21. Haura Liburan

391 20 9
                                    

Aku sudah terbangun sejak tadi, tapi tubuh ku masih nyaman diberbaring, rasanya seperti ada lem yang terus mempropokasi. Ditambah suasana kamar yang mendukung, kondisi badan begitu memang pegal oleh perjalanan kemarin. Kerjaan ku saat ini hanya memandangi dua kesayangan ku, mereka sangat lelap.

Saat ini aku keluarga kecil sedang liburan, moment mas galen menempati janji yang terucap saat Ara masih didalam kandungan ku, bertempat di Labuhan Bajo, namun yang mas galen wujudkan bukan kesana, melainkan ke Bali. Memang tempat yang kami kunjungi sekarang tidak sesuai, namun setelah kami berdiskusi, perjalanan rute untuk pergi kesana sangatlah jauh, apalagi saat membawa bayi, khawatir ara akan rewel. Bila dipikir-pikir, aku menjadi flasback saat honeymoon pengantin baru, bagaimana tidak, tempat yang kami singgahi saat ini, villa yang dulu menjadi tempat honeymoon ku dan mas galen. Dan kini datang lagi, sudah membawa hasil racikan kami dulu, yang sempat dilakukan disini. Ah, jadi malu.;0

Tangan ku meraba-raba kebelakang untuk mencari Ara, aku tidak menemukannya, seketika aku langsung membalikan badan. Ternyata dia sedang menyelusup kepunggung mas galen yang membelakanginya, dengan kaki dinaikkan pada pinggul sang ayah.

Aku tersenyum, memang akhir-akhir ini tingkah Ara sangat aneh, selalu mengikuti kemana mas galen pergi dan ingin selalu dekat. Padahal ruang kosong ditempat tidur masih banyak, tapi malah terus nyempil-nyempil sama ayahnya. Sampai sesekali mas galen mengeluh saat bangun tidur, karena terus ditempeli ara, berujung badannya pegel-pegel. You know lah, ara tidurnya sudah seperti baling-baling berputar. Hingga kakinya saja, tanpa sadar ada diwajah mas galen, dan wajahnya sudah masuk kedalam ketiak mas galen. Tingkah ara semakin lucu seiring bertambah umur:)

Aku mengelus kepala Ara, terlintas hal yang membuat aku masih bertahan bersama mas galen, dengan proses terus belajar mengenai rumstangga, sehingga keadaan semakin baik. Ku sadari, Bahtera rumahtangga memang tidak semulus jalan tol, pasti ada saja hal yang membuat aku dan mas galen merasakan batu kerikil mengenai mata, sangat perih. Namun, indahnya kami, sudah bisa mengendalikan. Walau pada nyatanya ego ku yang harus lebih rendah darinya, disaat amarah sudah menyerang pikiran yang mulai panas. Karena aku paham, sikap, watak dan karakter suami ku seperti apa.

Aku perhatikan belum ada tanda-tanda ara dan mas galen terusikan, aku bangun duluan untuk membuat sarapan, bila sudah bangun semua, sangatlah repot. Sebelum pergi, aku mencium kepala ara dan kening mas galen.

Aku sedang asik berendam, terdengar suara ara nangis sangat nyaring, aku buru-buru membersihkan diri, dan keluar menggunakan bathrob. Itulah ara, bila bangun tidur suka nangis dan moodnya sangat jelek, jadi harus perlahan-lahan melayaninya persis seperti mas galen.

"Kenapa?"

Ku lihat, ara sedang ada digendongan mas galen, wajahnya sudah merah, Ingusnya keluar masuk. Dia sedang ditenangkan oleh ayahnya, mas galen melihat ku,

"Jatuh ke bawah, kepala sebelah kanannya kena." Ucap mas galen,

"Ko bisa?" Ucap ku sambil berjalan menghampiri mas galen  mencium pipinya sekilas, lalu terfokuskan pada Ara.

"Mas bangun tanpa aba-aba, tidak sadar ada ara, eh, saat mas berdiri, dilihat dibelakang, ara sudah nangis, kepalanya terbentur lantai."

Aku berdecak, memeriksa keadaan ara.

"Lagian kebiasaan nya masih belum hilang  nyepil ayahnya terus." Bela mas galen, menghindari ucapan protes ku.

"Tidak parah, hanya merah saja. Lagian tadi badannya tertahan sama betis mas."

Aku mengulurkan tangan pada ara, segera menidurkannya dan memberinya mimi. Btw, ara belum berhenti mimi, karena umurnya masih belum pas 1,5 Tahun, mas galen menyarankan untuk 1,5 Tahun baru berhenti mimi.

Special My DREAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang