9. Telat Haid, Jangan-jangan?

310 20 1
                                    

Sudah terhitung dua minggu aku telat haid bulan ini, aku menyadari ketika melihat tanggal ujian ku esok hari. Jujur, aku panik jika kabar gembira ini nyatanya ada. Kenapa? Aku pun tidak tahu, namun pastinya aku merasa sangat panik.

Pagi ini, badan ku terasa sangat lemes, bukan karena ingin ujian tapi entahlah perasaan dan mood ku sepertinya sedang On buruk. Kepala ku sedikit pusing dan rasa mual sesekali datang, keluar semua isi perut ku ketika ingin turun dari mobil, menuju ketempat tes, dimana biasa nya aku tidak pernah mabok.

Mas galen memeriksa keadaan ku, aku sedikit lemas. Sambil memegang botol aqua,

"Sudah sarapan tadi pagi?"

"Minum milo saja, mual rasanya melihat makanan."

"Kemarin pulang kerja, kamu melawa hujan?"

Maksud mas galen bablas kali ya, tidak menunggu reda dulu. Bahasanya itu loh, terlalu baku, sulit dipahami dan takut salah diartikan.

Aku mengangguk, mas galen berdecak. Dia melihat jam, keluar mobil entah kemana, saat kembali membawa satu kotak bubur ayam dan teh hangat. Dia perlahan menyuapi ku, enak buburnya...

"Mas tinggal ya, jika sudah selesai langsung kabari. Nanti ada yang jemput, mas pulang sore."

Aku mengangguk,

"Tapi jangan terlalu sore juga,"

Dia malah tertawa,

"Kenapa?"

"Iya."

Satu kotak bubur habis oleh ku sendiri, lumayan sedikit reda rasa mualnya. Aku keluar setelah berpamitan dengannya. Mencari ruangan yang dimaksud, akhirnya ketemu. Aku masuk, disana sudah banyak orang yang duduk sesuai nomer ujian.

Aku memperhatikan lewat gerak-geriknya, mereka sangat semangat dan ambisius, tidak seperti ku, yang terlalu santai, memang aku tidak ingin melanjutkan, meskipun begitu aku tidak ingin mengecewakan mas lingga yang sudah mengajari ku cukup banyak dan sabar, hingga pekerjaannya tidak menjadi priolitasnya untuk beberapa hari hanya demi mengajari ku, teknik dan taktik jitu agar lolos dari ujian. Sungguh dia serba tahu.

Ujian segera dimulai, aku mengerjakan amat serius, iya lah serius, sudah hafal jawabannya, meskipun satu atau dua yang ku isi asal, bersyukur ada mas galen. Seketika rasa mual begitu hebat menyerang ku, hingga kepala ku terasa berat dan pandangan ku berputar. Aku terus memijat pelipis ku, sambil berdoa, menahan mual dan mengisi jawaban yang sebentar lagi selesai.

Rasa mual semakin memuncak, berbarengan dengan pekerjaan ku selesai. Aku mengangkat tangan,

"Pak, saya sudah selesai,"

"Silahkan kumpulkan, kelur lah."

Aku berjalan kedepan, mengumpulkan hasil tugas ku, aku jadi pusat perhatian kedua setelah wanita disamping ku. Aku tersenyum pada pengawasnya, kebetulan dia katanya kenal sama mas galen, sepertinya dia dosen muda.

"Iya pak, nanti saya sampaikan sama dokter galen."

Aku ke luar ruangan, tergesa-gesa mencari toilet. Tanpa menunggu lama, sesampainya didalam, semua isi perut ku keluar berasa dikuras.

Huoek,..huoek,...huoekkkk.....

Satu nama yang ku sebut "Mas Galen"

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang