16. Imunisasi Pertama HAURA...

346 18 2
                                    

Terhitung sudah tiga puluh hari Haura ada di dunia, berat badannya semakin bertambah menjadikan bentuk tubuhnya mulai terbentuk dan mengembang sangat menggemaskan, apalagi pipi nya huh seperti bakpau, maklum nenen nya saja kuat, sampai  aku kewalahan.

Mamah dan mertua ku serta eyang, beliau selalu ada disamping ku dan Haura, hemm beliau-beliau sudah menjadi teman ngobrol haura, apalagi eyang sudah seperti sahabat nya. Mereka sangat sabar dan telaten melayani ku saat aku kerepotan mengurus Haura, maklum ini baru yang pertama kali, aku belum berpengalaman.

Terhitung berjalannya waktu, para tamu dari golongan kerabat keluarga besar merua, keluarga ku sendiri tidak kunjung berkurang, apalagi dari golongan teman-teman mas galen, rumah ku sudah seperti pasar setiap harinya, orang-orang keluar masuk tanpa ada larangan. Aku bersyukur untuk itu, apalagi mamah ku, ketika menghitung jumlah uang yang didapatkan haura, bahagianya bukan main. Sungguh, bisa membeli satu unit mobil, hehe becanda. Hanya saja, pemberian dari setiap sodara-sodaranya lebih dari cukup. Entahlah mungkin ini benar apa yang dikatakan eyang dulu, rekezy Haura akan berlipat ganda dan ngalir terus seperti air, mungkin ini sebagian jawabannya.

Bagaimana nyai nya tidak sayang padanya?dengan senang hati, sang nyai sangat memuja nya. Haura, termasuk bayi yang kalem, bersyukur dirinya begitu. Menangis menjerit-jerit tidak sabaran bila dia lapar, pup serta pipis, parahnya sangat lama saat nenen, aku sudah seperti SPBU untuknya. Namun bila sudah kenyang, walaupun tidur diunyeng-unyeng dan suasana berisik tidak akan terganggu, kecuali bila sudah mendengar suara mas galen. Seolah seperti alarm, ketika sedang asik nenen mata nya berbinar walau sudah terpejam dan senyum-senyum.

Untuk keperluan mas galen, selama aku usai melahirkan, dirinya sangat mandiri, paling sesekali dilayani oleh mamah ku atau mertua ku, persoalan makan. Aku tidur dikamar bawah, dirinya tetap diatas tanpa terusikan. Selama haura lahir, Mas galen non stop selalu pulang larut malam, banyak jadwal oprasi, pulang kerja langsung makan tanpa ditemani oleh ku atau yang lain dan menyendiri lanjut lembur bekerja. Mas galen memakluminya, meskipun begitu aku tetap memperhatikan kesehatan dirinya lewat komunikasi baik langsung atau lewat pesan.

Aku masih berada dalam fase nipas dan masih tahap memakai stagen, meskipun sedikit ribet pemakainanya. Dalam rentan waktu kemarin, Aku hanya bisa berjalan-jalan dekat, sebagai rutinitas mengisi masa pemulihan miss V dan perineum, agar bisa beraktivitas kembali.

Ucapan syukur selalu terucap oleh ku, betapa nikmatnya mengalami proses hamil dan melahirkan apalagi ketika sang bayi sudah lahir, membuat ku tersenyum bahagia. Sudah dua minggu ini, badan dan tenaga ku sudah pulih kembali seperti dulu, walau lelah sedikit selalu ada. Tapi pemakaian stagen dan meminum jamu tetap berlangsung, khasiatnya untuk menghilangkan bau amis darah ku dan meningkatkan daya imun kesehatan ku.

Melihat haura tidur sangat lelap, aku berniat menghampiri mas galen ke kamar atas untuk the first melayaninya kembali, setelah rehat satu bulan dirinya mandiri. Aku menitipkan haura pada mamah yang tengah sibuk membereskan pakaian haura. Aku membawakan nya sarapan, tidak lain roti bakar isi dan susu L-MEN. Aku mulai menaiki tangga pelan-pelan, jalan ku sangat jera karena kain stagen,😑💪

"Mas, ini ria,"

"Masuk," sahutnya dari dalam, ku lihat mas galen sudah rapih sedang duduk diranjang sambil memegang ponsel. Ah..ganteng banget suami ku🥰

"Bagaimana tadi malam tidurnya lelap?" Ucap ku, menaruh sarapan diatas nakas, lalu menghampirinya dan mengecup bibir nya sekilas. Aku duduk disampingnya,

Dia mengangguk,

"Masih terasa sakit saat jalan?"

"Sedikit,"

"Sabar," ucapnya, lalu mas galen mencium kening ku,

"Ara, tidur?"

"Hemm, nenen nya kuat banget!"

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang