan penasaran.

"Biasa aja dong mbak reaksinya!" Aku memalingkan wajah lagi, sedikit bersungut karena Agus melayangkan tatapan jahil yang membuatku muak.

"Tapi beneran Sa, dulu sebelum lo masuk, Diaz itu gak pernah perhatian sama siapapun. Dia cuek, dan macam manusia yang gak ada perasaannya gitu.." Aku mendengarkan Agus, pura-pura untuk tidak tertarik, namun aku lumayan tersipu dari cara Agus mengatakan Diaz berubah karena aku. 

"Buktinya dia punya pacar kan?" 

"Carla maksud lo?" Agus menghentakkan sepatunya sebelum beringsut di hadapanku, dan kemudian membantuku mengikat sepatu. perhatian begini sering kudapatkan dari Agus dan aku tahu ia melakukan itu murni karena ia menganggapku teman. 

"Carla itu cuma pacaran sama dia selama sebulan, itupun dipaksa Boim, Carla yang mutusin karena Diaz itu orangnya datar banget dan gak romantis." Aku menggeplak pundak Agus karena sengaja menarik tali sepatuku kuat-kuat. Ia malah cekikikan. 

"Dan kayaknya gue tau kenapa dia jarang banget buka masker di depan lo, bahkan nyaris gak pernah." Aku juga masih penasaran hingga saat ini, tapi aku membiarkan Agus melanjutkan cerita paginya. 

"Dia itu gampang malu, dan kalau lagi gugup ketaran banget. Sejak pandemi gue ngerasa Diaz jadi lebih percaya diri, mungkin masker telah mengubah kehidupannya." Aku bergidik mendengar Agus setengah bersyair. 

"Ini yang bikin gue percaya sebenarnya Diaz jatuh cinta sama lo.." Aku tidak tahu harus menanggapi apa dugaan Agus. Kalian tahu sendiri, sejak melihat Dimas, pikiranku penuh dengan laki-laki itu. Aku tau sikap Diaz tak kalah manis, namun aku rasa, aku memang berpegang teguh pada prinsipku. menyelesaikan ceritaku dengan Dimas maka aku akan membuka hati lagi untuk laki-laki lain. 

"Diaz itu dasarnya emang baik kali Gus, lo nya aja yang suka rese!" 

Kami akhirnya berangkat, aku jadi ingat pesan Diaz semalam, aku tidak yakin tawarannya sungguh-sungguh padaku.

UNTOUCHABLE EX !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang