03

2K 268 2
                                    

🥀___🥀


Seperti apa yang sudah bunda nasehatkan tadi malam, Helia bangun pagi-pagi sekali dan langsung bergegas menuju dapur setelah cuci muka dan sikat gigi. Mandi nanti saja, toh hari ini ia sedang cuti dan Jazz pun sepertinya sama. Jadi tidak perlu terburu untuk berangkat ke kantor.

"Hai Chell"

"Ehh kahell, mau apa kak??"

Helia menggeleng pelan, sejujurnya dia bingung harus ngapain. Dia gak biasa didapur, tapi bukan berarti gak bisa.

"Kamu mau bikin bekal ya??"

Chelsea mengangguk, "Iya kak, buat aku sama Aji. Kami mau nabung, jadi harus super hemattt"

Helia faham, karena ia juga dulu begitu. Karena Chelsea terlihat bingung harus membuat apa jadi Helia berinisiatif untuk membantu. Memanfaatkan stok makanan beku yang ada di kulkas akan membuat semuanya menjadi mudah.

"Nabung buat apa emang Chel kalau kakak boleh tahu??"

Chelsea menoleh ke kanan dan kiri dulu sebelum menjawab, ia harus aman.

"Konser kak" Bisiknya. "Red Velvet bentar lagi konser. Aku harus nonton gak mau tahu. Kalau Aji, dia mau ikut event ghilbi di Jepang gitu deh. Kurang ngerti aku"

"Duh, adek-adek kakak beragam banget. Satu kpopers satu lagi wibu. Oh iya, Mama mana dek??"

Chelsea tersenyum lebar, karena jarang ada yang memanggilnya adek, jadi ia suka sekali kalau di panggil begitu.

"Lagi ke pasar kak, ehhh nah itu diaa baru pulang"

Iren masuk kedapur menatap keduanya bingung, apalagi melihat Helia yang sepertinya sedang sibuk membuat toast.

"Bikin bekal buat Jazz ya sayang??"

"Buat Chelsea sama Aji Tante, katanya mau bawa bekal"

Iren mencibir didepan Chelsea, padahal dulu-dulu mereka anti bekal. Sekarang tiba-tiba saja mau bawa bekal itu kan aneh menurutnya.

"Mama tidak usah mencibir aku ya, mau aku bawa bekal, mau engga itu hak aku. Mama gak berhak mencibir aku kayak gitu"

Setelah mengatakan itu Chelsea langsung naik ke kamarnya untuk bersiap ke sekolah sedangkan Iren kembali mencibir. Helia hanya terkekeh karena menurutnya itu lucu. Interaksi Iren dan Chelsea mengingatkannya kepada Bunda.




🥀___🥀






"Pendapatan tahun ini tuh lumayan bagus sih menurut aku, tapi meski bagus dan stabil kita gak usah langsung merasa nyaman. Karena yang ada nanti malah konsumen bosan"

Setelah sarapan bersama. Helia, Mahen, Jazziel dan Papa Surya berkumpul di ruang keluarga sekalian membahas perusahaan. Meskipun Mahen tidak turun tangan dalam mengelola perusahaan Papanya, tapi ia punya beberapa persen saham disana.

"Bener tuh kata Lia. Kita gak boleh kaku Jazz, dunia bisnis juga gak boleh ngerasa langsung aman. Kita harus cari sesuatu yang baru"

Jazz mengangguk, jemarinya sibuk menari diatas keyboard untuk mengetik apa saja masukan yang ia dapat. Setidaknya pagi ini mendapat konsultasi gratis.

"Kenapa gak coba memanfaatkan gen z sama maraknya KPop di negara kita sih??"

"Maksudnya gimana tuh Ay??"

"Kita jual produk, kita bisa kontrak sama salah satu idol K-Pop yang lagi naik daun?? Kayak win win solution kita sama fansnya. Kita kasih mereka ketemu sama idolnya, trus nanti ya mereka-mereka ini yang ngelarisin barang kita. Gak perlu mikir untungnya gede, setidaknya ini tuh untuk pembuktian kalau produk kita worth it. Mereka mungkin sekarang terpaksa beli, tapi kalau mereka cocok?? Tanpa idol pun mereka pasti bakal repurchase"

Surya langsung tepuk tangan begitu kalimat Helia selesai, pemikiran gadis itu benar-benar membuatnya takjub. Bukan hanya Surya, Mahen yang sedari tadi hanya menyimak pun ikut kagum. Jazz?? Jangan ditanya lagi, kalau seandainya mereka ini adalah bentuk animasi, pasti disekitarnya sudah banyak love merah bertebaran.

"Kayaknya lo gak bisa nganggep ini konsultasi gratis sih Jazz, gila ide anak ini mind-blowing banget"

Helia mengibaskan rambutnya ke kiri dan kanan, menikmati pujian yang sebenarnya membuatnya malu itu.

"Kamu udah punya apa nak buat nikahin konsultan termuda di Neo ini??" Surya ikut-ikutan mengolok Jazz. Sedangkan yang di olok hanya tertawa.

Untungnya hubungannya dan Helia itu sehat, tidak ada persaingan atau pun insecure diantara keduanya. Karena mereka benar-benar sadar kalau mereka ini saling melengkapi.

"Ayy, kalau kita survei gedung sama fitting baju sekarang, keburu gak ya nikahnya tiga minggu lagi??"

"Jangan gila Jazziel!!!" Helia memukul kepala Jazz dengan print-an kertas milik Mahen yang ada didekatnya. Tidak segan sama sekali meskipun ada Iren yang baru datang sambil membawakan mereka kudapan.




🥀___🥀





Aku galau, aku sedih wkwkwkw tapi aku sendiri juga nguatin diri ku kalau semua udah takdirnya begitu. Gak perlu ada yang disalahin dan gak perlu ada yang disesali🧘🏻‍♀️

Remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang