18. Tolong, Anak ku bukan boneka!

344 15 6
                                    

Hari ini, acara aqiqah Haura berlangsungnya, because menyesuaikan dengan waktu kosong sang ayah. Para tamu saling berdatangan, dari tetangga sampai kerabat, rumah ku rasanya tidak ada oksigen sangkin penuhnya orang. Baru saja setengag hari, kepala ku terasa pening, melihat orang sangat banyak, untung saja anak ku tidak rewel, akhirnya aku meminta obat sama mas galen dan langsung meminumnya untuk sedikit meredakan.

Bukan karena itu saja, aku pusing melihat kerempongan mamah lika dan maira saat memperlakukan haura, aku lepas tangan mengenai urusan haura dihari ini, aku cukup diam, duduk manis, menerima haura saat laper saja.

Anehnya haura tetap diam, meskipun dia sudah seperti boneka. Gendong sini gendong sama, dari satu tangan ketangan yang lain ditambah setiap selang beberapa jam bajunya harus ganti, baju-baju lucu Haura yang baru dibelikan mas galen nyaris habis, aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Apalagi saat orang-orang penting dari tempat bekerja mas galen datang, Haura sungguh imut dan cantik didandani oleh mamah lika dan kakak liza. Aku dan mamah ku hanya menggelengkan kepala.

"Ri, sepertinya anak mu, akan dewasa sebelum waktunya." Ucap mamah ku, selagi memperhatikan Haura jadi bahan pujian.

"Entahlah, pusing mikirinnya. Sesuka mereka saja deh. Haura mau digimanain, asal tubuhnya masih utuh saja."

Mamah ku tertawa mendengar ucapan ku, aku tidak bisa membayangkan bila jadi haura. Ditambah eyang, bila ada yang kurang sedikit saja dari penampilan haura langsung dicomment dan diperbaiki. Satu moment membuat aku dan mas galen menggelengkan kepala, Maira dan Nana menangis mengadu sama mamah ku karena tidak kebagian gendong Haura, aku hanya menggaruk kepala ku yang tidak gatal,:")

Memang seharian ini Haura lebih dikuasai oleh ka Aliza, mamah lika dan eyang, mamah ku sibuk mengurus kondisi acara, bagian perdapuran dan konsumsi.

"Kamu pakai jurus apa sih, untuk memikat orang banyak? Apa waktu ayah buat kamu, ayah mu membacakan mantra-mantara?" Batin ku, terawa sendiri.


Acara aqiqah berlangsung, tapi shohibul Bait
sedang tertidur pulas usai aku susui, sepertinya dia kecapean. Selagi terlelap, dia di dandani mamah ku, dia tidak terusik sama sekali. Haura sangatlah cantik pakai baju muslim putih dan dipakaikan kerudung. Papah bintang tersenyum manis dan mencium Haura gemas saat ingin menggendong perlahan, takut mengganggu tidurnya.

Perlahan berlajan mengelilingi para tamu yang hadir dan mas gelen mengikuti dibelakang sambil membawa gunting dan lainnya seperti satu kelapa utuh yang nantinya dijadikan tempat rambut Haura dan diatasnya ditaruh bendera kecil yang terbuat dari uang kertas, tidak tanggung-tanggung uangnya warna merah semua, kalau anak kesayangan seperti itu ya, tapi jika usai acara uangnya ya masuk kantong mas galen lagi:^).

Suasana begitu syahdu, namun aku ingin ketawa melihat mas galen kesulitan membuka kerudung haura, karena terus menggeliat sampai dibantu oleh mamah lika. Bapak ku menangis saat dirinya menjadi orang yang pertama memotong rambut Haura, cucuk pertamanya.

Diciumnya kepala dan wajah Haura sangat sayang, bapak pun memeluk mas galen sepertinya menyampaikan sesuatu entah apa itu. Papah dan mas galen memutari semua orang yang hadir, untuk sekedar meminta doa atas kehadiran Haura, kesehatannnya dan lainnya, pastinya doa yang baik dan positif.

Acara inti sudah selesai, tiba diacara sesi foto keluarga sesuai yang mas galen janjikan sebelumnya. Sesi pertama, khusus Haura mau difoto dengan berbagai jenis gaya. Keluarga besar ku sangat antusias melihat Haura, apalagi eyang, beliau sangat heboh.

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang