20b

353 24 23
                                    

Mas galen sudah tiba tadi malam, tepat tengah malam saat keluarga sudah terlelap semua. Tidak banyak permintaan, dia pun langsung memejamkan mata usai menanyakan keberadaan haura dan membersihkan diri.

Kami sudah rapih, siap untuk turun kebawah dan sarapan. Mas galen mengeluh, perutnya sangat keroncongan. Dia menyapa semua keluarga kecuali haura, dia masih tidur. Kami semua sarapan sangat hidmat,

"Bayu sudah mengurus dan mengamankan semuanya, Mas?"

"Sudah, Pah."

"Satu lagi yang perlu kamu selesaikan,"

"Iya, Pah."

"Singkirkan virus diperusahaan kita."

"Iya, Pah."

"Mas, bisa bicaranya agak panjang sedikit? Apakah pita suara mu akan terputus." Lanjut mamah, sebelum nahkoda nya marah.

"Baik, saya akan lakukan sesuai perintah. Dalam kurun waktu singkat, semua akan kembali seperti dulu. Saya sudah paham apa yang bapak bintang bicarakan." Ucap mas galen, menyudahi makannya. Dia bergegas ke kamar papah bintang, menghampiri haura, yang sudah terdengar tangisannya. Namun sebelumnya izin lebih dulu,

Aku memperhatikan mimik wajah papah, tidak begitu baik, begitu pun mamah. Papah meninggalkan meja makan, begitu pun mamah.

"Hadeh, pagi-pagi sudah saling lembar bola api." Ucap eyang,

"Itu bagi mereka yang merasa aja, eyang. Tapi yang ini mah, lagi bahagia." Ucap erza, memojokan ku.

"Iya lah, hari-hari itu harus penuh dengan kebahagiaan. Biar awet muda,"

"Dawet muda?"

"Ya, itu papah mu. Duda muda!"

Aku dan khanza tertawa, tatapan kami fokus pada ara dan mas galen. Ara digendongnya penuh mesra,

"Widih, udah ada ayah tuh...gak galau lagi yaa..." erza meledek,

"Iya dong, masa galau terus...iya kan ya kakak ara?" Tambah khanza,

Ku lihat, mas galen sedang menawari ara sarapan. Naasnya tidak ada yang ara sukai,

"Susu sama roti bakar gula?" Tanya mas galen sangat lembut, ara mengangguk.

"Ya sudah, ayo kita buat."

"Mamah..." ucap ara, wajahnya tetap berada didada bidang sang ayah.

"Sama ayah saja, mamah lagi sarapan sama adik."

"Manja nya, musuh eyang!" Ucap eyang, mas galen tertawa pelan.

Ara diam, aku bangun, mencium wajah ara.

"Mamah buatkan ya, tapi habis makan, langsung mandi."

Ara mengangguk, aku beralih ke dapur, membuat pesanan kakak haura.

Makanan sudah siap, aku mencari ke dua kesayangan ku. Ternyata ada di sisi kolam, sedang bercerita.

"Iya, badan ara panas. Terus ara disuntik sama bibi maira."

"Kakak kenapa demam?"

"Kangen ayah, ayah pulangnya lama."

"Bukannya ayah sudah izin sama ara?"

"Iya, tapi ya lama. Ara kesepian gak ada ayah..."

"Princess,.." ucap ku memotong percakapan mereka,

"Enak sekali sarapannya, mamah bawa obatnya kakak?" Ucap suami ku, sambil menerima makanan dari tangan ku.

"Bawa, ayah. Ini..."

Aku dan ara duduk disofa, sedangkan mas galen dibawah kami, sibuk melayani ara. Hati ku teduh dan hangat, melihat ara tertawa, ceria dan bicara begitu banyak dan bawel bersama ayah nya. Itulah kebahagian ku...

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang