25 | Cinta lama ternyata kembali

364 19 1
                                    

Studio tempat kami melangsungkan syuting beberapa hari ini riuh dengan tepuk tangan dan sahutan senang orang-orang. Aku mendapati wajah Mas Boim bersinar lega hari ini. 

"It's a wrap guyss! Thanks buat kerja keras kalian." Mas Boim  menepuk pundakku, ada raut wajah bangga di balik senyumnya hari ini. Aku cuma menunjukkan kedua jempol mungilku padanya. 

"Untuk perayaan kecilnya, Pak Dzaki bakalan ngajak kalian buat makan-makan besok." Suara riuh terdengar lagi. Yang disebut-sebut akan nraktir kami cuma mengangguk. 

Semua anak-anak kantor yang terlibat di proses syuting ini harus membersihkan studio selepas syuting selesai. Meskipun aku tidak harus ikut membersihkannya, tapi aku memutuskan untuk membantu mereka. Setidaknya untuk mengangkat benda-benda kecil yang bisa tangan kiriku lakukan. 

Aku mendapati seseorang sedang menatap ke arahku saat aku sedang membantu Mas Abe merapikan  beberapa kursi. 

"Hai." Dimas mengangkat tangannya untuk merapikan poniku yang mengganggu. 

"Thanks.." Ia mengulurkan tangan untuk membantuku merapikan beberapa kabel yang menjuntai kesana kemari. Ini bukan tugasnya, tapi aku tau ia tulus melakukannya untukku. 

"Hari ini kamu mau mampir ke apartementku?" Aku nyaris menjatuhkan lighting yang ku pegang. Baru kemarin Dimas mengetahui kebenaran bahwa kekasih yang ia tinggalkan ada di depan mata, dan sekarang ia langsung menawariku untuk berkunjung ke tempat tinggalnya. 

Aku pikir, ini bukan sesuatu yang harus ku takuti. Aku mengenal Dimas dengan baik, dan aku percaya Dimas yang ada di depanku masih seperti Dimas yang dulu aku kenal. Ia sama sekali tidak berubah, sikap hingga cara bicaranya masih sama seperti dulu. 

"Kamu tinggal di apartement?" Aku berbasa-basi sebelum mengiyakan. Aku tidak ingin terdengar dangkal kalau langsung mengangguk antusias ajakkannya. 

"Apartement kecil, cukup buat aku sendiri. Tapi karena kita berhubungan lagi, aku rasa gak ada salahnya bawa pacar sendiri ke apartment. Aku agak kesepian selama tinggal disini." Mendengar alasannya yang tulus, aku langsung mengangguk tanpa pikir panjang. 

"Kalau gitu, pulang nanti aku jemput lagi ya?" Dimas meninggalkan studio. Aku merasa berdebar dengan cara yang aneh. Mungkin, karena ini pertama kalinya lagi buatku. 

"Sa?!" Aku menoleh ke arah pintu kaca studio. Aku mendapati Agus sedang melambai ke arahku. 

"Dicariin Diaz tuh!"  Aku mengoper kabel yang aku genggam pada Mas Abe dan ijin untuk turun lebih dulu padanya. 

Aku mendapati Diaz sedang duduk manis di meja kerjanya. Ia sedang memeriksa berkas-berkas,mungkin salah satunya adalah laporan yang baru saja aku selesaikan. 

"Pulang nanti anak-anak divisi empat rencananya mau ngadain barbeque-an kecil-kecilan, masing-masing dari kita harus nyumbang 100 ribu-" 

"Sorry tapi gue udah ada janji." 

"Yah Sa, janji sama siapa?" Agus memangku dagu di sekat meja, tentu saja anak itu tidak keberatan kalau aku tidak hadir, ia merengek hanya agar aku mengungkapkan alasanku yang sesungguhnya. 

"Pacar." Entah kenapa aku merasa berat mengungkapkan kata itu di depan Diaz. Ditambah lagi, sinar matanya langsung berubah dingin saat aku menatapnya untuk memastikan ia tidak keberatan. 

"Nanti lo belanja sama gue." Diaz bangkit dari kursinya, langsung menggaet bahu Agus dan menghilang dari hadapanku. Anehnya aku malah merasa kecewa akan sikapnya, aku berharap setidaknya ia menanggapi perkataanku. 

Aku menghela nafas, yang aku sadari sebagai nafas kekecewaan. Pada diriku sendiri. Mungkin, aku tidak menyadari selama ini aku juga terpikat pada Diaz, meskipun aku belum mengenal sosoknya secara utuh. Namun sikap manis Diaz bisa saja mematikkan perasaan baper itu tanpa aku sadari. 

UNTOUCHABLE EX !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang