17b

301 20 6
                                    

Beberapa menit aku baru membersihkan diri, pulang dari kantor, teman geng ku bertamu bersama keluarga kecilnya. Suasana menjadi ramai, dengan suara para anak-anak kami, apalagi celotehan anak kedua khanza dan erza, lucu, gemoy dan cerewetnya seperti haura.

Kini khanza sedang hamil tua, sedangkan moci fokus pada ke tiga anaknya yang sudah tak bayi lagi, satu SMP dan dua SD. Kami asik ngobrol, tiba mas galen pulang.

Haura berlari padanya, begitu pun anak ke pertama dan ke dua, erza dan khanza, mereka berbondong-bondong ingin dipeluk mas galen. Semua mendapatkan ciuman dari mas galen, setelahnya, mas galen menanggung beban. Kenapa? Sisi kanan menggendong haura, sisi kiri anak ke dua erza, dan dibelakang layaknya memikul beras, anak pertama erza.

Aku tersenyum melihatnya, seperti inilah kedekatan anak erza pada seorang UWA-nya. Mas galen pun merangkul begitu mesra, namun lagi² haura semakin didepan, dia sangat posesif pada sang ayah, jika terlalu dikuasai oleh orang lain.

"Sip, sampai dibandara, pesawat landas udara!" Ucap mas galen ceria, ketiga bocil tertawa nyaring. Apalagi haura, terus menghujani wajah mas galen dengan ciuman dan nempel terus seperti ulat bulu, dipelukan sang ayah. Hadeh..🤦‍♀️
Ratu pun tak mau kalah, dia melakukan hal yang sama, namun dibelakang punggung mas galen. Sedangkan si kecil, sibuk ngemil. Mareka duduk disofa, tempat kami duduk.

"Pah, latu mau tidur sama akak ala disini."

"Boleh, tapi nanti latu kalau mimpi buluk, tidul sama papah dan ibu ya..." lanjutnya,

"Memang princes suka mimpi buruk?" Ucap mas galen sedikit dimainkan.

"Iya, kata papih latu gak baca doa sebelum tidul."

"Pantes, akak kan udah bilang, baca doa dulu kalau mau tidur..." sangkal ara,

"Lupa akak, latu sudah sangat ngantuk. Apalagi kalau tidul sama papih."

"Hafal doa nya tidak?"

Ratu nyengir kuda,

"Gimana sih kak, doanya?" Ucap suami moci, dia besti ngobrol haura.

"Om juga gak tahu?"

"Om lupa,"

"Idih, udah tua, lupa doa-doa. Kaya ayah dong, semua doa hafal. Sama dengan ara, iya kan ayah?"

Mas galen tertawa, mencium pipinya. Ah pengen juga dicium.🥲

"Banggain aja terus ayah nya? Kalau mamah ria gimana?" Ucap moci,

"Mamah juga begitu, tapi mamah kalau ajarin ara, emosi terus. Kalau ara gak bisa-bisa, langsung pergi, ngambek, cemberut, ara gak dikasih makan."

Aku melempar coklat padanya, ara tertawa begitu pun mas galen, dia mencium pipinya kembali.

"Otak kamu nya no signal!" Ucap ku,

"Ara kalau belajar sama mamah gak fokus."

"Loh kenapa?" Tanya erza dan moci berbarengan,

"Terlalu cantik dan pintar."

Aku mendelikan mata, haura tertawa.

"Kamu nya aja yang gak serius, kalau belajar sama mamah. Ngeles aja, kaya bajaj!"

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang