11b

237 23 3
                                    


Kami sudah sampai di Dubai, tepatnya di Hotel "GARIA", setelah banyak drama yang dilewati sebelumnya, tak lain dan tak bukan, permasalahan Haura.

Mbah dan nyai nya, melarang kami untuk membawanya tapi sang ayah bersih keras meminta untuk membawa haura. Ya sudah aku yang dikorbankan untuk memberanikah diri meluluhkan hati bapak dan mamah ku. Sebelum itu pun, malam hari menjelang tidur usai acara, aku dan mas galen sedikit adu mulut lantaran permasalahan ini.

Flasback

"Haura anak saya, masa ada orang tua meninggalkan anaknya? Sedangkan kita nanti disana bersenang-senang? Meski pun begitu, saya tidak menikmatinya. Kamu memang tega, hem?" Ucap mas galen sedikit memakai otot, ketika aku mencoba menjelaskan permintaan mamah ku.

"Adanya haura atau tidak sama saja, kegiatan kita tidak akan mengganggu, malah tidak ada dia suasana akan membosankan. Ini mimpi saya membawa kalian ke tempat hasil kerja keras saya, saya tidak ingin semuanya hanya angan. Kesempatan tidak akan datang dua kali, jika membawanya kesini diusia menginjak remaja, akan beda lagi ceritanya."

"Bicaralah pada beliau, sesuai dengan perasaan ibu pada seorang anak. Saya tidak perlu menjelaskan kembali, saya anggap kamu sudah paham."

"Mas..."

"Sebelum kedua orang tua mu cemburu dan khawatir mengenai harta, saya sudah menyiapkannya. Saya tahu orang tua mu matre,"

Deg

Ucapan mas galen sungguh membuat ku beristigfar.

"Jangan dibawa kehati saya belum selesai bicara. Wajar mereka seperti itu, karena mereka melahirkan anak yang luar biasa, hingga membuat saya selaku orang asing mampu mewujudkan mimpi-mimpi saya, itu berkat anaknya. Saya berterima kasih untuk itu,"

"Maka, dari jauh-jauh hari saya sudah menyiapkannya, saya paham tak perlu diajarkan lagi, saya sadar diri, mendapatkan mu suatu anugrah dan keberkahan bagi keluarga besar saya dan terutama pribadi saya."

"Tidak sempurna tapi sejak adanya kehadiran diri mu menjadi sangat sempurna."

Aku hanya diam, memperhatikannya bicara.

"Saya lelah, ngantuk. Besok kita langsung ke rumah nyai dan mbahnya haura, selagi jalan menuju tujuan. Kita akan berangkat pakai helikopter papah."

Mas galen tidur membelakangi ku, dia begitu takut bila haura diasuh oleh orang tua. Singjat cerita, dirinya keceplosan bahwa, sikap kedua orang tua ku takut seperti kakek dan nenek difilm ikan terbang itu. Itu membuat hati ku sakit, sampai kami saling diam dalam dua hari. Keterlaluan memang mas galen ini! Mana mungkin orang tua ku seperti itu, yang ada haura duoerlakukan bagai ratu.

Kami dari rumah berangkat usai subuh, sampai rumah ku, haura masih terlelap. Mas galen asik menikmati sarapan bersama bapak dan nana, sedangkan aku? Sedang mencoba meyakinkan mamah ku.

"Sekarang kamu banyak membantah ya? Mamah kecewa sama kamu ri, kamu takut haura kelaparan? Takut dia disuruh sama mamah ngemis dilampu merah?"

"Mah, ria disini hanya jadi penengah. Mamah nyai nya, mas galen ayah nya, keduanya memiliki kasih sayang besar terhadap haura, ria paham itu. Mamah memiliki tujuan, begitu pun mas galen."

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang