20. Mamah Haura Sakit...

393 21 4
                                    

Tiba makan malam, semua berkumpul usai acara demi acara selesai diselenggarakan. Kami makan malam penuh canda, apalagi ada haura duduk dimeja makan depan ku. Ara Biasanya bila sudah kenyang pasti tidur, ini malah tidak. Matanya sangat berbinar, dia sangat kegirangan melihat banyak sodaranya datang.

Kursi sebelah ku masih kosong, iya itu khusus mas galen, tapi aku tidak tahu orangnya kemana.

"Mas galen kemana mah?" Tanya ku, pada mamah lika disebelah ku.

"Tuh galen,"

Dia berjalan kearah ku, duduk disisi ku dan mengambil alih haura. Bercanda bersamanya, tanpa berniat makan. Terserah, menawari sudah!

Acara makan malam sekaligus acara besar ini tuntas dengan sempurna, khanza dan erza terlihat begitu bahagia. Kami mulai masuk kekamar masing-masing.

Ada apa dengan haura, dirinya enggan ingin masuk ke kamar kami, dia malah merangkak ingin masuk kekamar eyang, disana ada alfis, dion, maira, jika nana sudah pulang duluan bersama bapak dan mamah ku, bila ada makin rame.

Dia tertawa gembira dan geli, dengan tingakah penghuni kamar ini, hingga air liurnya keluar begitu banyak, aku dan eyang pun ikut tertawa.

"Rame banget, hey gemoy, sudah malam, tidak tidur?" Ucap mamah lika,

"Mamah, ara tadi kentut nyaring banget, kita kaget, dia malah ketawa. Kocak sekali!" Ucap maira,

"Nenek, tadi ara nyuksruk ke bawah, gara-gara ngikutin abang!" Ucap alfis,

Masih banyak lagi aduan alfis, eyang, dion  pada mamah, aku hanya jadi penyimak. Mamah menghampiri haura,

"Astaga, nak. Ini badan udah lengket banget," ucapnya selagi, meremas-remas lengan gemoy haura. Haura ketawa menertawakan dion sedang loncat-loncat diatas kasur. Mamah lika gemas, hingga menggelitiki ara sampai dia tertawa terpingkal-pingkal dan nyaring.

Ku lihat, disisa bercandanya, mungkin dirinya sudah lelah, dia terus menguap matanya pun sudah merah, bayangkan ini sudah jam 9 malam. Dia melihat ku,

"Apa? Ngantuk?" Tanya ku, dia menguap. Aku memangkunya, tapi dia menangis, ternyata dia ingin tidur disini.

Terpaksa, aku ngelonin ara disini, selagi menunggunya lelap biar gampang dipindahkan. Aku, eyang, dan mamah lika ngobrol ngaler-ngidul, tidak terasa haura sudah mendengkur dan melepaskan miminya.

"Wah, KO..." ucap eyang, samping mengelus kepalanya,

Mamah lika ingin memindahkannya, tapi keburu mas galen datang. Dimana usai makan malam, dia bergabung dengan rekan kerjanya. Aku tidak peduli...

Mas galen menghampiri ke arah kami, mengelus kepala ku, beralih pada haura, mencium berulang kali, memandangi, dan membelainya selagi menaggapi ucapan eyang dan mamah.

"Papah udah masuk kamar,"

"Hay, kamu belum makan nasi ya seharian ini, ngaku?" Ucap eyang,

Mas galen acuh, malah mencoba menggendong ara tanpa terusikan. Terlihat begitu kewalahan,

"Bismillahhh," ucap mas galen, dalam hati aku tersenyum, haura menggeliat. Mas galen berjalan lebih dulu, aku mengikuti dibelakangnya. Terlihat begitu romantis antara mas galen dan haura, apalagi ketika kami sedang baik-baik saja.

Kami kembali saling cuek, lebih tepatnya aku, bila mas galen terus berbicara, tapi tak aku indahkan.

Aku ingin kekamar mandi, mas galen menarik tangan ku hingga aku terduduk diatas kasur. Memegang kepala ku, diciumnya seluruh permukaan wajah ku setelah dibersihkan dari make up.

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang